BAB 13

5.6K 215 1
                                    

Akhir-akhir ini, Emir menikmati kebersamaanya dengan Arum. Wanita asal Indonesia itu telah mencuri perhatianya. Emir juga sudah memberi akses agar Arum boleh masuk ke kamar pribadinya. Padahal dulu ia tidak pernah memberi izin kepada siapapun untuk masuk kekamarnya kecuali dirinya. Emir bukan jenis laki-laki yang senang membawa masuk seorang wanita kekamar pribadinya, dan ia juga bukan jenis laki-laki yang suka mengumbar-umbar kemesraanya didepan umum. Cukup dirinya saja yang tahu, apa yang ia lakukan untuk dirinya.

Emir kini memeluk Arum, sambil menonton tv. Emir mengecup puncak kepala Arum.

"Kenapa mentransfer uang kepada saya banyak sekali. Bukankah gaji saya hanya 2500 poundsterling?" Tanya Arum, ia menatap iris mata Emir.

Masalahanya Emir mentransfer dirinya sebanyak 15000 poundsterling. Ia tidak habis pikir kenapa laki-laki itu mentransfernya begitu banyak. Apakah karena ia telah tidur dengan laki-laki itu. Ya, Arum bisa menduganya. Arum tahu merupakan hal tergila yang pernah ia lakukan terhadap laki-laki. Arum akui ia begitu nyaman berada di dekat Emir. Emir laki-laki penuh pesona dan sangat baik terhadapnya. Semenjak pertemuan pertama, hingga kini, ia tidak pernah melihat Emir marah terhadapnya, bahkan Emir selalu melindunginya.

"Benarkah? Bahkan saya akan menambahkan lagi bulan depan" ucap Emir.

"Tidak usah, itu sudah cukup untuk saya. Saya bekerja cukup santai, saat ini saya bahkan merasa tidak seperti asisten rumah tangga kamu lagi. Kamu melarang saya, mengerjakan hal-hal yang membuat saya terlalu lelah".

Emir tertawa, ia tidak pernah lagi menyuruh Arum menyuci baju, membersihkan taman belakang. Ia lebih baik menyuruh jasa laundry dan jasa taman saat ini. Karena ia tidak ingin Arum lelah, karena seharian bekerja. Ia ingin Arum hanya duduk menyiapkannya makan dan menunggunya pulang kerja saja.

Emir akui, semenjak aktivitas yang mereka lakukan kemarin. Arum tidak pernah menolak, ketika Emir mengajaknya tidur bersama dikamarnya. Bahkan saat ini ia sudah menyuruh Arum tidur dikamarnya saja, dari pada kamar belakang dekat dapur itu.

Arum tersenyum, ia tidak bertanya apa-apa lagi. Arum merubah posisi tubuhnya, menghadap Emir. Arum mencurukkan wajahnya di dada bidang Emir.

"Arum".

"Iya".

"Saya ingin melakukan di sofa ini, kelihatannya menyenangkan" ucap Emir. Emir meletakkan remot tv di lantai. Ia menatap wajah Arum, dan mengecup puncak kepala itu.

Wajah Arum bersemu merah, Ia sungguh malu ketika Emir mengatakannya seperti itu. "Disini?".

"Iya".

"Sofa ini begitu sempit" timpal Arum.

"Kamu menginginkan sofa yang lebih besar?".

"Bukan begitu maksud saya, ini terlalu sempit untuk kita berdua, jika kamu bergeser sedikit saja, saya pastikan tubuh saya jatuh. Bagaimana bisa kita melakukannya disini".

Emir tertawa atas ucapan Arum. Arum dapat merasakan getaran dari tubuh Emir.

"Kita bisa melakukannya dilantai, di meja, posisi duduk, bukankah itu menyenangkan".

"Oh, Tuhan kamu mesum sekali" sungut Arum, mencubit dada bidang Emir.

Emir semakin tertawa terbahak-bahak. Ia lalu mengecap bibir tipis Arum.

***

"Ibu calling"

Emir lalu menekan tombol hijau, "iya ibu" ucap Emir, ia lalu meletakkan ponsel itu ditelinga kirinya.

"Kamu tidak ingat pulang ke Istanbul?".

Emir melirik jam yang melingkar ditangannya, jam itu menunjukkan pukul 14.20 "Kenapa ibu?".

"Kamu lupa tanggal 20, hari pertunangan kamu. Orang tua Helena tadi sudah kesini, konfirmasi acara yang akan berlangsung dua hari lagi".

Emir ingin sekali membenturkan kepalanya kedinding. Ia sungguh tidak mengingat hal itu. Emir lupa sekali prihal pertunangannya dengan Helena. Emir hanya sibuk memikirkan Arum saat ini. Emir tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

"Besok saya akan pulang" ucap Emir.

Helena kekasih pujaan hatinya, ia nyaris saja melupakkannya begitu saja. Beberapa bulan yang lalu, ia memang sudah melamar Helena didepan kedua orang tuanya secara resmi.

"Semua keluarga sudah mempersiapkan pertunangan kamu".

"Iya ibu, saya akan pulang besok".

"Ya sudah, hati-hati dijalan. Ibu mendoakan keselamatanmu".

Emir memencet tombol merah. Emir sangat lupa tentang hari pertuangannya. Emir menatap kalender dihadapannya, ya benar lusa memang hari pertunangannya dengan Helena kekasihnya. Emir hampir gil memikirkan itu, bagaimana dengan Arum. Ia menjalani hubungan sepihak dengan asisten rumah tangganya sendiri.

***

Beberapa jam kemudian Emir menatap Arum. Arum sedang menonton acara tv, Arum menyadari kehadirannya. Arum tersenyum menyambutnya, senyum itu yang selalu dirindukannya. Emir melangkah mendekat, ia memeluk tubuh ramping Arum dengan segenap hati dan jiwanya. Emir mengecup puncak kepala Arum. Emir melonggarkan pelukkannya.

"Saya membuat makanan kesukaan kamu" ucap Arum.

"Apa itu?".

"Kofte, saya sudah belajar membuatnya. Dulu saya membuatnya gagal. Tapi kali ini saya yakin saya bisa sukses membuatnya" ucap Arum lagi.

Emir tertawa, "saya tidak mempermasalahkan kamu memasak apa saja, saya pasti memakannya. Bukankah dulu saya melahapnya hingga habis tak tersisa?".

"Tapi saya kasihan terhadap kamu, rasa kofte yang dulu begitu aneh".

"Iya tidak apa-apa. Saat ini saya ingin memakan kofte buatan kamu yang super lezat itu" ucap Emir.

Emir lalu melangkah menuju meja makan. Emir lalu duduk, dan makan dalam diam. Ia melirik Arum, ia masih setia menunggunya makan. Benar apa yang dikatakan Arum, kali ini rasanya begitu pas dan enak.

"Rasanya enak, kamu pandai sekali membuatnya" ucap Emir. Ia lalu menyesap air mineral dihadapannya.

Arum tersenyum penuh arti. Arum lalu mengambil piring kotor itu, dan dibawanya menuju wastafel.

"Besok saya akan pulang ke Istanbul" ucap Emir, ia melangkah mendekati Arum.

"Istanbul?"

"Saya ada urusan disana, beberapa hari" ucap Emir.

"Iya, hati-hati dijalan" ucap Arum. Arum meletakkan piring yang sudah bersih itu di dekat wastafel, meniriskanya.

Arum tersenyum, ia menatap wajah tampan Emir.

"Saya seakan tidak rela meninggalkan kamu" gumam Emir. Emir mengurung Arum di dapan wastafel.

"Bukankah hanya beberapa hari saja".

Emir merapikan rambut Arum, "tapi saya masih tidak rela walau hanya beberapa hari saja".

"Saya, tidak apa-apa sendiri disini. Saya menunggu kamu disini".

Emir mengecup kening Arum dengan segenap hati dan jiwanya.

"Terima kasih, tunggu saya pulang".

"Iya".

****

TERPIKAT CINTA MAFIA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang