❍2.

149 25 5
                                    



"Reihan!"

"Reina!!"

Reina menjauh dari pagar,sedangkan Felix yang melihat itu justru memegangi tangan kakaknya yang gemetaran.Bunda yang tidak tahu apa yang terjadi hanya bisa melihat kedua sepupu itu saling kaget.

Reihan,mendekati Reina meraih tangannya tapi segera ditepis kasar oleh Reina.

"Lepasin!!lepasin gue!" Reina berteriak teriak didepan pagar sambil melepaskan tangan Reihan supaya tidak menyentuhnya.

"Udah udah Ihan,masuk aja dulu,Ina masih trauma gara gara tadi.." ucap Bunda menenangkan keduanya.

Mereka semua masuk kedalam rumah Reihan,Reihan yang masih loading atas kejadian tadi terus saja berfikir keras,apa yang terjadi?apakah Reina adalah...

"Eh,kakaku ada apa kemari kak?" sapa Luna-ibunya Reihan.

"Saya menginap dirumahmu gak keberatan kan?rumahku tadi terbakar Lun.." jawab Lina parau,segera dipeluk oleh Luna.

"Kak,gapapa kok..Kaka mau tinggal selamanya disini juga saya akan bersedia.." jawab Luna segera mengantarkan Lina menuju sofa.

Reina masih di bibir pintu,ia belum berani kedalam,ia masih syok karena rumahnya terbakar dan sekarang,itu berarti ia dan Reihan ada sepupu?tidak mungkin!

"Reina,sudah lama tidak bertemu,berapa lama yah..terakhir saat kamu masih usia lima tahun lho Ina.." cecar Luna dengan merangkul bahu Reina dengan hangat.

Reina yang merasakan seseorang sedang berbicaranya melirik dan menemukan orang asing yang harus ia sebut sebagai tantenya!

Reina masih belum menjawab,ia masih syok dengan hari ini.Luna yang melihat itu segera mengerti dan langsung berbicara.

"Kayanya kamu masih takut yah nak,sebaiknya kamu langsung ke kamar tamu aja,dianterin tuh sama adik kamu tapi seangkatan kok sama kamu,tunggu tante panggilin," Luna melihat kearah kanan dan kiri mencari sosok anaknya yang tampan "Ihan..tolong anter Ina kekamar tamu!" pekik Luna dengan sedikit teriak.

Reihan yang merasa namanya dipanggil segera kesana dan mengajak Reina kekamar tamu dirumahnya.

"Yuk Ina.." ajak Reihan sedikit kikuk.

Reina mendongak melihat bola coklat terang milik Reihan sama seperti bola mata dirinya,Reina lalu mengangguk setuju.

Mereka berjalan menuju kamar tamu,sama seperti tadi tidak ada yang berani berbicara satu sama lain.Tidak butuh waktu lama mereka sudah sampai didepan pintu ruang tamu yang bercat putih.

"Ini kamarnya Rei," tunjuk Reihan.

"Han,jadi kita—"

Reihan menutup mulut Reina dengan telunjuknya menyuruh ia supaya tidak berbicara lebih lanjut tentang ini.

"Aku juga gak tau Rei,tapi semoga aja engak,aku gak mau hub—"

Tanpa aba aba Reina memeluk Reihan,sangat erat belum pernah Reihan merasakan detak jantung Reina sampai kepadanya,berarti Reina sedang butuh seseorang yang bisa membuat dia yakin bahwa ia akan baik baik saja.Reihan kembali memeluknya,mengusap ngusap rambut hitam panjang Reina.

Reihan memaksa melepaskan pelukannya,ia tersenyum dan mencium kening Reina berharap dia akan lebih tenang.

"Kita bakal baik baik aja."







"Inaa bangun Inaa ayuk kita sekolah,kaka mau sekolah gak?"

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang