4

6 1 0
                                    

Pulang Sekolah kali ini sungguh menyebalkan. Kalian tau? Tidak ya? Sedihnya jadi kalian.

Sore saat pulang Sekolah tadi, lagi lagi nenekku memaksa agar aku ikut kelas menggambar. Yang ku maksud bukanlah menggambar dalam artian melukis atau apalah itu. Beliau ingin aku menjadi arsitektur, bagus memang. Tapi aku tidak mau.

Aku segera berganti pakaian, membereskan segalanya dan merebahkan diriku di ranjang. Kepalaku mulai bertanya tanya tentang isi surat tadi.

Aku membuka tas ransel berwarna hitamku dan mencari dimana dua surat itu. Saat kutemukan, kubaca surat yang baru saja diberikan untukku tadi pagi. Ya tidak penting juga sih isinya.
'Mau tau siapa aku? Ikuti langkah langkah dibawah ini :
1. Tulis nomor telfon kamu di surat ini.
2. Brgkt pagi seperti tadi pagi.
3. Ke kelasku. Ips5.
4. Berikan surat ini padaku.
5. Aku akan beritahu namaku.'
Cih. Bilang saja mau modus mendapatkan nomorku. Bukannya aku terlalu percaya diri atau apa ya, tapi masa iya aku hanya ingin tau namanya harus dengan memberi nomorku.

Dasar laki laki tidak jelas.
Siapa juga yang berharap mengetahui namanya. Mana peduli aku.

Aku membuka dengan cepat lock di ponselku ketika pensan masuk. Kukira yang memberiku pesan adalah orang yang kutunggu tunggu. Ternyata hanya nomor tidak dikenal. Eh tunggu dulu! Mengapa pesannya..

'Tidak usah repot repot mengirim surat padaku, babe. Sudah kudapatkan lebih dulu nomormu'

Boleh ku berkata kasar? Pasti si laki-laki surat itu. Darimana dia dapat nomorku? Menyebalkan.
Apalagi itu? Babe? Menjijikan. Aku siapanya? Sok akrab sekali dia.

▪▪▪
Malam ini, aku duduk di kursi cafe yang kudatangi kemarin bersama Sisca. Kali ini aku sendiri, memesan secangkir teh hangat yang ditemani oleh iringan musik di atas panggung sana.

Setelah pulang sekolah tadi, si lelaki surat terus saja mengirim pesan.

'Kamu di mana?'
'Dengan siapa?'

Sudah seperti ayahku saja.

▪▪▪
Jarum jam menunjukan pukul 9.30 .
Sudah setengah jam aku menunggunya, tapi tidak datang datang juga. Bagaimana sih dia?

Langit pun mulai menangisi ketidakpastian, dia akan datang ataukah tidak?
Sedari tadi, aku hanya melihat ke arah pintu masuk saja. Ya memang, aku merasa kedatangan dia itu penting. Aku benar benar merindukannya. Tidak bohong.

Aku mengambil ponsel yang berada di dalam tasku. Ternyata ada pesan masuk, dari si dia yang kutunggu tunggu.

'Maaf, kita batalkan saja ya hari ini.'

Pesan ini terkirim dari 30mnt yang lalu. Pantas saja aku tunggu namun tidak datang datang.

Lebih baik aku pulang sa-

"Kamuuu buat aku tersipuuu, buatku malu maluuuu saat bersamamuuu.." yaampunn suara itu!! Secepat kilat, kepalaku berputar ke arah belakang. Dengan cepat aku mengucap ASTAGFIRULLAH.

Bosan sudah aku ini. Kalau kalian tanya kenapa aku bosan? Ya sebabnya adalah dia lagi, dia lagi, dia lagi.

Tidak Pernah KesepianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang