Predestined Love Part 5

5.6K 408 4
                                        

Teriakan semua orang menjadi semakin histeris—dominan wanita—ketika pisau itu sudah tertusuk ke seseorang. Seokjin yang sudah berdiri dan menerobos kerumunan semenjak keributan terjadi juga tak mampu berkedip melihat siapa yang tertusuk. Bukan balita yang sekarang melihat ke sekeliling dengan mata bulatnya, melainkan Jisoo. Ya, Jisoo melindungi balita kecil itu.

Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, Jisoo berusaha menahan rasa sakitnya. Jisoo memandang pria itu tajam membuat pria itu hanya menelan salivanya. Takut. “Kau ingin membunuh balita ini? Kau sangat keji. Kenapa?” tanya Jisoo dengan sisa tenaga.

Namun, tak lama akhirnya Jisoo semakin melemah dan tubuhnya kehilangan keseimbangan. Jisoo sudah menutup mata, bersiap jika tubuhnya akan bertemu dengan lantai. Matipun dia tidak akan menyesal karena dia sudah menyelamatkan balita yang tak bersalah itu. Namun, Jisoo perlahan membuka kedua matanya ketika tubuhnya tak kunjung bertemu lantai.

Mata Jisoo melebar menemukan Seokjin ternyata sudah di dekatnya dan menahan tubuhnya agar tidak jatuh. “S-Seokjin?” lirih Jisoo, namun tak dibalas Seokjin. Seokjin duduk di lantai, membantu menyandarkan kepala Jisoo di dadanya. Jisoo mengembangkan senyumannya. Bahagia karena bisa seperti ini. Kebaikan yang dilakukannya membawa berkat untuknya.

Sedangkan pria itu sudah ditangkap oleh pihak keamanan di tempat itu dan menunggu kepolisian untuk datang dan mengadilinya. Jisoo meringis ketika sakit di perutnya semakin menjadi-jadi.

“S-Seokjin,” lirih Jisoo.

“Diam. Tidak perlu berbicara apapun,” tegas Seokjin membuat Jisoo terdiam. Seokjin melihat ibunya yang sejak tadi di samping Jisoo dengan khawatir. “Eomma, aku akan membawanya ke rumah sakit dekat sini. Kau dan Appa menyusul saja dengan taksi. Aku harus segera membawanya. Ini darurat,” sambung Seokjin.

Beomseok dan Chunhei langsung mengangguk setuju. Chunhei membantu mengambilkan kunci mobil Seokjin dan memberikannya kepadanya ketika Seokjin meminta tolong. Setelah mendapatkan persetujuan, Seokjin lekas berdiri seraya menggendong Jisoo, kemudian membawanya pergi dari sana. Seokjin hendak membawa Jisoo menuju ke parkiran. Untung saja kunci mobil selalu Seokjin letakkan di saku celananya.

“S-Seokjin.” Jisoo memanggil lirih lagi. Namun, tidak ada jawaban dari Seokjin yang masih belari secepat mungkin.  “Jin, kau tidak lelah menggendongku seperti ini?”

“Sial. Kau masih mempertahankan hal seperti ini di saat ini?! Bodoh!” Seokjin akhirnya merespon Kinka dengan rahang yang mengeras. Tampak marah. Namun, Kinka melihat ada kekhawatiran juga. Tapi, Jisoo tidak mau berharap atau menduga-duga.

“Seokjin, aku mencintaimu.”

“Tutup mulutmu! Sekarang bukan saat yang tepat untuk mengatakannya!”

“Bisa saja aku mati. Sebelum aku mati, aku mau kau mendengarnya.”

“Kau tidak akan mati! Diam!”

Seokjin menaikkan nada bicaranya. Larinya menjadi semakin kencang dan Jisoo tersenyum melihat kekhawatiran Seokjin. Khawatir Seokjin semakin terlihat di wajahnya. Namun, matanya perlahan semakin berat ditambah dengan rasa sakit di perutnya. Jisoo akhirnya menutup kedua matanya.

Merasa Jisoo tak lagi berbicara, Seokjin malah menjadi panik dan melirik ke Seokjin. Matanya melebar melihat Jisoo sudah tidak sadarkan diri.

“Ya! Jisoo! Kubilang tutup mulutmu, bukan matamu! Buka matamu! Jisoo!” teriak Seokjin, namun tidak ada respon. Itu membuat Seokjin semakin mempercepat larinya sehingga dia akhirnya sampai di mobilnya.

Dengan seluruh tenaga, Seokjin berusaha menekan tombol untuk membuka mobil dengan kunci mobil yang dibawanya dan untungnya berhasil. Seokjin membukanya dengan sebelah tangan, lalu memasukkan Jisoo ke dalam mobil. Setelahnya, dia lekas berlari ke kursi pengemudi. Dengan segera, dia menjalankan mobilnya keluar dari parkiran menuju ke rumah sakit dengan kecepatan tinggi. Di atas rata-rata. Sebenarnya Seokjin tidak mengerti karena dia yakin, dia merasa khawatir, panik yang berlebihan. Semua bergejolak.

Predestined Love [JS]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang