3

11 1 0
                                    

▪▪▪
Burung berkicauan merdu sekali pagi ini, entah memang benar pagi ini saja, atau setiap paginya memang begini. Aku tidak peduli. Hari ini aku berangkat pagi sekali ke Sekolah. Ini namanya keajaiban.

"Neng? Tumben pagi pagi begini sudah di Sekolah" Pak Satpam ini bagaimana sih? Aku telat salah, berangkat pagi pagi pun diasalahkan.

"Kesambet setan pak" Pak Satpam hanya tertawa saja mendengarku menjawab pertanyaannya.

Saat tanganku membuka pintu dan kaki kananku mulai melangkah masuk kedalam kelas, pandanganku terpaku pada seorang lelaki yang sedang terkejut melihatku masuk kelas sepagi ini.

"Ngapain lo disitu? Mau maling?" Bukannya kepo atau apa ya. Aku hanya bertanya saja, mengapa dia seperti sedang menaruh sesuatu di dalam kolong mejaku? Atau jangan jangan dia ingin mencuri? Ya.. barangkali saja dia penyebab dari hilangnya pensil dan teman temannya.

"Ah, engga kok" jawabnya seraya tersenyum lebar. Pertanyaannya apa, dia menjawab apa.. pikirku.

"Engga biasanya datang lebih awal, ada apa?" Tanyanya bersamaan langkah kakinya yang mengarah ke pintu kelas. Maksudku, dia bertanya seraya berjalan ke arah pintu kelas.

"Apa urusannya denganmu? Lagi pula, maksudmu apa mengirimiku surat--" Hey! Kata kataku tadi di anggap apa olehnya? Angin lalu? Cih. Tidak peduli lagi aku terhadap surat abal-abalnya. Tidak sopan.

Ya. Dia pergi begitu saja saat aku bicara. Dia memang seorang lelaki yang kutemui di cafe kemarin.

Aku berjalan ke arah tempat dudukku. Iya memang setelah itu yang kulakukan menaruh tas di atas meja lalu duduk. Memangnya apalagi? Ada sih, aku mengeluarkan handphone ku dan mulai merangkai kata kata pada layar handphone, lalu mengirimnya kepada seseorang yang selama ini selalu ku rindukan.

'Bagaimana kabarmu disana?'

Satu kalimat tanya dariku dibalas cepat olehnya, sudut bibirku tertarik ke atas saat melihat dua kalimat yang dikirimkannya padaku.

'Tidak baik. Aku sangat rindu padamu.'

'Kita akan segera bertemu :)'
'Selamat Malam'

'Selamat Pagi' balasannya membuatku ingin jingkrak-jingkrak sekarang juga. Aku melihat sekeliling. Mengapa teman sekelasku belum datang juga?

Aku segera melihat jam di ponselku. 6.15 . Pantas saja, masih pagi sekali ini. Aku mengeluarkan buku pelajaran pertama ku dan memasukkannya kedalam kolong meja. Tapi kok? Apa ini? Ada surat lagi? Pasti laki-laki tadi.

▪▪▪
Bel istirahat mengusir kebosananku pada pelajaran kimia siang ini. Pelajaran itu membuatku ingin cepat cepat memeluk pianoku di rumah.

"Woi, Saras. Nasi uduk kuy!" Boleh juga tawaran Sisca.

▪▪▪
"Gila si Ras, itukan laki-laki yang kemarin"
"Apa anak baru ya?"
"Makin ganteng woi, keringetan gitu"

Tak kupedulikan kata kata Sisca. Aku sedang sibuk mengisi lambungku yang tadi meraung raung seperti singa.

"Sudah dibacakah?" Seraya mengacak acak rambutku, dia bertanya seperti itu di kantin. Ternyata dia berada dibelakangku sejak tadi. Gila kali ya?

"Apasi lo? Galiat gue lagi makan?" Kesal sekali aku. Malu. Ini di Kantin. Banyak sekali pasang mata yang melihat dia bertingkah seperti itu.

"Lakukan langkah langkahnya ya!" Berani sekali dia. Sudah mengacak acak rambutku, membuatku malu, menyuruhku, dan pergi begitu saja. Laki-laki menyebalkan.

Kenal saja tidak.

Tidak Pernah KesepianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang