Dua hal yang harus kamu tau,
bahwa ada langit yang bertaburkan bintang
dan ada hukum moral yang
harus kamu tanam[]
Setelah aku membalikan badanku. Kini terlihat jelas pria pemilik suara itu. Beom Seok. Dia orang nya!
Hatiku berdegup kencang. Apa yang terjadi? Apakah wajahku terlihat tegang? Aku berusaha untuk menenangkan diri ku, berusaha untuk bersikap seperti biasanya.
Canggung. Itulah yang terjadi saat kita bertiga duduk di sebuah meja bersama, tak ada siapapun yang memulai obrolan ini,
Apakah aku salah memasuki cafe? Ini bukan yang kuinginkan, aku hanya ingin menjalani hidupku seperti biasanya
Tuhan cobaan apa lagi yang kau tunjukan?
"Jadi, dangsin-ui ileum-eun mueos-ibnikka?" Tanya barista yang tak lain adalah bossku sendiri
( dangsin-ui ileum-eun mueos-ibnikka? = Siapa namamu? )Aku berusaha untuk menyadarkan diriku "ah ya? Nae ileum?"
( Nae ileum? = Namaku? )Pria itu mengangguk dengan senyum kecil yang menghiasi wajahnya yang kini terlihat mengeriput
"Oh nee, je ileum-eun Lee Soyoung ibnida" jawabku sambil menunduk agar terlihat sedikit lebih sopan
( Oh nee, je ileum-eun Lee Soyoung ibnida = oh ya, namaku Lee Soyoung )Setelah memperkenalkan namaku, kini pandangan tertuju kepada Beom Seok yang hanya menatap cangkir kopinya dengan tatapan kosong
Seperti peka terhadap pandanganku, kini barista tua itu mengangkat suaranya "oh ya, perkenalkan ini anakku Beom Seok. Sepertinya kalian seumuran"
Untuk kesekian kalinya aku menyadarkan kembali pikiranku dan mengalihkan pandanganku kepada barista yang ada di depanku ini "ah yaaa, kita sekelas"
"Wahh kebetulan sekali, hei apakah Beom Seok dekat dengan wanita belakangan ini?" Tanya barista itu sedikit berbisik kepadaku
Kini Beom Seok mengarahkan pandangannya kepada ayahnya sendiri dengan tatapan kesal "yah, appa!"
"Ani, mana mungkin juga kau dekat dengan wanita, dgn pria pun kau jaga jarak"
Kini aku sedang melihat pertunjukan perdebatan antara anak dan ayahnya, aku seperti menjadi penonton bayaran di sini
"Mian Soyoung yah, dia memang seperti ini" ujar barista itu sambil merangkul putranya
"Ah aniya, gwaenchanh-a. Aku hanya kagum melihat kalian yang sangat akrab, dan aku juga belum pernah melihat Beom Seok seperti ini sebelumnya" jelasku sambil tersenyum kecil seakan-akan menikmati perdebatan mereka
( aniya, gwaenchanh-a = tidak, tidak apa-apa )Namun jujur aku hanya sedikit terganggu, haha sudah lupakan saja.
"Ok, mari kita melihat keahlianmu dalam membuat kopi. Ah iya aku hampir lupa, Beom Seok yang akan mengajarimu melakukan nya, karna aku ada pertemuan dengan penagih diujung sana" jelasnya lalu meninggalkan aku dan Beom Seok di cafe ini
Canggung. Itulah yang terjadi saat ayahnya pergi dari cafe ini. Aku berusaha untuk mencari topik pembicaraan yang tepat untuk saat ini
"Beom seok, bagaimana kita mulai saja?" Tanyaku untuk memastikan pendapatnya
Sosok sikap anak dan ayah yang sangat bertolak belakang
Kini sikapnya kembali seperti semula. Dia seperti memiliki dua sifat yang berbeda menurutku, jika berhadapan dengan ayahnya dia seperti remaja seperti biasanya, namun saat tidak ada ayahnya ia menjadi remaja yang sedikit pendiam tidak banyak bicara
Dia berdiri dan mengarahkan ku untuk pergi ke meja bar yang letaknya tak jauh dari tempat kita duduk mengobrol sebelumnya
Kini kami berdua telah berhadapan di depan mesin esperesso atau untuk lebih mudah diingat mesin pembuat kopi
Untuk pertama kalinya ia berbicara denganku tanpa bantuan ayahnya "pertama kau harus menuangkan bubuk kopi ini ke portafilter, karna kau baru pertama kali memakai mesin ini kau harus menyalakan tombol otomatis nya saja"
Aku berusaha menyermati kata demi kata yang ia ucapkan, namun entah apa yang terjadi, ketika mata kami bertemu
Itu terasa aneh untuk diriku peribadi, aku belum pernah merasakan hal ini sebelumnya, apa yang terjadi? Apakah ia juga merasakan hal yang sama?
Aku berusaha untuk mengalihkan pandanganku kembali, tapi entah kenapa paras wajah Beom Seok seakan-akan membiusku untuk terus memandanginya
Namun permainan mata kami terbuyar, ketika bunyi lonceng pintu berbunyi
Tringgg
"Kau yang ambil alih" bisik Beom Seok tepat di telingaku, aku menatapnya heran dan sedikit menekan untuk tidak menyuruhku untuk melakukan ini
Oh tidak, wanita dengan dress merah maron yang sedikit ketat di bagian pinggulnya itu adalah pelanggan pertamaku
Bagaimana jika ia tidak puas dengan kopi ku? Wajahnya terlihat sedikit sinis dan tatapannya seperti ular
Astaga habislah aku.
" Naneun amelikano keopileul jumunhaessda " katanya setelah melihat daftar menu yang berada tepat di atas kepalaku
( Naneun amelikano keopileul jumunhaessda = aku pesan kopi amelicano satu )"Ah nee, minum di sini atau bawa pulang?" Tanyaku sebelum membuat kopi yang ia pesan
Aku menyempatkan untuk melihat kearah Beom Seok yang berdiri di dekat meja mesin mini presso, mencoba untuk berakting membuat kopi di mesin itu
🌠
[ To be continued ]
Hai? Gimana?
QUESTION? COMMENT HERE!
Berikan pendapat kalian juga! Karna itu berguna untukku^^bye, xoxo
dellaaa

KAMU SEDANG MEMBACA
Starry Night
Teen Fictionknow that feelings are not as simple as 1 + 1 = 2. even when it is likened to a sparkling night star in the sky it remains immeasurable, because taste is not a mathematical formula. feeling is still a feeling that cannot be described with anything.�...