BAB 15

5.3K 222 0
                                    

Aslan menatap Arum, Aslan menarik nafas panjang. "Itulah Emir, kamu harus tahu itu. Saya memang tertarik terhadap kamu semenjak pertama kali bertemu. Setidaknya saya lebih pantas bersama kamu dari pada Emir majikan kamu itu. Apakah kamu tahu, senjata rakitan buatan dia, sudah dipakai banyak orang untuk membunuh".

"Dan sekarang saya harus memberi tahu kamu hal yang sangat penting yang harus kamu ketahui. Emir sudah memiliki kekasih, mereka berpacaran sudah cukup lama 7 tahun. Namanya Helena, dulu Helena bekerja di London sebagai model, tapi entahlah ia kembali ke Istanbul. Mereka sedang melakukan pertunangan, sebentar saya memperlihatkan akun instagram adiknya Alya. Alya mengunggahnya disana"

Aslan mengeluarkan ponsel miliknya dari balik saku jasnya. Emir membuka layar ponsel miliknya denga. Kunci kombinasi, Aslan membuka akun instagram miliknya dan ia memperlihatkan sebuah video berdurasi 35 detik kepadanya.

Video itu benar adanya, video itu dikemas secara profesional, ya karena Alya bekerja di stasiun Tv, jadi ia tahu cara mengedit video dengan baik. Wajah bahagia Helena dan Emir sangat nyata di video itu. Semua keluarga itu tersenyum penuh suka cita. Aslan memperlihatkan foto-foto yang di unggah oleh Alya. Emir dan Helana memperlihatkan cincin yang melingkar di jari manisnya dihadapan kamera.

Arum hanya diam, hatinya seperti teriris. Sungguh pedih mengetahui itu. Hatinya seperti tersayat-sayat, Arum memegang erat ujung sweternya, hingga buku-buku kukunya memutih. Akhirnya ia tahu siapa Emir sebenarnya, Arum ingin marah, tapi ia tidak tahu marah terhadap siapa. Arum mencoba menahan Amarah.

"Terima kasih"

Arum lalu membuka hendel pintu, dan keluar. Hatinya sungguh tidak tenang, seperti ini.

Aslan membuka kaca jendela, ia menatap Arum yang sudah keluar begitu saja.

"Apakah kamu baik-baik saja?" Tanya Aslan.

Arum menarik nafas, "apa saya terlihat baik-baik saja".

"Sepertinya tidak, kamu terlihat kacau. Menurut saya".

Arum tersenyum, "kamu lebih cocok bekerja sebagai psikiater" lalu berlalu pergi meninggalkan Aslan mematung menatapnya.

******

Arum bergegas masuk kerumah Emir. Arum berkali-kali merutuki perbuatannya. Kenapa ia baru nyadari bahwa ia telah bekerja dengan sorang kriminal seperti Emir. Oh Tuhan, kenapa ia tidak mempercayai Aslan sebenaranya. Aslan yang ia pikir menyeramkan ternyata hanya ingin menyelamatkannya dari Emir.

Arum lalu bergegas masuk kekamar Emir. Kamar itu masih terlihat rapi, warna abu-abu memdominasi diruangan ini. Arum mencoba mengetahui dimana Emir meletakkan senjata rakitan miliknya. Arum membuka lemari Emir satu persatu. Serta membuka laci-laci di lemari itu. Arum lalu beralih ke bawah tempat tidur, dan ia masih tidak menemukan apa-apa didalamnya. Arum frustasi, dia masih penasaran dimana Emir meletakkan senjata-senjata itu.

Arum lalu duduk disofa, ia menatap langit-langit plafon. Tatapan Arum beralih ke sebuah dinding kaca yang menyatu didinding. Kaca itu terlihat Aneh menurutnya dan sama sekali tidak memiliki fungsi apapun. Arum lalu menegakkan tubuhnya kembali, ia menatap pantulan dirinya dicermin. Arum diam sesaat, ia menatap secara detail dari dinding kaca itu. Arum terdiam sesaat, ia menemukan tombol kecil disisi kaca. Warnanya terlihat sama, bahkan sekilas tidak terlalu nampak. Arum lalu menekan tombol itu, dan Arum terpana.

Kaca itu terbuka, ternyata kaca itu sebuah pintu persegi. Arum tidak menyangka di kamar Emir memiliki ruang rahasia seperti ini. Arum mengeluarkan ponsel miliknya dan ia menyalakan senter itu. Arum mencari sklar lampu didalamnya, Arum meraba dinding dan masih mencari.

Akhirnya Arum menemukan sklar itu. Arum lalu menekan tombol saklar itu. Lampu-lampu itu menerangi seluruh ruangan. Arum terpana apa yang dilihatnya, ruangan mendominasi warna abu-abu. Dengan rak rak kaca, Arum melangkah medekat, ia kini percaya apa yang dikatakan Aslan.

Arum melihat dengan nyata. Ruangan ini penuh dengan pistol berbagai macam bentuk dan ukuran yang dikemas secara rapi. Arum mundur teratur ia lalu bergegas keluar. Arum mematikan sklar lampu itu lagi.

Arum berlari menuju kamarnya. Arum melempar tas miliknya begitu saja. Benar apa yang dikatakan Aslan kepadanya. Arum tidak percaya apa yang dilihatnya. Arum duduk disisi tempat tidur, menenangkan hatinya. Arum bergegas mengemasi pakaiannya di koper miliknya.

Setelah beberapa jam mengemasi semua barang miliknya, Arum lalu mengambil sebuah kertas dan pulpen. Ya dia harus membuat surat pengunduran diri, karena ia rasa, ia perlu membuatnya. Hanya untuk terlihat formalitas saja, sebagai alasan saja ia mengundurkan diri, agar ia terlihat lebih sopan. Agar Emir tahu ia mengundurkan diri-dari secara baik-baik.

Arum mengepak koper miliknya dan ia bergegas keluar dari rumah Emir. Hati Arum sungguh tidak tenang. Arum tidak tahu ia akan kemana. Yang pasti ia akan menjauhi Emir. Setelah ia mengetahui siapa Emir sebenarnya. Jujur ia menyukai Emir, tapi entahlah setelah mengetahui Emir bertunangan, serta tindakkan kriminal Emir. Emir yang baik dimatanya serta selalu melindunginya. Tapi yang dilihatnya justru kebalikannya.

Emir begitu menyeramkan, ia harus menjauhi Emir. Arum akhirnya mendapati flat murah di barat Hillingdon. Memerlukan waktu satu jam untuk mencapai pusat kota London. Arum hanya membayar 1150 poundsterling setiap bulannya yang telah ia sepakati dengan pemilik flat.

Arum menatap ruangan itu, sebuah tempat tidur, dapur kecil serta wc didalamnya. Arum terdiam sesaat, ia lalu merebahkan tubuhnya ditempat tidur itu. Ia mencoba memejamkan mata sejenak. Menenangkan hati dan pikirannya.

***

TERPIKAT CINTA MAFIA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang