Bagian 7

821 135 7
                                    


Hal pertama yang Caly lakukan adalah mencari Andy walaupun ia harus menyelam ke dalam sungai Amazon. Kata-kata Ibu Rhena sungguh membuatnya malu. Ia bukan penggoda ataupun jenis perempuan yang suka memanfaatkan laki-laki. Ia murni hanya bersahabat dengan Andy. Memang selama ini ia cukup sering menyusahkan Andy, tapi Andy juga sering melakukan hal yang sama padanya.

Ketika bayangan Andy berkelebat di depannya, Caly menarik pria itu menuju pantry.

"Kau merindukanku?" cengirnya.

"Mengapa kau tidak pernah mengatakan kalau kau adalah putra Ibu Rheina. Aku sangat malu. Kau tahu, Ibu Rhena memperingatiku untuk tidak menggodamu. Aku bersumpah akan menebas lehermu jika kau jatuh cinta padaku." Caly menghujam Andy dengan kecepatan kata-kata 1000km/jam.

"Aku tidak habis pikir, Axel bisa tahan dengan mulutmu."Andy menatap kakak iparnya dengan heran.

"Jangan membawa-bawa nama Axel, aku sedang tidak ingin membahas pria brengsek itu!"

"Baiklah, pertama, semua orang dikantor ini tahu siapa aku, hanya kau yang tidak pernah peduli, kedua aku sudah katakan, aku tidak mungkin jatuh cinta padamu. Ketiga, aku akan memberitahu ibuku bahwa tidak ada yang terjadi antara kau dan aku." Andy mencoba meyakinkan. Dirinya juga tidak mau membangkitkan kemarahan Axel, mengingat ia baru saja gencatan senjata dengan kakaknya.

"Jadi, semua orang tahu kau adalah putra Ibu Rheina?" Cengir Caly. "Tapi tetap saja, ini semua salahmu, kau tidak pernah menunjukkannya. Dan mereka tidak pernah membahasnya."

"Aku tidak menyalahkanmu jadi jangan membela diri."

"Aku hanya tidak suka selalu menjadi pihak yang disalahkan," bahu Caly merosot. "Aku baru saja bertengkar dengan Axel dan Ibumu takut kau terjebak antara aku dan Axel." Caly kemudian mengambil secangkir kopi dari mesin pembuat kopi.

"Aku minta maaf jika Ibuku menyinggungmu."

"Tidak, aku mengerti apa yang dia katakan, hanya saja hari ini begitu berat untukku." Caly meneguk kopinya.

"Kau mau aku antar pulang?"

Caly menggeleng,"aku harus melakukan sesuatu sebelum pulang ke apartemenku." ungkap Caly.

Dan sesuatu itu adalah membeli beberapa bungkus kripik jagung, dua bar milk chocolate, beberapa kaleng soda dan bir, dan dua mangkuk mie instan dan beberapa snack sebagai teman pelengkap. Caly mendekap dua kantung kertas belanjaan dalam dekapannya layaknya seorang kekasih yang tidak ingin ia lepaskan. Namun begitu keluar dari lift, tiba-tiba kantung kertasnya melayang dan tangannya berubah hampa.

Axel menculik mereka.

"Apa yang kau lakukan disini?"

"Aku ingin bicara." Axel berjalan menuju apartemen Caly sementara sang pemilik mengekor di belakangnya.

"Aku sedang tidak ingin berdebat," ucap Caly lelah.

"Aku juga sedang tidak ingin berdebat. Sudah cukup seseorang memarahiku hari ini." sahut Axel. Caly berpikir, apakah Axel sedang mempunyai masalah dengan Mia?

Axel tidak perlu menunggu Caly membuka pintu. Ia menekan kode akses masuk dan membiarkan Caly terkejut dibelakangnya.

"Darimana kau tahu akses masuk ke apartemenku?"

"Aku tidak perlu menjadi professor untuk melakukannya. Kau masih saja seceroboh sejak terakhir aku melihatmu." Axel meletakkan barang-barang Caly dan memeriksa sekeliling apartemen Caly. Ia membuka kaleng bir dan duduk di depan tv.

"Apartemenmu sangat kecil. Apakah kau bisa bernafas?"

Caly masih memandang suaminya dengan tidak percaya, ada apa dengan Axel hari ini?

"Duduklah, kau membeli banyak snack, aku yakin kau butuh seseorang untuk ikut menghabiskannya." Axel menepuk tempat disebelahnya.

Caly duduk di sebelah Axel, kemudian tangannya menempel pada dahi Axel."Apakah kau sakit?"

"Jangan menyentuhku, aku bisa memperkosamu sekarang juga."

Secepatnya Caly menarik tangannya.

Axel menarik nafas panjang "Aku merasa, aku terlalu keras padamu." "Hanya saja kau selalu membangkitkan emosiku."

"Karena hubungan kita memang menguras emosi." Caly membuka kaleng bir dan menghabiskannya dalam beberapa teguk.

"Aku mencoba memberikanmu yang terbaik sebelum perceraian kita, tapi sepertinya kau tidak menginginkan apapun dariku. Itu melukai egoku."

"Aku sudah membuat kesalahan padamu. Aku menikah karena uangmu, dan bercerai karena berselingkuh." Caly menatap suaminya dengan miris. "Aku hanya ingin menegakkan kepalaku di depanmu untuk terakhir kalinya."

"Caly, apakah kau benar-benar mempunyai hubungan dengan lelaki itu?"

"Tidak ada gunanya membahas itu sekarang. Kau bisa menyakini apa yang kau yakini, aku sudah lelah membela diriku. Lagipula bukankah kau akan menikah dengan Mia? Tidak ada gunanya kau membahas hubungan masa lalu dengan calon mantan istrimu."

"Aku tidak mempunyai hubungan dengan Mia."

Caly tertawa mengejek, "Aku yakin kau mengejarku untuk bercerai karena kalian akan segera menikah."

"Jangan membahas Mia, aku sedang ingin membicarakan hubungan kita."

"Perlu kepercayaan jika kau ingin melakukannya, tapi seperti yang kukatakan semuanya sia-sia sekarang."

***

Axel memandangi istrinya yang tertidur dipangkuannya. Sesekali ia membelai rambut Caly, masih halus seperti terakhir yang ia rasakan. Keinginan untuk menyentuh dan memeluk Caly sangat besar.

Selama setahun Axel tidak berani melangkah, ia tidak mengira Caly tidak tahu kalau mereka belum bercerai. Selama ini Axel menunggu langkah yang akan Caly ambil. Tapi tidak ada yang terjadi. Uang yang ia kirim, samasekali tidak tersentuh, Axel baru mengetahuinya, ketika rekening Koran atas nama Caly ia temukan di rumah. Lucunya tidak ada orang dirumah yang memberitahunya. Karena sejak mereka berpisah, Axel lebih memilih tinggal diapartemen daripada tersiksa dengan kenangan Caly.

Dan kini, ia tidak bisa menahan diri untuk tidak tidur di sebelah Caly dan memeluk tubuh molek istrinya. Dengan lembut ia meletakkan kepala Caly pada lengannya. Dulu sehabis bercinta Caly akan melakukan ini, dia akan menempel pada Axel sampai pagi, Caly seperti anak kucing manja yang butuh perhatian.

Kini tubuh Axel serasa meledak karena menginginkan hal yang sama. Kerinduan untuk bercinta dengan Caly sungguh menyiksanya. Rasa posesif akan Caly semakin lama semakin tumbuh tanpa bisa ia bendung. Dan pikiran untuk melupakan penkhianatan Caly menari-nari di pikirannya. Perlahan-lahan ucapan Caly menganggunya. Harusnya ia mengenal Ibu tirinya lebih jauh. Bagaimana jika Caly tidak bersalah, bagaimana jika semua yang dikatakan Caly adalah benar. Walaupun kemungkinan itu kecil paling tidak Axel harus memberikan kesempatan untuk Caly, lebih tepatnya memberikan dirinya kesempatan untuk bahagia.

Axel menyambar ponselnya, ia akan menyuruh Randy menyelidiki apa yang terjadi setahun lalu.

"Aku tidak tahu apakah ini sudah terlambat, tapi aku ingin kau menyelidiki semua yang terjadi setahun lalu antara Irene dan Caly," jujur saja Axel malu mengatakannya pada Randy. Randy sudah memaksanya melakukan ini sejak dulu.

"Tidak ada yang terlambat.Sepertinya pikiranmu sudah sehat kembali." Axel tahu, Randy menertawainya, tapiia tidak peduli. Ia hanya bisa berharap bahwa tidak ada yang terjadi danperceraian itu tidak akan pernah terjadi.

life is dramaWhere stories live. Discover now