13. Be Mine

1.4K 154 21
                                    

Jungkook tak dapat berpikir. Otaknya seolah stuck hanya untuk mencari jalan keluar dari masalah yang semakin penat saja rasanya. Sementara di sampingnya, kakaknya justru sedang bersenandung kecil tampak riang gembira.

Dasar kakak aneh. Bahagia sekali menjual adiknya sendiri?

Semua demi uang. Jungkook tahu betapa sang kakak sangat memuja uang semenjak hidup mereka sulit. Hutang sana sini dengan jumlah menumpuk sehingga hidup merekapun selalu di hantui rasa takut hampir setiap hari.

Dulu, sosok kakaknya tidak seperti itu. Jaehyun yang dia kenal cendrung pendiam dan tak banyak bergaul. Tetapi, sehari setelah mereka terusir dari rumah besar keluarga Jeon, Jaehyun mulai berbeda. Cendrung menghalalkan berbagai macam cara demi mendapat uang tak peduli meski dengan cara kotor sekalipun.

"Kalian menunggu lama?"

Inilah akhirnya. Sumber malapetaka Jungkook sudah datang.

Lee Jieun.

Si gadis kejam yang sialnya sangat cantik.

Jieun menggeser kursi duduknya lalu menyerahkan sebuah dokumen dengan map coklat ke arah Jaehyun.

"Lihatlah dan baca perjanjiannya terlebih dahulu"

Jieun melirik ke arah Jungkook. Menyaksikan prianya yang nampak tak antusias.

"Kau sudah makan?" Tanyanya lembut namun Jungkook hanya diam sambil melirik sekilas.

Jieun tahu. Kelinci bongsor di depannya itu sedang merajuk. Aneh, dia seorang pria. Biasanya akan terlihat seram jika marah tapi Jungkook justru sebaliknya, terlihat imut dan lucu dalam waktu bersama.

Jadi, bolehkan Jieun berbangga hati karena tak salah memilih?

"Aku setuju semuanya, tak ada yang perlu di revisi!"

Jaehyun lantas menandatangani tanpa merasa perlu bertanya dulu pada adiknya. Percuma, bertanya malah akan menimbulkan perdebatan lagi.

"Baiklah, kalau begitu. Jungkook ssi mulai saat ini kau milikku...jadi kau akan tinggal bersama denganku!"

"Tunggu? apa maksudnya tinggal bersama?"

Jieun tersenyum kecut "Jangan bilang kau tidak tahu?" sorot mata Jieun mengarah pada Jaehyun dan seketika pria itu tertawa canggung menatap adiknya.

"Ah, begini Jungkook. Kita sudah tidak mungkin lagi tinggal di rumah karena mereka pasti akan kembali ke sana dan menghabisi kita. Jadi, demi keamanan, kau akan tinggal dengan Nona Jieun selama kontrak dan aku akan tinggal di rumah temanku"

Jungkook memiringkan kepalanya bingung.

"Memangnya berapa lama kontraknya?"

"Satu tahun"

"MWO???"

.

.

.

Dengan lesu, letih dan lunglai.

Jungkook menyeret kopernya masuk ke apartemen tempat tinggal gadis menyebalkan yang sialnya sudah dia tiduri.

Sementara Jieun melenggang santai menghidupkan penghangat ruangan sambil sesekali menggosok kedua tangan. Korea sedang luar biasa dingin. Sebuah iklim yang di benci Jungkook.

Kenapa saat iklim sedingin ini dia harus terjebak dengan seorang gadis?
Tinggal satu atap untuk jangka waktu yang tidak bisa di katakan singkat. Itu menyiksanya.

"Dimana kamarku?" Jungkook bertanya lirih, masih berdiri di tempat sambil mengedarkan pandangan memindai setiap inci apartemen Jieun.

"Di atas!"

Kaki Jungkook baru saja akan menaiki tangga sebelum suara Jieun kembali membuatnya mengumpat dalam hati.

"Di sini hanya ada satu kamar jadi kita akan tidur bersama!"

'Double Shit!'

.

.

.

Jungkook belum sembuh total. Setidaknya poin itulah yang di dapat Jieun saat melihat cara jalan Jungkook yang menyeret salah satu kaki. Sempat terdengar ringisan kecil namun sepertinya pria bermarga Jeon itu terlalu gengsi untuk sekedar berucap 'tolong!'

"Ck...dasar keras kepala!"

Dengan setengah sebal, Jieun mendekat. Menyingkap koper besar Jungkook dan menata baju-bajunya ke dalam lemari.

"Eh, ti-tidak usah Nuna"

Jieun berbalik, keningnya berkerut. apa dia tak salah dengar?

'Nuna katanya?'

Sejak kapan pria itu bersikap sopan padanya?

"Apa katamu?"

Yang di tanya justru bingung. Apa Jungkook salah berucap?

"Apa?" Jungkook balik bertanya dengan wajah polos.

"Kau. Tadi memanggilku apa?"

Jungkook diam. Berpikir sejenak hingga menemukan akar masalahnya.

"Ah, karena aku memanggilmu Nuna?"

Jieun mengangguk.

"Kenapa? kau kan memang lebih tua dariku, jadi sudah seharusnya memanggil 'Nuna'" ucap Jungkook sambil memberi tanda kutip lewat dua tangannya pada kata Nuna.

"Aku tidak suka, kesannya aku sudah tua"

"Memang kau sudah tua!"

Jieun melotot marah dan jujur, mental Jungkook menciut.

"Pertama. Kau tidak boleh menyinggung soal usia sebab kenapa? karena wanita tidak suka di bilang 'tua!'"

Jungkook hanya mengerjap bingung.

"Tapi, kau memang lebih tua dariku lalu aku harus memanggilmu apa?"

"Hmmm...sebentar!" Jieun berpikir sejenak sebelum mata bulatnya kembali berbinar cerah.

"Aku tahu_sini mendekat"

Setahu Jungkook hanya ada mereka berdua di apartemen tapi kenapa Jieun menyuruhnya mendekat demi dirinya bisa berbisik?

Tetapi yang terjadi adalah detak jantung Jungkook yang berpacu kencang hanya karena sebuah bisikan yang nakal sekali....

"Panggil aku Baby!"

.

.

.

"Ahhh...Emmm...!"

Jungkook benar-benat merasa sudah gila. Seingatnya, dia tertidur dengan stelan lengkap sebelum beberapa jam kemudian ia terbangun dengan tubuh polos dan sialnya, seseorang sedang memanjakan little Kookoonya dengan meremas juga mengulum.

Saat mendongak ke bawah barulah ia tahu, Jieun lah pelakunya.

"Malam ini biar aku saja yang ambil kendali, kau hanya diam saja!"

Itu perintah mutlak dan Jungkook hanya akan menurut. Toh, ini bagian dari tugasnya kan?

.

.

.

TBC

Lanjut next chapter ajah yah detailnya 😁


LOOK AT METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang