Author's POV
Tapi balasan yang Pat dapat adalah, "Kukira besok kau akan mengusirku?"
"Aku kemari untuk kesempatan kedua."
"Tidak ada kesempatan kedua, Pat. Tidak ada lagi kecelakaan untuk Addo kita, oke? Sekarang pergilah. Manusia butuh tidur." setelah berkata begitu Greyson kembali memperbaiki posisi menghadap piano. Seketika itu juga pertahanan diri Pat goyah.
Tidak, Pat! suara hatinya berseru. Kau harus kuat. Perjuangkan Greyson demi Addo.
"Greyson, please. Aku memohon padamu."
Tidak ada sahutan, tapi dia masih ada disana. Pat masih bisa melihatnya, mati-matian menjaga diri agar tidak berkedip. Dia takut. Dia takut bagaimana jika Greyson tiba-tiba menghilang ketika dia berkedip? Sebab dia bisa melakukannya, dan dalam kondisi kami sekarang ini, Pat yakin dia sangat ingin segera menghilang. Batin Pat menjerit, memohon agar Greyson tidak pergi akan tetapi mulutnya malah terkunci rapat.
Dia takut bagaimana jika setelah ini dia tidak akan pernah bisa melihat Greyson lagi?
"Aku tidak seharusnya mempermasalahkan hal ini lagi, aku tidak seharusnya bersikap sama seperti yang lainnya," akunya, "Aku benar-benar minta maaf karena..." Dia berhenti tiba-tiba, baru menyadari kalau kelanjutan kalimat ini adalah kata yang justru membuat situasi akan memburuk.
"Karena kau telah berkata jujur, iya kan?" Greyson menyambung kalimatku, tanpa berubah sedikitpun dari posisinya. Pat hanya bisa bergeming di tempatnya. Dia tahu persis apa yang ingin Pat katakan.
Oh sial, Pat lupa kalau dia bisa membaca pikiran. Dia tidak punya banyak pilihan, iya kan?
"Maaf karena aku tadi memang mengatakan apa yang sebenarnya kurasakan, tapi itu hanya dari satu sisi. Seberapa kuatnya aku di matamu, Greyson, atau dimata siapapun itu, tetap tidak ada yang bisa menolak kenyataan kalau aku merasakan tekanan itu."
Greyson masih saja tidak merespon dan melihatnya begitu membuat Pat semakin tidak tenang. Bayang-bayang Greyson akan memotong ucapannya lalu pergi terasa semakin nyata dan mulai terasa mencekik lehernya. Pat berusaha mengalihkan pikirannya ke hal lain.
Kuatkan dirimu, Pat. Kau berdiri disini demi Addo.
"Kau tetap ayahnya, Greyson."
"Cukup Pat."
"Kumohon dengarkan aku dulu."
"Aku hanya penyebab kecelakaannya."
"Dia lahir juga karenamu."
"Itu juga kecelakaan."
"Tidakkah kita bisa memperbaiki semua kekacauan sekarang ini?"
"Kubilang cukup, Pat!" Greyson beranjak dari tempatnya dan menghampiri Pat secepat dan semendadak kedipan mata.
"Apa aku perlu mengulang apa yang dikatakan Addo tadi? Aku masih ingat semuanya dengan jelas, Greyson, dia bilang, 'aku tidak mempermasalahkan apapun yang memisahkan kalian'." dan Pat menyerahkan sisanya, rasa penyesalannya, mengalir melalui sorot matanya. "Itu yang dia katakan, Greyson. Dia sendiri—putramu sendiri yang mengatakannya."
Cercaan Pat membungkam Greyson. Namun saat itu pula juga ia tidak sanggup menahan air matanya untuk lebih lama lagi. Mereka langsung tumpah keluar, bersamaan dengan perlahan lututnya yang tidak kuat menopang bobot tubuhnya sendiri. Pat jatuh bersimpuh di lantai dan terisak.
"Pat, maafkan aku." tahu-tahu Greyson sudah duduk bersimpuh juga persis dihadapannya. Caranya menatap sudah berubah drastis. Sosok dingin yang tadi melekat kuat pada dirinya, kini lenyap tak berbekas. Pat menatap lurus ke matanya, tepat ke iris matanya yang dulu coklat hazel, tapi sekarang sudah menjadi abu-abu. Seluruh kulitnya pun abu-abu, seperti wujud umum hantu.
Mata Greyson menyiratkan sesuatu yang tak bisa Pat baca. Apa itu kehangatan? Rasa menyesal? Dia hanya bisa menebak-nebak. Matanya sendiri masih belum bisa berhenti mengeluarkan air. Tapi mendengarnya meminta maaf sudah lebih dari cukup untuknya.
"Aku juga minta maaf," Pat mengulas senyum kecil. Greyson mendekatkan kedua ibu jarinya, dan mengusap air mata dari depan pipi Pat. Meskipun jarinya tidak bersentuhan dengan kulitnya, namun airmatanya benar-benar terusap.
"Kau tidak salah apa-apa, Pat, percayalah. Kau benar sepenuhnya."
Harapan Pat tumbuh kembali.
"Tapi aku tetap akan pergi," sambungnya, masih dengan nada bicara lembut yang sebelumnya. Sekarang Pat lebih syok serta down dari sebelumnya. Saking kagetnya ia sampai kehilangan kata-kata, hanya mampu menggeleng sebagai respon.
"Seperti apa yang ku bilang tadi, Pat, kau benar akan segalanya. Aku ayahnya Addo, tapi karena aku juga dia celaka. Aku sudah menyadarinya." Greyson menutup obrolan. Hal terakhir yang Pat lihat adalah senyumnya, lalu ia menghilang dari hadapannya bagaikan asap yang tertiup angin. []
KAMU SEDANG MEMBACA
Father For Addo -g.c (Addo Series #1)
General Fiction# Book 1 in Addo Chance Series # Addo Grey Chance adalah anak yatim. Dia sudah tidak memiliki ayah sedari kecil. Hanya ibunya yang membesarkannya seorang diri, dan kini Addo sudah berumur 15 tahun, menetap di Edmond, Oklahoma. Tapi bagaimana kal...