8

3 2 0
                                    

Siapa sangka setelah membuang bungkus nasi uduk, dia hilang secara tiba-tiba. Horror. Pikirku.

Handphone milikku berbunyi. Aku meronggoh tasku. Mencari dimana benda persegi panjang itu berada.

'Maaf, apa bisa hari ini saja?'

Ternyata dia masih ingat aku!
Setelah kejadian di Cafe malam itu, aku tidak membalas pesannya. Bukannya sengaja. Ya memang sengaja sih, sebal saja, sudah pergi pertukaran pelajar keluar negeri, lupa denganku begitu saja.

'Janganlah kamu php, Faras!'

'Iya, kali ini engga, adik manis, alamat akan ku kirim lebih lanjutnya ya'

'Terlalu formal. Dasar aneh!'

▪▪▪
Kira-kira ini bukan ya, alamatnya?
Lagi pula, kenapa tidak bertemu di sebuah Cafe saja sih? Atau di rumahnya? Barangkali orangtuanya masih belum bisa mengobati kerinduan pada anaknya.

"Iya deh kayaknya ini." Gumamku setelah turun dari taxi. Untuk sekedar informasi, sekarang pukul 4.00 .

Aku melihat sekitar rumah sederhana ini, tidak seperti rumahnya yang ia tinggali dulu. Apa dia memutuskan untuk pindah?

"Permisi!!!" Aku berteriak dengan lantangnya di depan rumah sederhana. Seperti tak tau malu, aku sampai loncat loncat dari luar pagar bercat hitam itu. Ya memang, saat ini atau mungkin biasanya komplek ini memang sepi.

Baru sadarlah aku, di samping kiri, ada bel. Hah, biarlah. Sudah terjadi. Kepalang tanggung sudah teriak-teriak begini.

"PERMISI AKU SUDAH DI DEPANNN!" Teriakkan ku lebih keras lagi. Lebih tepatnya keras sekali memang. Benar-benar malu sendiri aku.

'Kamu bisa pencet bel, adik manis :/'

'Bukaaaaaaa' buang-buang waktu sekali si Faras. Tak tau apa, jika aku ingin segera bertemu?

"IYAAA SAMBER GLEDEK SABAR!1!1!" Teriaknya dari dalam. Nah kan, keluar sifat aslinya. Huh, benar-benar menyebalkan.

Kemudian, dia membukakan pagar rumahnya yang bercat hitam agar aku segera masuk.

"AAAAA KANGEN!" Teriakku. Habisnya, aku benar-benar tidak pernah bertemu dengannya setelah 2 tahun.

"Gausa alay bisa?" Mulutnya di lebih-lebihkan. Tak kuhiraukan akupun bertanya, "Dimana kak Crystal?"

"Pacar gue aja lo pake embel-embel 'kak', lah ini, ngomong sama gue udah kayak gue adik lo. Sadar?"

"Engga" jawabku cepat. Nyengir saja yang aku bisa.

"Katanya rindu padaku? Ha? Ha?" Dia bertanya dengan alis dinaik turunkan.

"Tadinya sih iya, tapi kau jadi tidak seru. Gue mau sama kak Crystal aja."

Paling-paling dalam hatinya mengatai aku sudah gila begitu mungkin kira-kiranya.

Sepertinya, aku akan menjelaskan saja, si Faras ini.
Faras, teman karib terbaikku setelah Hensel.
Aku dan Faras memang tidak terlalu dekat, dia terlalu sibuk menggapai cita-citanya. Pilot.

Aku yang tidak memikirkan gimana kedepannya, dan lebih mengurus rumah dibandingkan belajar, dan juga, hanya menghabiskan waktu bermain bersama Hensel.

Dia berbeda setahun dariku,lebih tua tepatnya, dan telah memiliki pacar. Dari negeri ini memang, tetapi blasteran. Suka sekali aku becerita maupun bermain dengan kak Crystal, rasa rasanya tidak sopan saja, jika tidak memanggil dengan embel-embel 'kak'.

Tapi kemana Hensel? Itu yang ingin dipertanyakan bukan? Akupun tak tau dimana dan bagaimana dia sekarang. Dia menghilang tiba-tiba. Aku bahkan sudah melupakan kejadian yang lalu saat Hensel pergi meninggalkan aku, dan juga Faras. Sekarangpun aku tak ingat, kalau ada Hensel pasti lebih asik disini. Rindu memang. Tapi pikiran itu tidak ada, karena tenggelam dengan keasikan bercerita dengan kak Crystal.

Sungguh, rasa menyenangkan ini cukup untukku. Tak akan pernah kesepian menghampiri. Tak akan pernah.
▪▪▪

Tidak Pernah KesepianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang