Part 2

37 7 0
                                    

"Argh."

Aku membasuh wajah setengah tersadar milikku di depan cermin kamar mandi yang agak sedikit retak dan berdebu.

Jadwalku hari ini padat seperti biasanya di mana aku harus bekerja setiap hari. Memberi makan kepada diriku agar bisa terus hidup.

Memikirkan pekerjaan? Aku mendapati tugas hari ini untuk berpatroli di sektor A-51, yaitu daerah pusat pembelanjaan.

Ini tidak akan mudah, tempat itu sangat ramai. Jika matamu tidak jeli seberapa sekian detik saja. Masalah bisa terjadi dan kau akan melewatkannya.

Menjadi polisi bukan hanya melindungi masyarakat dari bahaya dan ancaman saja. Kau harus peka terhadap lingkungan sekitar. Memberikan layanan sebaik mungkin, membuat mereka nyaman dan aman.

Aku tidak ingin memakan gaji buta. Jadi, aku harus berkerja secara maksimal. Barangkali, aku bisa mendapat promosi, dan itu akan menjadi sangat menguntungkan bagi kondisi hidupku.

Seketika aku selesai menyuci wajahku. Aku membuka pintu kamar mandiku secara perlahan. Tampak di sana Irene sudah menyiapkan seragam polisiku secara rapi. Dan sebuah roti untuk sarapan.

Aku yang masih hanya memakai kaos oblong. Segera mengenakan seragam, dan melahap roti dengan cepat.

Ketika aku hendak meninggalkan apartemenku. Irene, mengatakan, "semoga beruntung, ya!"

"Oke."

"Tolong jaga diri-" Aku menyela pembicaraannya dengan menutup pintu, bergegas meninggalkan apartemenku.

Ia selalu mengatakannya dengan rutin tiap harinya. Oleh karena itu, lebih baik aku hiraukan saja.

Aku menyetir sepanjang jalan menuju kantor polisi menggunakan mobil bobrok ku.

Terkadang suara mesin tua yang sangat menusuk telinga sering terdengar dari dalam mesin, membuat suasana tak nyaman bagi sang pengemudi.

Suaranya sangat nyaring, seperti sebuah besi digesekkan dengan sangat kencang, menimbulkan suara yang sangat menyengat ke gendang telinga.

Lama-lama kedua telingaku bisa berdarah jika terus menerus mendengar suara mesin mobil ini.

Klaksonnya juga berbunyi seperti bayi robot dari awal tahun 2000-an. Belum lagi bumper belakangnya yang sudah menganga, dan hendak copot.

Seharusnya aku menggunakan uangku untuk membeli mobil baru. Tapi, aku malah menghabiskan semua uangku untuk replicant itu.

Sesampainya aku di kantor polisi, aku langsung mengisi agendaku dan melaporkan kehadiranku menggunakan sidik jari dan retina mata.

Lalu, aku memasuki ruangan satu bilik dengan sebuah kursi dan meja yang dipasang mikrofon. Dari ujung, terlihat megaphone yang menggantung di antara sudut langit-langitnya.

Absensi di sini terkesan agak rumit. Ada semacam penggolongan antara manusia dan replicant. Kepada petugas manusia, mereka melakukan semacam interview secara konsekutif setiap hari mereka bertugas.

Mereka melakukan hal ini agar sistem dari pihak kepolisian tidak keliru.

"Petugas Dylan McKenna, nomor anggota DD-74 / B3. Anda siap?" Pewawancara mengatakan dengan sangat keras dan jelas melalui megaphone.

"Ya."

"Bacalah garis dasar kepolisian Anda!"

Aku membalik kertas sedikit demi sedikit untuk membaca semua yang tertulis di sana. Setelah selesai, aku melanjutkan interview-ku.

EquinoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang