Kerinduan besar pada Axel menggelapkan mata dan pikiran Caly. Ia mengalungkan lengannya pada leher Axel dan membiarkan tubuhnya dikuasai oleh gairah. Mungkin bukan hanya gairah namun juga kebutuhan akan Axel. jadi ketika Axel membuka pakaiannya, Caly membiarkannya. Ia membiarkan Axel mencium tiap inci kulitnya. Seperti kembali pada setahun yang lalu. Semua sentuhan Axel tidak berubah sedikitpun.
Tidak hanya sekedar seks, apa yang akan terjadi selanjutnya dengan hubungan mereka. Caly tidak bisa berpikir apalagi menebak. Sebenarnya apa yang sedang Axel rasakan padanya. Apakah pria ini masih membencinya. Ataukan Axel hanya menjadikannya sebagai pelampiasan seks semata. Caly takut berharap lebih banyak, Caly takut ia akan terjun kembali ke jurang yang sama. Pikiran itu membawanya kembali ke dalam realita
"Tidak... tidak... ini tidak boleh terjadi." Caly mendorong tubuh Axel untuk menjauh sementara dirinya menyambar selimut untuk menutupi dirinya.
"Kau menginginkan juga," desis Axel.
"Tentu saja itu karena moratorium seks yang kujalani sejak kita berpisah. Tapi aku harus menggunakan akal sehatku sekarang." Caly menarik nafas lalu berkata "Jangan membuat masalah baru Axe."
Axel terdiam sejenak dan berpikir. Entah apa yang ia pikirkan tapi Axel memilih keluar kamar tanpa mengucapkan sepatah katapun. Tidak berselang beberapa lama, Axel kembali menenteng sebuah tas dan memberikannya pada Caly.
"Aku akan membuatkan sarapan untukmu," ucap Axel lalu pergi.
Selesai berpakaian Caly menemui Axel di meja makan. Axel nampak tenang dan sedikit dingin.
Sandwich dan susu, Axel memperlakukannya bagai anak kecil.
"Makanlah," ucap Axel. Caly tidak mendebat ia makan dengan tenang, walaupun hatinya berkecamuk. Bagaimanapun ia perlu makan untuk menambah energy.
"Apakah kau pernah mendengar lagu Hot and Cold?" tanya Caly setelah menghabiskan sarapannya.
Axel mengernyit, "Katy Pery?"
"Itulah kau saat ini, kau bersikap seperti perempuan yang mengalami PMS!"
"Caly jangan memulai perdebatan." Axel menghempaskan sendok dan garpunya.
"Aku sangat... sangat... sangat... ingin kita hidup dalam damai, tapi aku bukan robot yang bisa menerima perlakuan semena-mena darimu." Debat Caly.
"Caly, aku setengah mati menahan gairah yang bangkit karenamu. Yang lucunya tidak akan padam karena kau masih disini dan menggodaku dengan tubuhmu. Apa yang bisa kulakukan? Tidak bolekkah aku bersikap kesal?"
"Harusnya kau berpikir sebelum membuka bajuku. lagipula kau bisa melampiaskannya pada tunanganmu!"
"Aku mempunyai istri yang sah di depan mataku untuk apa aku mencari tunanganku lagipula kau menuntutku untuk tidak berhubungan dengan Mia sebelum proses pereceraian kita selesai," sahut Axel kesal.
Caly bangkit dari tempat duduknya," oh, jadi tidak masalah perempuan yang didepanmu, asal kau bergairah kau akan mengajaknya tidur!"
"Memang itulah yang kulakukan, bagaimanapun aku adalah pria."
"Sebaiknya kau mencari perempuan murahan untuk urusan birahimu!" kata Caly dengan kasar lalu pergi. Di belakangnya Axel berteriak "Kau adalah perempuanku!"
***
Axel berkali-kali memaki dirinya sendiri. Kebutuhan akan Caly begitu mendesak dan istrinya samasekali tidak peduli. Mencari pelacur! Jika saja ia bisa, ia akan mencari pelacur untuk melampiaskannnya, tapi ia tahu itu akan sia-sia. Lagipula Axel tidak menyukai hubungan satu malam. Ia lebih baik berhubungan beberapa bulan dengan perempuan yang sama dibandingkan melampiaskan hasratnya dengan pelacur.
YOU ARE READING
life is drama
RomanceCaly menjalani pernikahan hanya karena ia berada di waktu dan tempat yang salah, yang berujung pada perceraian. Namun pertemuan kembali dengan sang mantan suami membawa cerita dan masalah baru di hidup Caly.