❍8. [♪]

70 19 4
                                    

a/n : Jan lupa nyalain musik diatas yah!

Reihan mendudukkan Reina dimobil,dan Reihan segera menancapkan pedal gas untuk sesegera pergi dari Asia Afrika.

Masih hening didalam mobil,belum ada yang berani berbicara baik Reina dan Reihan.

Tapi syukurnya adalah Reina sudah tidak mengeluarkan air mata tapi tatapannya masih menatap lurus kedepan,menatapnya dengan sorot kosong.

Reihan yang sesekali mencuri pandang pada Reina,melihat bibirnya yang pucat pasi dan nafasnya agak menghangat dari biasanya,sepertinya Reina agak demam.

"Maaf.."

Tidak ada jawaban dari Reina.

"Kamu gapapa kan?kamu sakit kah?mau kedokter?" tanya Reihan.

Masih tidak ada jawaban dari Reina.

Reina membuang nafas,ia membuang muka dan sekarang memandang pemandangan kota Bandung yang basah kuyup dibalik kaca mobil.

"Sampai kapan.." ucap Reina.

Reihan menoleh, "sampai kapan apa Rei?" tanya Reihan.

"Sampai kapan Tante sama bunda tahu kalau kita pacaran?" tanya Reina, "Kamu tahu?aku sakit hati banget tadi,kata mamah kamu dia mau jodohin kamu.." ucap Reina parau.

Mulut Reihan kelu,tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun..ia bingung ia harus apa sekarang?

"Kenapa Tuhan? takdir aku kayak gini?" tanya lemas Reina pelupuk matanya kembali dipenuhi cairan bening yang bersiap lepas landas kapan saja, "Aku sayang sama kamu Han.." ucap Reina.

"Kenapa Han?kamu engak cinta aku yah?" tanya Reina kembali sekarang air matanya sudah turun deras.

"Aku mau kita bersama sebagai pacar atau suami istri bukan saudara Han.." ucap Reina.

"Kamu engak mau yah Han?aku dan kamu menjadi kita?" tanya parau Reina yang sesegera menghapus air matanya dengan jari lentiknya, "Engak mau yah Han?jawab Han!" ucap Reina memaksa.

Reihan seperti tidak punya kata kata untuk ia lontarkan kepada Reina,ucapan Reina terlalu menusuk.

"Jawab Re..hiks... hiks.." Reina menangis terisak sekarang.

Reihan memberhentikan mobilnya tepat didepan rumahnya ia langsung turun dan kembali membopong tubuh Reina menuju kamar Reina.

"Astaghfirullah nak!!kemana saja kamu?!" pekik Luna histeris.

Reihan melewati Luna bergitu saja,tatapannya dingin lurus kedepan.

Ia menidurkan Reina diranjangnya,dan mengecup nya sayang.

"Aku sayang sama kamu kok," ucap Reihan yang membelai rambut panjang Reina, "Aku juga mau kamu,aku menjadi kita aku mau banget.." ucap Reina kembali.

"Tapi,sepertinya kita adalah rasa yang tepat di waktu yang salah Rei.." ucap Reihan meneteskan air matanya.

Kita adalah rasa yang tepat diwaktu yang salah.❞

-Reihan Prayudha Gumelar








Reina membuka matanya,menemukan wajah tampan milik Reihan sedang sibuk berkutik dengan buku pr-nya dan menemukan kompres dikeningnya.

Bibir Reina tertarik menggambarkan senyum manis,ia segera mengubah posisi duduk.

Reihan yang melihat itu sesegera menghampiri Reina dan tersenyum manis.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang