I met him under the bright stars[]
Aku sangat panik, aku tidak bisa berpikir positif, aku terus menerus memaki diriku sendiriKenapa aku sangat ceroboh seperti ini?
Penglihatan ku terahlikan kepada seorang pria yang berdiri di ambang pintu, mataku membulat melihat kearah pria itu
Beom seok, pria yang berdiri di ambang pintu. Dia melihatku dengan tatapan hampanya
Setelah melihatku, ia kini berjalan menuju tempat dudukku yang tak jauh dari pintu masuk
Apa lagi ini? Apakah permintaan maafku tadi belum cukup untuknya? Apakah dia tidak tahu betapa frustasinya aku sekarang?
Dia berjalan melewati tempat dudukku, hei tidak dia meninggalkan sesuatu di atas mejaku
Apa? Buku sejarah ku?
Aku mengambil buku itu, dan memeriksa setiap lembarnya
Tidak ada coretan, dan masih dalam keadaan sama seperti saat ku bawa tadi pagiAku membalikkan badanku dan melihat kearahnya, aku sangat berterima kasih karena dia tidak membiarkan buku ini tergeletak di jalan
"Gomawo, Beom Seok -yah" ucapku sambil memamerkan senyumku kepadanya
Dia hanya membalas senyuman ku dengan tatapan hampanya, aku bisa memaklumi sikapnya itu
Aku pun kembali menghadap buku sejarah yang tadinya sangat membuatku cemas,
"Ahh kau sangat membuatku cemas" ucapku kepada benda mati itu
Suyeon menatapku heran dan bingung, aku bisa membaca pikirannya
Pasti dia ingin menanyakan mengapa buku itu bisa sampai ke tangan Beom Seok
" Mwo-yah? Kau ingin bertanya kenapa buku ini" aku belum menyelesaikan kata-kata ku, suyeon langsung memotongnya
"Kenapa kau sangat terlihat akrab dengannya?" Kini nada suaranya terdengar sedikit membisik
"Hah? Akrab? Apakah itu salah?" Tanyaku
"Ah tidak juga sih, tapi itu sangat aneh" kini suaranya kembali ke nada normalnya
"Aneh? Maksudmu?"
"Semua siswa di kelas ini tidak ada yang berani menegurnya, walaupun hanya sebatas ' gomawo ' sepertimu tadi" jelasnya dengan tangannya yang kini manahan berat badannya di atas meja
"Terserah apa mau, mu" ucapku mengakhiri perbincangan ini, aku tau ini seperti membicarakan seseorang dari belakang, makanya aku mengakhirinya agar tidak lebih jauh lagi
Aku mungkin sudah gila kalau tetap saja membicarakan hal itu, karena itu sangat tidak penting buatku
kini pandanganku fokus ke tulisan yang berjajar dengan rapi tanpa garis buku itu, mencoba menghafalkan beberapa kalimat saja
Tak lama setelah itu, bel sekolah berbunyi dan wali kelas masuk ke kelas dan memberikan sedikit amanat,
Waktu berjalan begitu cepat, ujian sejarah kita telah berakhir, dan saatnya jam istirahat
Di mana adalah surga bagi para pelajar yang telah letih mendengarkan pelajaran ataupun ceramah mungkin
Aku dan suyeon berjalan bersama menuju kantin sambil membicarakan menu di cafetaria hari ini
"Karena cuaca mulai dingin, ku dengar menu hari ini sup daging atau rumput laut ya?" Ujar suyeon sambil melingkari tangannya di lenganku
Aku tetap mendengarkan ocehan temanku satu ini, walaupun pandanganku tetap berada di depan
pandanganku terahlikan kepada sosok pria yang baru saja berlari kearah tangga
pria berbadan tinggi layaknya seorang mahasiswa universitas tapi masih memakai seragam sekolah
aku mencoba untuk tidak memperdulikannya, dengan mengobrol dengan suyeon
-skip
langit telah berubah menjadi gelap, bulan telah menampakkan dirinya, bersinar di tengah-tengah gelapnya malam
Kini aku sedang berdiri menatap langit di bingkai jendela kelasku 12-1
Aku mengikuti kelas tambahan hingga jam 9 nanti, pemandangan ku terahlikan kepada sosok pria yang sedang duduk di bibir lapangan
Pria itu sedang manatap langit, raut wajahnya seperti menunggu sesuatu
Aku penasaran, selagi pelajaran nya belum di mulai aku pergi untuk menemui pria itu. Beom Seok.
setelah aku keluar dari pintu gedung putih yang berdiri kokoh itu. Aku bisa merasakan angin malam yang membelai rambutku dengan lembut
Dingin. Aku melipatkan lenganku didepan dadaku, berharap lenganku berhenti menggigil
Aku mendapati pria itu sedang menutup matanya, seperti seorang yang kelelahan
Ia menyadari kedatanganku, ia melihat kearah ku dengan tatapan andalannya. Hampa.
"annyeong, gomawo untuk tadi" ucapku sambil mendekatinya dengan lengan yang masih terlipat di dadaku
ia menatapku bingung, seperti seseorang yang baru saja terkena amnesia
dan seketika raut wajah bingungnya sirna dan berganti dengan senyum yang menghiasi wajahnya "oh, buku yang tadi ya?"
senyum yang tak pernahku lihat sejak kepindahan Shungmin , kini ia melontarkan nya kepadaku
Aneh rasanya. Tapi sedikit membahagiakan. Ternyata di balik sikap dinginnya ia masih bisa tersenyum
Aku tersenyum sambil mengangguk kearahnya, aku melihat kearahnya. Seperti seseorang yang ingin menanyakan sesuatu
"Ada apa? Ada yang ingin kau tanyakan?" tanyaku langsung keintinya saja
"Ah itu aku ingin menanyakan, siapa namamu?"
"Ya? Namaku? Kau tidak mengenalku?" Tanyaku memastikan pertanyaannya itu
Dia mengangguk seperti anak kecil yang ditanyai 'apakah kau mau permen ini?'
Aku tersenyum kecil kearahnya sambil mengulurkan tanganku kearahnya "Lee Soyoung"
🌠
[ To be continued ]
Gimana? Masuk gak alur ceritanya?
Soalnya aku nulisnya juga agak sedikit bingung, heheQUESTION? COMMENT HERE!
Bye, xoxo
dellaa

KAMU SEDANG MEMBACA
Starry Night
Jugendliteraturknow that feelings are not as simple as 1 + 1 = 2. even when it is likened to a sparkling night star in the sky it remains immeasurable, because taste is not a mathematical formula. feeling is still a feeling that cannot be described with anything.�...