❍4.

97 23 2
                                    


"Ina,kemana yah Han?" tanya Lina pada Reihan dimeja makan,ini saatnya makan malam,tapi Reina tidak kunjung datang keruangan makan.

"Kurang tau Tante.." jawab Reihan sedikit sopan.

"Coba susul Han.." pinta Luna bundanya Reihan.

"Okeh," jawab Reihan.

Reihan berdiri dari kursi makannya,ia menaiki tangga kearah kamar Reina setelah naik tangga perasaanya kurang enak sekarang,tidak tau kenapa ia takut Reina kenapa napa,karena tidak ada suara apapun didalam kamar.

"Reina,makan yuk!bunda sudah nunggu dibawah.." sahut Reihan mengetuk pintu kamar.

Kreeet!

Pintu kamar Reina tidak dikunci,dengan ragu ragu Reihan memperlebar pintu itu agar terbuka dan Reihan terkejut melihat Reina..

"REINAAA!!!" teriak Reihan menggelegar.

Lina dan Luna yang mendengar bergegas menuju tangga dengan tergesa gesa,Reihan sudah keluar dari kamar Reina dengan membopong tubuh mungil Reina yang sudah tidak sadarkan diri.Ia takut,ia takut Reina-nya kenapa napa.Seketika air wajah Lina menegang,ia melihat anaknya pucat tidak sadarkan diri dan ia bergegas kearah bagasi.

"Pak Joni mana sih!" pekik Luna yang kebingungan.

"Udah mah!Reihan aja yang nyetir cepat mah!" pekik Reihan tegang,jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dibanding biasanya.

Mereka melesat menuju rumah sakit terdekat dari rumah mereka.







"Sus!bantu saya dulu bantu!ada yang pingsan!" teriak Reihan dari pintu rumah sakit.

"Ia,sebentar sebentar." suster itu melesat keruang UGD dan membawa rekannya membawa tandu dan menuju mobil Reihan.

Wajah Reina pucat,nafasnya lemah,ia tidak sadarkan diri.Reihan bulak balik sejak dari tadi,ia hanya bisa diperbolehkan menunggu diluar tidak diperbolehkan masuk kedalam.Lina menangis tersedu sedu,menelepon suaminya tapi sejak dari tadi tidak ada jawaban dan Luna hanya bisa mengelus ngelus sebari menangis.

Semua gentir,tanpa terkecuali,dokter belum kembali keluar dari ruangan itu membuat Reihan panik setengah mati,perasaan Reina tidak mempunyai riwayat penyakit apapun.

Seorang laki laki dengan jazz putih keluar dari ruangan itu dengan senyum mengembang di wajahnya,dengan sigap Reihan mendekati pria itu.

"Dok,gimana dok?"

"Ia hanya kecapean saja,dia sangat tertekan akhir akhir ini sampai menimbulkan hambatan dalam saluran darahnya." jawab dokter itu dengan senyum yang masih sama.

"Kalau,anda tidak membawa cepat cepat saudara Reina,bisa bisa dia keritis sekarang karena darahnya tersumbat.." lanjut dokter itu dengan ekspresi wajah yang berubah rubah.

Reihan yang mendengar itu hanya bisa menggangguk,hampir saja nyawa kekasihnya melayang.

"Boleh saya masuk?"

"Boleh,tapi jangan penuh penuh yah,diusahakan satu satu..ia butuh oksigen lebih banyak sekarang." ucap dokter tersebut lalu berlalu.

"Terimakasih dokter.."

Reihan masuk kedalam ruangan itu,melihat wajah Reina yang dipasang infusan yang sudah nongkrong manis dianggota tubuhnya,paras cantik yang dimiliki Reina itu sedikit berkurang karena wajahnya pucat tak bertenaga.

Reihan membuang nafas membelai rambut Reina,ia hampir saja berpisah dengan dia.Ia tersenyum menggenggam tangan Reina yang agak dingin,nafasnya sekarang sudah normal tidak seperti tadi yang lemah,ia tersenyum lebar melihat Reina baik baik saja.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang