My love belongs to you ➖ 10

128 20 11
                                    

"Lala!" Teriak a Hendry.

"Apa sih? Bentar.." Kataku, sambil menyisir poniku agar terlihat lebih rapih.

"Cepet ih, nanti keburu macet kalau siang." Protesnya.

Aku mendengus, lalu berlari keluar mengikutinya.

Mamah sudah didalam mobil, dan aku duduk dikursi belakang sedangkan a Hendry yang mengemudikan mobil.

Ini rasanya seperti pergi untuk misa bersama keluarga. Ada mamah, kakak, dan.. Hanya aku, papah ngga ada. —meski begitu, ini moment yang tidak akan pernah aku lupakan karena sudah lama aku menginginkan hal ini terjadi.

Pada awalnya aku pikir ini mustahil, tapi tidak ada yang mustahil didunia ini. Meski tidak ada sosok papah disini tapi ada sosok kakak laki-laki yang berperan sebagai laki-laki pelindung. Dan aku bisa merasakan kehadiran papah sekarang.

"Ahh iya cfd." Dengus a Hendry.

"Ihh a Hendry udah berapa lama sih di Bandung? Udah berbulan-bulan juga baru nyadar disini ada car free day." Kataku mengusilinya.

"Kan biasanya a Hendry ke cfd Dago, jadi ngga tau kalau di buah batu ada cfd."

"Ihhh a Hendry suka ke cfd, ngga ke gereja dong? Ishh parah banget, nyuruh aku misa tapi sendirinya malah ke cfd."

"Ngga ih. Maksud aa mah, aa taunya yang disitu." A Hendry mengerucutkan bibirnya, dan aku tertawa.

Jalanan mulai di padati oleh kendaraan, untung saja kami sampai tepat waktu dan masih ada beberapa menit sebelum misa jam 8.

Mamahku berbincang-bincang dengan temannya, sedangkan aku dan a Hendry lebih memilih untuk masuk kedalam. A Hendry tetap mengusiliku didalam, meski sudah aku peringatkan jangan bercanda tapi dia tetep sesekali menggangguku. Dia seperti anak kecil. —ahh tidak, bahkan anak-anak kecil didalam semua terduduk rapih.

Barisan depan mulai terpenuhi, sedangkan barisan belakang masih bolong-bolong. Meski tiap akhir pekan aku datang kesini, tapi tidak terlalu banyak yang aku kenal. Mungkin beberapa yang memang selalu melakukan ibadah disini, tapi tidak banyak juga jemaat lain yang datang.

A Hendry membuka alkitab, membacanya dengan wajah serius, —mungkin sudah lelah mengusiliku. Ada aura kedamaian yang terpancar dari wajah a Hendry, membuatku terasa tenang dan nyaman hanya melihat wajahnya itu. A Hendry adalah sosok yang aku kagumi dari dulu, sifatnya yang dewasa membuat aku merasa terlindungi. Meski begitu, aku hanya mengagumi sosoknya hingga sekarang.

Ting!

A Hendry menatapku, dan aku terkekeh garing sambil berusaha mengintip siapa yang mengirimiku pesan lalu mematikan nada dering nya.

"Maaf, hehe." Kataku, karena a Hendry masih menatap ke arahku.

"Bukannya simpen di mobil." Kata a Hendry acuh. "Urusin pacar kamu." Lanjut a Hendry sambil menatap kembali alkitab yang telah dibacanya. 

Aku mengernyitkan dahi. Lagian, pesan yang tadi aku dapatkan bukan dari Jefri, tapi dari mawar. Harus banget se sensi itu.

Ish -,-

Aku kembali menyandarkan tubuhku dengan posisi tegak, lalu menoleh kekiri dan terkejut.

"Jefrii?"

"Syuut." Dia menaruh jari telunjuk dibibirnya.

"Ish Jefri ngapain?" Protesku pelan, tapi dia hanya tersenyum.

"Ikut aku kebelakang." Kataku lalu menariknya ke barisan terbelakang. Kami duduk disana, dengan aku yang masih tidak percaya melihat Jefri mengikutiku masuk ke gereja hari itu.

Perahu Kertas | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang