Bayu dari timur sudah mula membawa perkhabaran-perkhabaran tentang monsun yang sedang mara ke pantai timur.Bayu-bayu itu bersabda "lihat! lihatlah! kami datang membawa rima kekacauan!" . Mereka menyampaikan pesan untuk makhluk sekalian alam , apapun barikade yang kamu sediakan ,akan mereka tentang habis-habisan.Apa pun altar yang kau persembahkan, mereka akan tetap membadai.Dan terus lagi mereka bersabda "Hai makhluk !, kekacauan kami untuk pembaharuan , kami menyiram kuburan arwah-arwah pembohongan!."
Tempias kekacauan sudah mulai terasa , sejuk hingga ke tulang hitam yang membisakan sendi-sendi.Siang sudah terasa dingin , apatah lagi ketika dinihari,sekali hembusan pun sudah menegakkan roma , mereka masih terus bising-bising "kami adalah kaum-kaum purba yang tetap membuat kacau tanpa terlalai sedikit pun , sertai kami - ikut kami menari tarian kekacauan yang merevolusi kehidupan atau mati hidupmu di dalam keselesaan palsu metode si gembala manusia!."
Chaos yang membadai ternyata dahsyat , tamparan maha hebat membikin kujat.Pembenci darurat reformasi alam terlaknat pasti kan mencurut ke lubang-lubang jijik , tetap menyorok takutkan sesuatu yang tidak diketahui.
Setelah habis membuat kacau , mereka sambung bersabda "Hei makhluk jadian! nah sekarang aku tinggalkan sisa kekacauan , yang bertumbuh jadi kehidupan , aku dalang penyucian kecil , terima atau tidak aku tetap membadai! tanpa lalai sedikitpun,penyucian aku percuma! tidaklah seperti kaum-kaum penindas yang menindas kalian dengan ditajai oleh kalian sendiri - kaum yang bodoh lagi angkuh!".
-Alter Anarkapurna
YOU ARE READING
Mendekap Semesta II
PoetryIni adalah bahagian kedua dari siri "Mendekap Semesta".Kumpulan tulisan ini masih dalam bentuk prosa,puisi dan cerpen.Kesemua tulisan adalah hasil terkumpul dari perjalanan merentas pelbagai sempadan dalam dan luar negeri untuk tahun 2014-2015. "Ada...