Bagian 8

855 146 5
                                    


Sepertinya bir dan Axel adalah perpaduan yang tepat untuk mengatasi insomnianya. Untuk pertama kali dalam setahun Caly benar-benar bisa tidur nyenyak. Sedikit harapan, Axel akan bersamanya sampai pagi, namun ranjangnya kosong yang ada hanya sisa parfum Axel yang menempel pada bantalnya. Ia tidak tahu apakah ini pertanda hubungan baik ataukah hanya sebuah kebaikan Axel yang mau berdamai dengannya sebelum perceraian mereka.

Caly tidak mau memikirkannya terlalu jauh, ia memilih memulai paginya dengan semangat. tersenyum menyapa orang-orang dan bertekad membuat hidupnya lebih bahagia.

"Sepertinya terjadi sesuatu," cengiran Andy untuk pertama kalinya tidak menjengkelkan. Namun ketika memperhatikan Andy lebih dekat, Caly merasa wajah Andy tidak nampak asing samasekali.

"Tidak ada, semua masih sama," ungkap Caly lalu membuat kopi untuk dirinya.

"Akhir-akhir ini kau sering minum kopi, kau pernah mengatakan kau mempunyai maag." Andy menunjukkan kekhawatirannya.

"Itu hanya gaya hidup, dulu aku terlalu manja tentang makanan, tapi kini aku memakan semua yang bisa dimakan. Mungkin lambungku sudah beradaptasi." Sahut Caly. Karena memang tidak ada yang terjadi ketika ia minum kopi.

"Alceo memintamu datang," ucap Andy kemudian. "Mereka ingin kau membawa proposal."

Caly hampir menyemburkan kopinya," Untuk apa Axel memintaku datang, dan lagipula bukankah kau sangat tidak menyukai Axel?"

Andy tersenyum, Caly bisa menebak banyak rahasia di wajah Andy. "Bisnis sama dengan politik, kawan belum tentu kawan dan lawan belum tentu lawan. Aku hanya mengambil kesempatan yang ada. Sepanjang mereka tidak merugikanku." Ungkap andy penuh hati-hati kemudian meneguk kopinya.

"Jujur padaku," Caly menangkup wajah Andy dan memaksa Andy melihat matanya.

"Kau akan menciumku?" tanya Andy polos.

"Itu tidak akan terjadi, tapi ceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi antara kau dan Axel. Kalian tiba-tiba kenal, kemudian bermusuhan dan kini kalian tiba-tiba berbaikan."

Andy melepaskan pegangan tangan Caly pada pipinya yang terasa panas. "Kami tidak tiba-tiba kenal. Seperti yang kukatakan ini hanya masalah bisnis. Ayah Axel mengincar tanah dan Gedung ini disisi lain Ibuku tidak ingin melepaskannya. Namun sekarang Axel mau membantu kami untuk mempertahankannya."

"Hanya itu?" harusnya kau hanya marah pada Ayahnya mengapa kau menyeret Axel ke dalam masalah ini."

"Karena Axel bagian dari Ayahnya aku anggap mereka berdua tidak jauh berbeda." Andy enggan membahasnya lebih jauh, Caly bisa melihat itu, karena Andy terlihat sangat hati-hati ketika bicara.

"Aku menjanjikan kalian bertemu jam 10, jika kau tidak berhasil dengan proposalmu, aku akan memotong gajimu." Lanjut Andy

"Sepertinya aku diusir." Caly mendengus, lalu pergi setelah memberikan lirikan tajam.

Andy melambaikan tangannya.

***

Tidak seperti Hotel Cesar yang megah yang dikelilingi oleh orang-orang kaku yang berdasi, Alceo justru dipenuhi oleh orang-orang ramah yang menyapa Caly dari pintu masuk sampai mengantarkannya pada Axel. Mereka rata-rata seperti Axel, hanya mengenakan jeans dan kemeja dan tidak jarang pakaian mereka lusuh karena sinar matahari.

"Sekretarismu yang disini jauh lebih ramah daripada Hotel Cesar?" tanya Caly ketika bertemu dengan Axel. Kantor Axelpun jauh berbeda dengan ruang kerja Axel di Hotel Cesar. Caly menatap di sekelilingnya bahkan tidak sungkan berjalan mengitari sudut ruang kerja Axel.

life is dramaWhere stories live. Discover now