Prince Charles Brandon masih sama seperti yang terakhir kali Anne kecil melihatnya. Tidak ada sedikit pun yang berubah, dia tidak memiliki keriput di wajahnya dan sulit bagi Anne untuk melihat uban di antara rambutnya yang keperakan atau memang rambut yang memutih itu tidak pernah ada.Masih sulit bagi Anne untuk percaya bahwa ayahnya kini duduk tepat hadapannya, hidup dan baik-baik saja. Tapi Anne benar-benar merasa bersyukur karena mereka dapat bertemu lagi setelah sekian lama Anne menunggu di istana dan berharap suatu hari nanti ayahnya akan kembali untuk memeluknya.
Kini harapan Anne yang sederhana terkabul dan ia tidak dapat menjabarkan betapa bahagianya dirinya, meski Anne masih belum mengetahui alasan mengapa ayahnya pergi dan tak kunjung kembali ke Heavenly.
"Kau sudah dewasa" itu adalah kalimat pertama yang Charles ucapkan setelah cukup lama mereka berdua duduk berhadapan di dalam ruangan yang sama, "Kau punya mata yang sama seperti ibumu" lanjut Charles.
"Dan rambut yang sama persis seperti milikmu" sahut Anne.
Charles tersenyum lembut, "Ya, kau benar"
Mendekat, Anne duduk di sisi sang ayah. Charles sontak mengenggam erat tangannya, "Father, mengapa kau menghilang dan tidak pernah kembali? Apakah salah satu werewolf yang ada di sini memaksamu untuk tinggal?"
Charles menghembuskan nafas penuh kegusaran akan sesuatu yang sulit ia sampaikan kepada putrinya. Karena, faktanya selama ini Charles tidaklah menghilang tapi dia memilih untuk pergi demi kebaikan semua orang, termasuk Anne.
"Tidak ada yang memaksaku untuk tinggal di sini Anne, Odeon memanglah rumahku" jawab Charles. Tubuh Anne tersentak kecil kemudian membeku. Ia menatap lurus ke dalam mata sang ayah yang menyorot sendu seakan takut melukai hati Anne apabila dia mengatakan kebenarannya. Kebenaran bahwa Odeon adalah rumahnya dan dia adalah salah satu dari sekian banyak werewolf yang tinggal di desa kecil ini, "Ayahmu adalah werewolf, Anne"
Kedua bola mata Anne melebar menatap ayahnya, ia masih tidak menyangka ternyata Charles Brandon, ayah kandungnya adalah serigala jadi-jadian dan Anne bingung harus bereaksi seperti apa. Kebenaran ini memang membuatnya sangat terguncang tapi itu tidak cukup untuk mengurangi kasih sayang Anne kepada ayahnya.
"Apakah itu adalah alasanmu meninggalkan Heavenly dan aku?"
Charles mengangguk dengan wajah yang diselimuti penyesalan, "Aku harus pergi Anne, sejak ibumu meninggal sulit bagiku untuk mengendalikan sisi diri dan aku tidak ingin melukaimu"
Anne menatap ayahnya dengan mata yang berkaca-kaca, "Tapi...mengapa kau tidak mengatakan apapun kepadaku sebelum pergi Father?"
"Aku tidak ingin kau berharap dan menunggu, akan lebih baik jika kau menganggap aku telah tiada" Charles mengusap air mata yang mengalir di pipi Anne dan berkata, "Ketahuilah Anne melihatmu tumbuh adalah satu hal yang sangat kuinginkan. Akan tetapi, aku harus pergi sebab selama aku bertahan di Heavenly aku telah melukai banyak orang"
Melukai banyak orang?
Sontak pikiran Anne terhubung pada setiap kematian tidak masuk akal yang terjadi pada beberapa orang penduduk Heavenly. Anne pikir monster yang selama ini bersembunyi di balik hutan terlarang adalah Ambrose, tapi ternyata monster itu adalah ayahnya sendiri?
"Ja-jadi...kau yang selama ini....?"
"Ya" sahut Charles, membenarkan dugaan Anne begitu saja, "Saat ini aku sedang dalam pelatihan agar dapat menguasai diriku lagi, melukai orang-orang bukanlah keinginanku Anne...aku tidak mau kau menganggapku sebagai monster" ucap Charles yang mencemaskan pendapat putrinya tentang dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and The Werewolf (Completed)
RomansaWarning : Adult and explicit sensual content! Di setiap malamnya Lady Annaliese Edenburg dihantui oleh mimpi tentang seorang pemuda dengan warna mata yang berbeda. Mimpi penuh misteri itu membuat Anne berambisi untuk menemukannya, namun apakah ambis...