❍3.

108 24 0
                                    

Treng~

Bel istirahat berbunyi nyaring,Reina bangkit dari bangku dan merapikan mejanya dan langsung menyelonong pergi tanpa ba-bi-bu.

Felicia-teman sebangku Reina,mengernyit biasanya itu bocah ingusan suka menganjaknya kekantin walaupun ujungnya dia ditinggalkan karena Reina selalu bersama Reihan sampai lupa ia sedang bersama Felicia saat istirahat.

"Heh Rei,main cabut aja kek tuyul." ucap Felicia yang langsung mengejar Reina mumpung dia berhenti.

"Sorry,gue buru buru," jawab Reina.

Felicia mengernyit, "buru buru mau berak lo?" tanya Felicia dan cekikikan sendiri.

"Nah lo tau tuh," jawab Reina yang langsung memegangi perutnya.

"Bener dong,kan gue generasi Bah Mizan.." jawab Felicia yang tersenyum miring.

"Yaela,yaudah jadi gak lo ikut?" tanya Reina.

"Yuk, boring gue ngedenger Ibu Ibu ceramah.." jawab Felicia dengan memainkan rambutnya.

Felicia berjalan lebih dulu,dan disusul oleh Reina yang sedari tadi memegangi perutnya yang sakit,saat Reina melewati beberapa orang dengan perut yang dipegang semua mata mengarah padanya.

"Wah,Rei lo kenapa?jangan jangan.."

"Rei lo abis ngelakuin apaan,sampe perut lo sakit?"

"Rei,jangan macem macem sama lawan jenis Rei.."

Reina,hanya bisa pura pura tidak mendengar semua perkataan warga sekolah yang negatif thinking nya sudah melewati finish.Felicia yang mendengar itu hanya bisa melirik kearah Reina dan menggeleng terus saja begitu berulang ulang.

Reina langsung menyambar toilet yang katanya dirinya dekat,perutnya sudah tidak tahan untuk membayar pajak bumi.

Klek!

Pintu kamar mandi terbuka,munculah Reina dengan senyuman yang mengembang indah terpajang di mukanya berbeda dengan Felicia yang berkacak pinggang karena saking lamanya menunggu Reina membayar pajak bumi.

"Kenapa mesem mesem gituh?" tanya Felicia langsung.

"Yaela,udah lebih baikkan perutnya.." jawab jujur Reina.

"Gue kira lo cek positif atau engak.." cerca Felicia tanpa dosa sangat ringan sekali.

"Jaga mulut lo!" jawab sensi Reina,tidak terima dituduh yang melebihi kenakalan remaja.

Reina mengusap ngusap perutnya,tidak rela difitnah kejam seperti oleh teman sebangkunya.

Amit amit jabang bayi gue hamil duluan,nanti menang karma Felicia,baru tau rasa tuh cecunguk!,batinnya dalam hati.

Mereka keluar dari kamar mandi,teman temannya yang kepo masih setia menunggu Reina keluar dari kamar mandi dan menunjukkan berbagai tatapan mengarah kepada dirinya.

Reina tidak menanggapi,perkataan teman temannya berpura pura budeg,karena kalau tidak bisa bisa dia lepas kendali disekolah dan berakhir di ruangan angker yaitu ringan BK.

Mereka segera mengerah menuju kantin,lima belas menit lagi bel berbunyi menyuruh semua siswa siswi masuk kedalam kelas,memaksa untuk mengerti setiap pelajarannya.







"Ayo Genta siapkan," sahut Bu Riri.

"Sebelum kita pulang,mari kita berdo'a dulu menurut kepercayaan masing-masing,berdo'a dimulai!" perintah Genta yang memimpin do'a pulang.

Felicia sudah mengangkat tas ranselnya sedangkan Reina masih memilih milih buku untuk disimpan dikolong mejanya.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang