a true wolf only falls in love with the moon....
Saat Ambrose membuka kedua matanya, yang ia lihat adalah langit fajar bersama rembulan yang masih bersinar terang. Sangat indah, tapi malang keindahan itu harus terkalahkan oleh sosok gadis cantik yang masih terlelap sambil bersandar pada batang pohon yang besar.
Lady Annaliese Edenburg adalah pemilik surai keperakan yang paling bersinar yang pernah Ambrose lihat. Dagu gadis itu lancip dan bibirnya ranum dan memerah tak ubahnya seperti sekuntum mawar yang baru saja mekar, membuat Ambrose kewalahan mengalihkan perhatiannya dari bibir yang terus melemparkan serentetan pertanyaan yang tak dapat Ambrose jawab.
Tapi sayang gadis secantik itu memilih untuk tetap bersama makhluk buas seperti Ambrose hanya karena mimpi yang menghantuinya setiap malam. Ambrose tidak tahu mengapa mimpi-mimpi itu bisa sampai datang dan mengganggu tidur Anne, yang dia tahu Moon Goddess mencoba menuntun Annaliese kepadanya sebab selama ini Ambrose tidak melakukan apa-apa selain meninggalkan pack-nya dan memendam rasa sakit yang ia rasakan sendirian di dalam hutan yang mereka sebut terlarang.
Ambrose dapat merasakan dirinya semakin lemah meski kekuatannya masih ada. Bulan purnama kali ini mungkin akan menjadi purnama terakhir baginya dan Ambrose tidak dapat melakukan apa-apa demi mempertahankan hidupnya. Semua ini terjadi karena satu alasan dan alasan itu adalah Annaliese Edenburg, gadis cantik yang ditakdirkan untuk menjadi belahan jiwanya.
Hanya Anne yang menjadi penyebabnya tapi dia pula yang dapat menyelamatkan Ambrose dari rasa sakit luar biasa yang menyerangnya tanpa kenal waktu. Tapi Ambrose tidak ingin dengan menyelamatkan nyawanya Anne justru berada di dalam bahaya, sebab untuk menolong Ambrose yng harus gadis itu serahkan bukan hanya sekedar upaya tapi juga sebuah sumpah yang akan membuat mereka terikat untuk selama-lamanya.
Beranjak duduk, Ambrose baru menyadari kalau tubuhnya yang telanjang hanya ditutupi oleh selembar pelepah daun yang besar oleh Anne. Pria itu meringis merasakan nyeri pada betisnya, tapi kemudian dia mendengus geli melihat beberapa lembar dedaunan liar yang Anne gunakan untuk menghentikan darah keluar dari bekas lukanya. Well, Anne tidak perlu repot-repot, jika saja dia tahu Ambrose punya kekuatan untuk menyembuhkan dirinya sendiri dia pasti tidak akan menghiraukan anak panah yang menancap pada betis lelaki itu.
Secepat Ambrose menatapnya secepat itu pula luka pada betisnya pergi. Hilang tak meninggalkan bekas. Ambrose sudah biasa melakukan hal ini, kekuatan yang ia miliki sebagai werewolf membuat ia dapat menyembuhkan lukanya sendiri. Namun, Ambrose bisa merasakan kekuatannya semakin memudar hari demi hari. Ambrose tidak pernah pingsan sebelumnya, bahkan ketika dia terluka parah dia masih sanggup berdiri. Tapi hari ini, hanya karena satu anak panah yang menancap pada betisnya ia menjadi hilang kesadaran. Beruntung ada Annaliese yang menemani dan mengawasinya di sini.
Menoleh, Ambrose tidak terkejut menemukan gadis berambut keperakan itu telah bangun dari tidurnya. Ambrose tahu Anne hanya memejamkan matanya sejenak karena merasa lelah.
"Kamu seharusnya kembali kepada keluargamu" ucap Ambrose mengisi keheningan bersama suara alam.
Perlahan mata Anne terbuka memperlihatkan bola mata berwarna biru gelap dan juga cincin hazel yang mengelilingi pupilnya. Ada berbagai macam emosi yang gadis itu simpan di balik tatapannya dan semua emosi itu membuat jantung Ambrose berdebar oleh sesuatu yang berusaha dia tahan sejak pertemuan mereka yang pertama.
"Mengapa kamu hanya menggigitku?" tanya Anne.
Ambrose mendengus mendengar pertanyaan itu, ia bertanya-tanya apa yang sebenarnya Anne harapkan dari serigala jadi-jadian yang gusar sepertinya? Memakan Anne?
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and The Werewolf (Completed)
RomanceWarning : Adult and explicit sensual content! Di setiap malamnya Lady Annaliese Edenburg dihantui oleh mimpi tentang seorang pemuda dengan warna mata yang berbeda. Mimpi penuh misteri itu membuat Anne berambisi untuk menemukannya, namun apakah ambis...