Setelah melintasi The Black Forest, Ambrose membawa Anne ke sebuah desa. Anne merasa lega karena sesuatu yang Ambrose sebut 'rumah' ternyata tidak semenyeramkan yang ada di dalam pikirannya. Desa itu memang masih berada di dalam kawasan hutan yang lebat dengan suhu yang dingin dan gelap, tapi permukiman itu terasa nyaman dan hangat. Tidak ada serigala jadi-jadian yang berkeliaran selain Ambrose yang baru saja datang. Semua penduduk yang tinggal di permukiman itu terlihat seperti manusia normal pada umumnya meski kedatangan Ambrose dan Anne mengundang begitu banyak perhatian sehingga mereka terus memandang.
"Ambrosio!"
Dari kejauhan Anne yang duduk di atas punggung Ambrose melihat seorang pemuda berlari dengan wajah yang sumringah menuju ke arah mereka. Larinya sangat cepat dengan betis yang terlihat kuat, Ambrose menekuk lututnya agar Anne bisa turun dari punggungnya sebelum pria itu sampai di hadapannya kemudian mereka saling memeluk dan berguling layaknya saudaranya.
"Kau kembali!" ucap pemuda itu, "Aku pikir aku tidak akan pernah melihatmu lagi!"
Ambrose menoyor kepala pemuda itu dengan tangannya.
Beberapa orang lainnya menyusul menghampiri Ambrose, mereka semua tampak terharu sekaligus merasa senang akan kedatangannya.
"My son..." seorang wanita dewasa mendekat kepada Ambrose dan memeluknya. Anne cukup terkejut mendengar wanita itu menyebut Ambrose sebagai putranya sebab dia tidak melihat sedikit pun keriput di wajah cantiknya. Hanya aura positif yang memancar membuatnya terlihat bijaksana dan patut untuk dihormati. Ambrose menunduk sehingga sang ibu dapat mengusap kepalanya.
Anne tersenyum tipis merasa terharu melihat interaksi Ambrose dan sang ibu, menyaksikan begitu banyak kasih sayang dan perhatian yang Ambrose dapatkan membuat Anne sedikit merasa sedih sebab kasih sayang itu tidak pernah ia dapatkan. Ya, paman dan bibinya memang sangat menyayanginya tapi Anne tidak bisa menampik dia sangat merindukan kasih sayang dari ayahnya yang menghilang dan juga ingin merasakan perhatian dari ibu yang tidak pernah memberikannya pelukan.
"Kami semua sangat mencemaskan keadaanmu Ambrosio" ucap pria yang terlihat begitu mirip dengan Ambrose tapi dengan usia yang lebih matang. Aura kepimpinan di dalam dirinya terlihat begitu kental dan dia punya tatapan mata yang dingin dan tajam sama seperti pria yang baru saja Anne kenal.
Ketika Anne termenung sambil memandangi pertemuan Ambrose bersama keluarganya dari kejauhan, seorang gadis dengan usia yang terlihat sama dengannya menatap ke arahnya. Gadis dengan surai hitam itu memberikan Anne senyum yang ramah, senyum yang menampilkan deratan giginya yang putih dan rapi. Anne dengan canggung membalas senyuman itu, tapi kemudian semua keluarga Ambrose justru memandang ke arah Anne dengan tatapan yang sulit untuk Anne artikan. Terkejut, gelisah, dan takut. Semua perasaan yang bersembunyi di balik tatapan mereka tertuju kepadanya.
Mendekat kepada Anne, Ambrose seakan ingin memperkenalkan gadis yang ia bawa kepada keluarganya. Tapi seluruh keluarga Dormer tahu siapa gadis itu dan mantra apa yang ada pada dirinya.
Tak seorang pun berbasa-basi bertanya siapa nama Anne atau sekedar tersenyum menyambut kedatangannya selain si gadis berambut hitam. Anne yang merasa semakin canggung berinisiatif memperkenalkan dirinya sendiri, "Hai, aku Anneliese Edenburg. Aku adalah...." Anne menggantung kalimatnya merasa canggung mengakui dirinya sebagai mate dari pria yang baru saja ia kenal beberapa hari yang lalu.
"Kami semua tahu siapa dirimu, tidak perlu memperkenalkan diri dan merasa canggung nak" ucap ibunya Ambrose, "Aku Francesca Dormer, ibunya Ambrosio, kau bisa memmanggilku Frances. Dan dia adalah Reginald Dormer, suamiku."
Anne menyapa keduanya dengan senyuman. Tapi ayah Ambrose mengambil satu langkah maju dan mengatakan sebuah kalimat yang membuat senyuman Anne luntur seketika itu juga, "Kau tidak seharusnya ada di sini, apa Ambrosio yang memaksamu ikut bersamanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and The Werewolf (Completed)
RomanceWarning : Adult and explicit sensual content! Di setiap malamnya Lady Annaliese Edenburg dihantui oleh mimpi tentang seorang pemuda dengan warna mata yang berbeda. Mimpi penuh misteri itu membuat Anne berambisi untuk menemukannya, namun apakah ambis...