Adelio bersiap-siap untuk menjemput Adira. Ia mengenakan celana jeans warna hitam dipadukan dengan kaos putih polos. Jaket kulit dan sepatu putih bertali menjadi pelengkap tampilannya.
Memanaskan sepeda motornya, lalu melesat pergi menuju rumah Adira. Saat ini masih pukul 08.30 WIB, 30 menit lebih awal dari waktu yang ia janjikan. Tapi tak mengapa, kan? Daripada ia harus terlambat.
Setelah sampai, segera ia parkirkan sepeda motornya di depan pagar. Ia berniat menunggu Adira siap untuk pergi cukup dengan duduk di atas sepeda motornya saja. Segera diambilnya ponsel yang ada di saku jaketnya, lalu jari-jarinya mulai mengetikkan sesuatu.
[Lo kalo udah siap, kabarin gue. Dandannya jangan menor-menor, Dir.]
[Gue udah siap dari tadi. Tinggal nunggu lo dateng aja.]
[Cie. Semangat banget mau ketemu gue. Sampe nungguin segala. Dua menit lagi gue sampe depan pintu rumah lo. Siap-siap sambut gue, gih.]
Adelio beranjak dari duduknya. Sedikit merapihkan pakaiannya. Berjalan dengan gontai menuju rumah Adira. Setelah sampai di depan pintu, ia pun memencet bel.
Adira yang sedang duduk di ruang tamu pun berlari untuk membuka pintu. "Kok, beneran 2 menit, Yo?"
"Iya, dong. 'SuperLio' gitu loh."
"Yuk, berangkat!"
"Nyokap, Bokap lo, ada?"
"Ada. Di kantor."
"Ya udah. Kuy berangkat."
"Emang kita mau kemana?"
"Nanti lo juga tau."
Adelio memakai helmnya, lalu memberikan satu helm yang ia bawa untuk dipakai Adira. "Mau gue pakein apa pake sendiri?"
"Sendiri aja. Gue masih punya tangan."
"Iya, jutek amat lo, Dir. Ayo, naik."
"Eh, nanti dulu. Bantuin gue, susah dipake ini."
Adelio menoleh kepada Adira, lalu turun dari sepeda motornya. "Tadi gak mau dibantuin," goda Adelio. Ia mulai membantu Adira. Setelah selesai, mereka pun naik kembali, lalu melesat pergi meninggalkan komplek perumahan mereka.
"Kita mau kemana, Yo? Lo gak ada niat buat nyulik gue, kan?" kata Adira.
"Buat apa gue nyulik lo?"
"Ya, gue gak tau. Kan, lo yang mau nyulik gue."
"Gue gak nyulik lo, Dir. Gue mau bawa lo ke tempat yang indah. Lo pasti suka."
"Kok, lo bisa yakin gitu?"
"Iyalah. Liat aja nanti."
"Dir," panggil Adelio. Namun tidak ada jawaban dari Adira. Ia sedang asyik melihat pemandangan di sekitar jalan raya.
"Adira .... " panggil Adelio sekali lagi. Kali ini ia memanggil dengan cukup keras, sampai pengendara di sebelah mereka menoleh.
"Lo kalo manggil gue gak usah pake teriak kali. Malu gue," ketus Adira.
"Lo yang gak denger gue panggil tadi. Makanya gue teriak."
"Kenapa manggil emang?"
"Lo nyuekin gue. Asyik sendiri aja."
"Lah?"
"Iya, dari tadi diem. Asyik liatin pemandangan."
"Terus gue harus gimana?"
"Ya, ngomong sesuatu gitu." Adelio melihat perubahan wajah Adira. Ia terlihat sedang kesal.
"Lo aja diem. Ya, gue ikutan diem lah."
KAMU SEDANG MEMBACA
AthreeK's Squad
Teen FictionSeantero SMA Dharma sudah pasti mengenal AthreeK's Squad. Siapa yang tidak mengenal mereka? Si empat sekawan yang selalu terlihat kompak. Persahabatan yang terjalin sejak masa kanak-kanak membuat mereka selalu bersama, saling menjaga antar satu sama...