Ini aneh.
Jisung menyingkap selimut yang menutupi kepalanya.
Sudah pukul 12 malam dan ia masih terjaga dari tidurnya. Tidak ingin memejam dan tidak ingin terlelap.
Jisung memutuskan untuk bangun dan mengambil air mineral di kulkas. Rasanya tenggorokannya begitu kering.
Ia bertanya-tanya, mengapa pikirannya tidak bisa diajak bekerja sama.
Jisung merasa ia sudah lelah hari ini, seharian menemani Chenle melewati akhir pekan. Dari mengantarnya menemui Mark Hyung, Jisung berdecih saat mengingatnya. Dan berlanjut menemui Haechan.
Anehnya Ia sama sekali tidak merasa kesal dan terbebani. Ia justru begitu senang bisa menemani Chenle.
Jisung tersenyum mengingat ide konyolnya mengajak Chenle menari saat di taman tadi. Entah kenapa tiba-tiba saja ide itu terbesit di kepalanya.
Jisung duduk di kursi belajarnya. Ia ingat bagaimana ekspresi sedih di wajah Chenle membuatnya terluka. Sahabatnya yang manis itu kehilangan senyum cerianya. Walaupun Chenle terlihat baik-baik saja, tapi Jisung tahu anak itu begitu kecewa.
Pelukan itu.
Jisung sendiri terkejut dengan sikapnya pada Chenle. Begitu melihat Chenle sedih, ia ingin sekali membuatnya membaik. Jisung ingin menenangkan Chenle, ingin menjadi seseorang yang Chenle butuhkan saat anak itu membutuhkan sandaran.
Hanya itu yang ada dikepalanya.
Jisung tidak ingin Chenle terluka, tapi sepertinya justru ia lah yang sudah banyak membuat Chenle sakit hati.
Bagaimana mungkin ia membiarkan Chenle menaruh hatinya sendirian padanya, sementara ia sendiri tidak tahu perasaan apa yang tumbuh di hatinya sejak ia mengenal Chenle.
Jisung menghela nafas.
Apakah ia masih menyukai Jaemin? Atau mungkin perasaan itu mulai berkurang karena kehadiran Chenle?
Perasaannya pada Jaemin dulu saat ia mulai merasa menyukai Jaemin, sangat berbeda dengan perasaannya saat ini pada Chenle.
Saat bersama Jaemin, ia ingin Jaemin selalu perduli padanya. Tapi jika itu Chenle, ia sangat ingin menjaganya. Ia tidak ingin melihat awan redup di wajah Chenle.
Dan Jisung merasa begitu lengkap saat bersama Chenle.
Jisung memijit pelipisnya pelan. Kalau Ia mulai menaruh perasaan pada Chenle, lalu mengapa ia masih tidak bisa menjauh dari Jaemin?
"Kau memang brengsek, Park Jisung." Ia mengumpat pada dirinya sendiri.
Jisung mengambil ponselnya, menatap fotonya bersama Chenle. Anak itu selalu membuat siapa saja yang melihatnya langsung bahagia.
Jisung memutuskan untuk mengirim pesan pada Chenle, walaupun ia tahu Chenle bisa saja sudah terlelap dalam tidurnya.
Jisung :
Kau melewati hari yang melelahkan, bukan?
Aku berharap tidurmu nyenyak.Jisung tersenyum saat mengetiknya. Lalu berpikir apa yang harus ia lakukan sekarang.
Jisung baru saja berniat untuk bermain games saat ponselnya bergetar. Nama Chenle muncul di notifikasi pesan.
Chenle belum tidur?
Ia membaca pesan dari Chenle.
Chenle :
Aku ingin,
Tapi mataku tidak bisa menutupJisung tersenyum, dengan cepat membalasnya.
Jisung :
Ada apa?
Kau merasa tidak baik?Ponselnya bergetar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
This and That (Everyday for Sungle)
FanficChenle si periang dan Jisung yang awkward. Atau Chenle yang awalnya terlalu menempel pada Jisung, dan Jisung yang akhirnya tidak bisa jauh-jauh dari Chenle. Cerita-cerita ini terinspirasi dari tingkah laku keseharian Park Jisung dan Zhong Chenle...