Arvian mengenggam kedua tangan Lavira, "Tolong maafin aku. Sekali ini aja. Aku janji enggak akan buat kamu marah, sedih, dan enggak akan melakukan hal yang merugikan kamu."
Lavira tersenyum seraya mengangguk, "Iya, memang seharusnya kita saling memaafkan. Mungkin setelah beberapa hari ke depan kita enggak bakal ketemu lagi."
Raut wajah Arvian semakin muram, "Kamu benar-benar marah denganku?"
Lavira menggeleng, "Lupakan semua hal yang menyakiti kita. Masa lalu biarlah berlalu."
"Lav, tolong jangan pergi. Kita mulai semuanya dari awal," pinta Arvian dengan mada lembut.
Lavira mengembuskan napas perlahan-lahan sebelum kembali bicara, "Apanya yang mau dimulai dari awal?"
"Bisakah kita berdua bersama? Jujur sampai saat ini hanya kamu yang ada di hatiku tapi aku takut Arven terluka dan menganggap aku mengkhianatinya," terang Arvian seraya mengenggam kedua telapak tangan Lavira. Ia menatap perempuan itu dengan tatapan sendu.
"Kenapa kamu bicara seperti itu? Apa yang dikatakan Arven sehingga kamu berpikir seperti itu?"
Arvian mengingat kembali ucapan Arven sebelum mencium Lavira, bahwa Arven meminta Lavira kembali ke pelukannya dan berkata jujur bahwa Arven dan Lavira saling mencintai.
"Aku melihat kalian berciuman. Tidak mungkin kan kalian tidak ada apa-apa kalau bisa sampai beciuman seperti itu," jelas Arvian dengan lesu.
"Nope Arvian, nope. Kami tidak memiliki hubungan apa pun, Arven mengira aku mencintainya tapi jujur tidak pernah aku mencintaimu selain kamu."
"Benarkah?"
Lavira mengangguk. "Itu semua salah paham."
Arvian tersenyum sekilas, kemudian memeluk Lavira. "Maafin aku Lav. Aku yang salah selama ini. Kalau aku tidak menyimpulkan sendiri pasti kita sudah menikah."
Tamat yak haha
KAMU SEDANG MEMBACA
Pardon Me, Boss!
RomanceApa yang ada di pikiran kalian ketika mendengar kata sekretaris? Sosok yang sabar dan menawan dalam menghadapi bos? Atau apa? Sayangnya sekretaris dari Arvian Gabrilio tak seperti sekretaris pada umumnya. Cantik, tentu. Bahkan seksi. Namun, peremp...