[06]

21 4 0
                                    

Jam 14.00 Wib

Kriiing anggap aja suara bel:v

Ana memasukan buku-bukunya ke dalam tas. Dia kembali membayangkan Gavin yang lebih sering bersama Putri sekarang. Keadaan kelas sudah kosong. Semua murid sudah pulang begitupun Arya. Ana benar-benar tidak mempunyai semangat. Bahkan untuk melangkahkan kakinya saja enggan.

"Lo di mana vin? Masih sama Putri ya? Gue kangen sama lo. Lo udah gak anggap gue lagi apa? Di hati lo sekarang cuma Putri kan? Peka dong vin,  buka mata lo. Gue ini sayang sama lo! Hargain gue dong vin, gue kangen lo. Kangen lo yang dulu, yang perhatian sama gue, yang selalu jagain gue. Kemana gavin yang dulu? Gue kangen vin, kangen!" Katanya bermonolog sambil menitikkan air matanya.

Ana menunduk. Bahunya bergetar hebat.

"ANA!"

Ana mengangkat kepalanya dan melihat seorang laki-laki yang baru saja ditangisinya. Gavin. Dia segera menghampiri Ana dan duduk di bangku Putri.

"Lo kok nangis? Kenapa hey?" Tanya Gavin lembut.

"Lo kok di sini? Udah selesai nemenin Putri nya?" Ana balik bertanya.

Gavin menghela nafasnya "Jawab gue dulu. Lo kenapa?"

"Gu-gu-g-gue gak kenapa-napa Kok"

"Kalo lo gak kenapa-napa, gak mungkin nangis kan? Cerita aja sih na. Gue kan sahabat lo!"

SAHABAT!

Ana berdiri hendak keluar kelas,  tetapi tangannya sudah lebih dahulu di cekal oleh Gavin.

"Gue anterin lo pulang"

"Gak usah vin, lo temenin Putri aja lagi. Gue bisa pulang sendiri kok:)"

"Jangan ngeyel ANATHA MAHARANI!"

Ana menghembuskan nafasnya kasar lalu menatap Gavin "Yaudah terserah lo aja GAVIN MAHENDRA!"

Keduanya tertawa bersamaan lalu segera menuju ke parkiran motor. Mereka ingin segera pulang karna cuaca sudah sangat mendung. Gavin menatap ana cemas saat keduanya sudah naik ke motor.

"Kenapa sih vin? Kebiasaan lo suka GAk langsung jalan!" semprot Ana.

"Mau hujan na. Gue gak bawa jas hujan. Tar kalo kehujanan di jalan gimana?" sanggah Gavin.

"Gue gapapa kalo kehujanan juga vin"

Apalagi kalo sama lo. Gue rela lama-lama di jalan.

Gavin mengangguk paham lalu segera melaju pelan di bawah kota Jakarta yang mendung.

Benar saja, tak lama setelah itu hujan pun turun dengan derasnya. Gavin menawarkan untuk berteduh dulu, tetapi Ana menolaknya cepat. Ia tidak mau harus melepas pelukannya dari laki-laki yang ia cintai ini. Dengan alasan "Pengen cepet sampe"





Tebece gaes😘

FRIENDZONE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang