Bagian 9

1K 142 7
                                    


Caly enggan untuk bangun walaupun sekedar membuka mata. Wangi Axel masih tersisa, Caly yakin suaminya sudah pergi. Namun aroma kopi berhasil memaksanya untuk membuka mata. Axel duduk dengan secangkir kopi pada meja minimalisnya. Ia tampak sibuk dengan layar ponsel, sampai tidak menyadari Caly duduk di hadapannya lalu meneguk kopinya.

Axel mendelik "kau punya asam lambung yang tinggi Calia." Axel mengambil cangkir kopinya dari Caly. "Aku akan membuatkanmu susu hangat."

"Aku tidak mempunyai persediaan susu," Caly menguap begitu Axel mulai mencari-cari kotak susu. "Mengapa semua orang begitu peduli dengan asam lambungku. Tidak ada yang terjadi ketika aku minum kopi. Tubuhku sudah berevolusi dengan cepat. Dia tahu kalau tuannya sudah bangkrut. Perutku tidak pernah rewel." Caly mendekati Axel lalu mengambil kopi sachet yang berada diatas lemari es. Namun Axel segera merebutnya lalu membuangnya keluar jendela.

"Aku perlu kopi itu untuk membuat mataku terbuka dan bugar sepanjang hari." protes Caly

"Jika kau kelelahan kau bisa berhenti bekerja."

"Tentu saja, calon mantan suamiku akan memberikanku tunjangan yang besar. Sehingga hidupku untuk kedua kalinya menjadi tidak berguna." Ucap Caly memandang Axel dengan kesal.

"Kalau kau ingin bekerja, kau bisa membuat usaha sendiri."

"Dan aku perlu modal," potong Caly. "Tapi tidak dengan tunjanganmu." Caly kemudian berjalan menuju kamar mandi. "Aku tidak mau berdebat denganmu, aku harus bekerja.

"Lalu bagaimana denganku?" Tanya Axel.

"Kau bisa pergi, bukankah kau juga akan bekerja?"

Axel menatap Caly dengan jengkel dua malam berturut-turut tidur seranjang dengan Caly bukanlah hal yang mudah. Apalagi Caly selalu merapatkan tubuhnya dan menggoda pertahanan Axel. Namun memikirkan untuk tidur sendiri di apartemennya yang luas, bukanlah pilihan yang akan Axel ambil. Ia lebih baik tersiksa dengan Caly daripada kesepian tanpa Caly. Dan pagi ini, hidup Axel sudah mulai berwarna dengan perdebatan kecil mereka.

"Kita bisa pergi bekerja bersama." Teriak Axel.

"Kau tidak perlu berteriak, kau berbisikpun aku mendengarnya." Sahut Caly dari bilik pintu kamar mandi. "Jika kita pergi Bersama, semua orang akan menanyaiku. Wartawan akan datang, helicopter jurnalis akan mengepung kantorku. Aku akan menjadi terkenal kembali. Lalu semua orang akan mengungkit masa laluku, skandal ayahku dan ujung-ujungnya Ibu Rheina akan memecatku. Ketika proses perceraian kita sudah selesai, semua orang akan menganggapku bodoh."

Suara air membuat Axel membayangkan apa yang tengah Caly lakukan di dalam.

"Caly, jangan sekali-kali keluar dari kamar mandi dengan pakaian terbuka." Sahut Axel.

"Kau tidak pernah menggubris apa yang kukatakan, kau selalu mengatakan apa yang ingin kaukatakan. Ini apartemenku, aku bebas memakai apapun yang kuinginkan."

"Itu hanya peringatan jika kau tidak mau aku menerkammu."

Tidak lama Caly keluar untungnya dengan pakaian tertutup.

"Kau benar-benar mandi Cal?" seingatnya, Caly tidak akan keluar kamar mandi sebelum satu jam penuh.

"Aku tidak mempunyai pemanas air, jadi aku tidak mau menyiksa tubuhku dengan air dingin. Lagipula aku harus bekerja dan butuh waktu satu jam untuk tiba dikantor."

"Jarak kantormu hanya 20 menit." Debat Axel.

"Jika kau mengendarai mobil seperti Michael Schumacher bukan hanya 20 menit mungkin Cuma lima menit." Dengus Caly. Axel memperhatikan istrinya yang lebih hemat sekarang. Hanya diperlukan waktu 20 menit bagi Caly untuk bersiap-siap kekantor. "Paling cepat aku harus menunggu 15 menit untuk bus, dan 45 menit untuk perjaanan. Belum lagi, aku harus berjalan sejauh 2 km untuk sampai di Halte."

life is dramaWhere stories live. Discover now