Ini masih pagi, dan Jisung harus terjebak dalam satu lift bersama "sang pemuja"-nya turun dari lantai 5 asrama mereka.
Saat tadi ia berniat menutup pintu lift tiba-tiba "sang pemuja"-nya a.k.a Zhong Chenle datang dengan membawa setumpuk barang di kedua tangannya. Jangan lupakan 3 buah totebag yang melingkar di badannya.
Jisung geleng-geleng kepala.
Ini sudah masuk satu minggu sejak mereka berdua saling mengetahui bahwa mereka bertetangga.
Dan semenjak awal pertemuan mereka di depan kamar asrama, mereka tidak pernah saling sapa lagi.Jisung sendiri tidak mau ambil pusing, selama Chenle tidak mengganggunya, maka itu lebih baik. Ngomong-ngomong ia penasaran, apakah Chenle sudah menelpon nomor yang ia berikan pada Chenle. Karna yaaa, ia memberikan nomor ponsel dari resto ayam pedas favoritnya.
Jisung terkikik geli mengingatnya.
Chenle berdehem di sampingnya.
Oh, maksudnya dengan jarak yang sangat jauh. Jisung di ujung kiri dan Chenle di ujung kanan.Tiba-tiba ponsel Chenle berbunyi. Jisung melirik dari ekor matanya. Jelas-jelas Chenle kebingungan mencari dimana ia meletakkan ponselnya. Sampai saat pintu lift terbuka, Chenle masih memeriksa sumber suara dari ponselnya.
Jisung berjalan pelan di belakangnya, memperhatikan gerak-gerik Chenle yang terlihat sangat repot.
Lalu Jisung terkejut saat barang-barang di kedua tangan Chenle terjatuh dengan suara yang sangat keras. Chenle mengaduh. Sepertinya barang itu mengenai kakinya.
Chenle terduduk, meletakkan dua totebag ke lantai. Ia mengusap-usap kaki kanannya.
"Kau tak apa?" Jisung melongok.
Chenle menengadah ke atas, "Apa aku terlihat baik-baik saja?"
Jisung mendengus, "Mana kutahu." jawabnya acuh. Berniat melanjutkan perjalanannya menuju kampus.
"Hei... Tolong aku." ia mendengar Chenle merengek.
Jisung menoleh, "Aku tidak mau." lalu melangkah gontai meninggalkan Chenle yang masih terduduk di lantai.
"Ya... Park Jisung."
Jisung melenggang keluar gendung.
Dari luar gedung ia bisa melihat mulut Chenle yang masih mengomel sendiri sambil membereskan kekacauan yang sudah ia perbuat.
Coba lihat bocah itu. Bisa-bisanya ia membawa barang yang sangat berat sendirian. Apa yang ia pikirkan.
Jisung melihat Chenle kembali menjatuhkan barang di tangannya saat ia mengambil totebag cokelat di lantai. Jisung terkikik, wajah kesal Chenle benar-benar hiburan yang menarik.
Kali ini ia bisa melihat Chenle menendang-nendang totebag lainnya yang masih berserakan di lantai.
Jisung tidak tega.
Ia berbalik, masuk ke gedung asrama. Mengambil alih dua totebag yang ikut dijatuhkan Chenle tadi."Eh? Apa yang kau lakukan?" Chenle kaget saat Jisung membantunya menata barang-barangnya.
"Kau yang minta tolong."
"Oooo" Chenle membeo, ikut berdiri saat Jisung sudah berhasil membagi dua barang bawaan untuknya dan untuk Chenle.
"Kemana aku harus melempar barang ini?"
Chenle cemberut, "Jangan bantu kalau kau tidak mau."
"Jawab saja sebelum aku berubah pikiran."
"Baiklah, gedung kampusku. Cukup sampai parkiran."
KAMU SEDANG MEMBACA
This and That (Everyday for Sungle)
FanfictionChenle si periang dan Jisung yang awkward. Atau Chenle yang awalnya terlalu menempel pada Jisung, dan Jisung yang akhirnya tidak bisa jauh-jauh dari Chenle. Cerita-cerita ini terinspirasi dari tingkah laku keseharian Park Jisung dan Zhong Chenle...