9. Sang Penolong

1K 152 11
                                    

Dua manik Jieun mengedar ke sekeliling bangunan kecil sederhana yang di sebut 'rumah' itu. Sungguh bagi Jieun, bangunan ini terlalu kecil apalagi di isi oleh 2 orang.

Tidak ada ruang tamu atau ruang makan. Semua menyatu. Satu sofa lusuh di pojok ruangan dekat jendela kecil dan sebuah meja pendek yang biasa mereka pakai untuk menaruh makanan tanpa kursi yang mengelilinginya.

Jieun saat ini duduk di lantai menghadap meja karena Jungkook yang menyuruhnya. Ada 2 pintu kamar di sana, namun Jieun curiga jika salah satunya adalah kamar mandi. Kesimpulannya, pemilik rumah berbagi kamar bersama. Memikirkannya entah mengapa membuat Jieun merasa semakin tak tega dengan kehidupan pemuda Jeon yang saat ini sedang sibuk di dapur mininya.

Jungkook bersusah payah menyeret kakinya menuju meja dengan secangkir teh hangat di tangan. Setengah meringis menahan sakit saat harus kembali merebahkan diri di lantai yang keras.

"Maaf cuma ada ini" Ucapnya, tersenyum tipis pada gadis di depannya.

"Ah tidak apa-apa, terima kasih"

Jieun menatap wajah Jungkook sambil meminum air tehnya. Ia tidak tahan melihat wajah penuh kesakitan itu hingga...tangan kanannya refleks terangkat ingin meraih luka lebam di wajah Jungkook namun batal karena Pria itu sudah lebih dulu menghalau tangannya.

"Aku tidak apa-apa"

'Bohong'

Jieun mengumpat dalam hati. Merutuk pria didepannya yang sedang berpura-pura baik-baik saja.

"Bagaimana ini bisa terjadi?" Tanya Jieun lembut. Air matanya hampir terjatuh tanpa sadar.

Jungkook melihatnya dan mengernyitkan dahi.

'Apa Jieun peduli padaku?'

Jungkook tersenyum, merasakan hembusan angin sejuk seolah mengisi dadanya. Entah mengapa, ia merasa senang dengan perhatian Jieun.

"Ceritanya Panjang" Jungkook menghela nafas. Maniknya menerawang ke atas langit-langit rumah...

Mengingat kembali kejadian malam sebelumnya.

Flashback

Senyum masih tersungging di wajah Jungkook mengingat bagaimana Jieun malam ini. Kedua kakinya melangkah ringan masuk ke lingkungan rumahnya namun langkah itu terhenti dan senyumnya meluntur saat bola matanya memangkap pemandangan di depannya.

Jaehyun sang kakak sedang di pukuli oleh beberapa orang. Jungkook tak sempat menghitung karena kedua kakinya berlari dengan cepat, mendorong tubuh pria besar yang mengelilingi tubuh kakaknya.

Jungkook tercekat saat menatap wujud sang kakak yang sudah penuh dengan luka lebam dan darah.

"Hyung!"

Jungkook berjongkok sedikit mengguncang tubuh lemah itu. Perlahan mata Jaehyun terbuka, tangannya meraih pundak Jungkook, bersusah payah untuk bicara dengan tatapan memohon.

"Jungkook, kau bawa uangnya?"

Sekali lagi tubuh Jungkook mematung.

Uang katanya?

Sebelum jawaban berhasil meluncur dari mulutnya, salah satu pria tadi mencengkram kerah belakang kaosnya, menariknya kasar dan membalikan tubuhnya sembari masih meremat kuat.

"Jadi, kau adiknya? Cepat serahkan uangnya sekarang!"

Jungkook mengenal pria ini. Tidak salah lagi. Mereka adalah penagih uang judi kakaknya.

LOOK AT METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang