Y/n POV
Gue keluar dari night club itu terburu karena takut diikutin sama Jeno.
"Eh Y/n!! Tungguin!!"
Nah kan bener. Dia pasti ngikutin gue.
Gue mempercepat langkah gue. Dan pas gue nengok ke belakang, eh Jeno nya gak ada. Syukur deh kalau gitu. Males banget ketemu sama itu anak.
Gak habis pikir gue sama otaknya. Abis kebentur apaan sampe berani nembak gue? Kenal aja baru, main nembak aja_-
Pas lagi asik-asik jalan sambil ngelamun, gue ngerasain ada yang ngikutin gue dari belakang. Gue pikir itu Jeno, makanya gue noleh.
Tapi... Ternyata itu bukan Jeno. Melainkan lelaki bertato dan bertindik yang waktu tadi sempet ngegoda gue. Tepat di belakang gue dengan smirk nya yang serem.
Baru aja gue mau teriak, lelaki itu langsung ngebekap mulut gue dan bawa gue ke gang sepi yang gelap.
Gue udah berontak, tapi dia gak mau lepasin gue. Dia bahkan berani pegang-pegang badan gue, termasuk area terlarang gue.
"Bangsat!" Teriak gue sambil dorong badannya.
Bukan berhasil, yang ada dia malah mojokin gue ke tembok. Perlahan dia mulai bukain kancing baju gue yang udah pasti langsung gue tahan.
Sumpah, gue takut. Gue gak mau berakhir di perkosa. Air mata gue udah netes. Sekarang gue berharap kalau Tuhan mau nolong gue. Dan gue berharap kalau ada orang yang dateng buat nolongin gue.
Gue makin gak bisa nahan tangis pas tangan lelaki itu pegang-pegang area kewanitaan sama pantat gue. Dia ngelakuin itu sambil senyum jahat dan natap gue nakal.
Gue gak bisa ngapa-ngapain. Tenaga gue terkuras dan pikiran gue gak bisa mikir buat cari cara melarikan diri.
Tapi kemudian lelaki itu jatuh. Gue sempet bingung. Pas gue nengadah, ternyata itu Jeno. Dia yang nendang lelaki itu sampe jatoh.
Tatapan Jeno keliatan marah dan tajam.
Lelaki itu bangun. Berdiri menatap Jeno.
"Apa lo ikut campur urusan gue?!" Tanyanya.
Jeno gak jawab. Tangannya terkepal kuat. Habis itu dia maju dan menghajar lelaki brengsek itu.
Terjadi pembelaan diri yang buat pertengkaran brutal terjadi. Gue jongkok dan meluk lutut gue sambil nyembunyiin wajah gue di lutut gue. Dan gue kembali nangis saking takutnya.
Y/n POV end
|
|
|Author POV
Jeno menyerang lelaki itu dengan brutal. Ia meninju keras sampai wajah itu babak belur dan keluar darah di beberapa bagian.
Jeno juga menendang wajah lelaki itu. Tak ada ampun untuknya.
Meskipun lelaki itu berbadan besar, tapi hal itu tak membuat nyali Jeno menciut. Lagipula, kemarahan Jeno yang memuncak bisa mengalahkan segalanya. Dan.... Jeno pernah belajar bela diri. Jadi tak sulit untuknya melumpuhkan musuh.
Lelaki itu akhirnya tumbang dengan wajah yang benar-benar terluka parah. Namun tatapan Jeno tetap tajam dan amarahnya tak surut.
"Menghilanglah dari hadapan gue!! Kalau gue liat muka lo lagi, jangan harap lo bisa liat matahari terbit!!" Setelahnya, Jeno menginjak perut lelaki itu dan menendang wajahnya.
"Dasar goblok!!" Bentak Jeno.
Kemudian, ia mendekat ke Y/n. Melepaskan jasnya, lalu di pakaikan ke punggung Y/n.
"Berdiri, sayang." Kata Jeno lembut.
Perlahan Y/n berdiri. Menatap Jeno dengan mata sembapnya. Ia bahkan masih menangis, membuat pipinya semakin basah.
Jeno langsung menarik Y/n ke dalam dekapan hangatnya.
"Maaf, harusnya tadi gue gak terima telepon dulu. Dia pegang apa aja?"
Y/n diam. Terus menangis di dalam pelukan Jeno. Ia tidak tau harus bilang apa. Ia pun tak sanggup menceritakan apa yang sudah lelaki brengsek itu lakukan.
Detik berikutnya, Jeno melepas pelukan. Mengancingkan baju Y/n yang terbuka, menghapus air mata Y/n dengan lembut. Tatapannya begitu halus, tak seperti tadi saat ia menatap lelaki itu.
"Mulai sekarang, gue bakal jadi guardian angel nya lo. Gak akan gue biarin siapapun nyentuh lo tanpa seizin gue." Mutlak Jeno.
"Pake jas gue. Nanti gue gendong lo. Gue anter lo pulang." Sambungnya.
Y/n menurut untuk memakai jas milik Jeno. Dan Jeno pun menggendong Y/n di punggungnya.
"Makasih ya Jen." Gumam Y/n.
Senyum Jeno terulas manis, "Sama-sama."
Habis itu, Jeno membenarkan letak gendongannya, dan Y/n mengeratkan pelukan lengannya pada leher Jeno. Ia juga menyimpan dagunya di pundak Jeno.
Sebenarnya ia masih ingin menangis. Mengerikan saat ingat kejadian tadi. Namun ia tahan. Ia hanya tak mau orang-orang berpikir kalau Jeno-lah yang telah membuatnya menangis, meskipun ia tau tidak akan ada orang yang peduli.
Jeno tidak mengantarkan Y/n sampai depan gedung apartemen. Tapi sampai depan pintu apartemennya. Tidak banyak orang di lobby karena sudah larut malam. Saat di dalam lift pun hanya berdua saja.
Selama itu juga Y/n sesekali menyembunyikan wajahnya. Entahlah, rasanya manja kepada Jeno itu benar-benar hal yang luar biasa.
"Apa password-nya?" Tanya Jeno saat berada di depan pintu apartemen.
"0906." Jawab Y/n.
Jeno memasukkan password dan pintu pun dapat terbuka. Ia mengurungkan niatnya untuk mengantarkan Y/n hanya di depan pintu. Ia harus memastikan Y/n aman di dalam sini. Itu saja.
Ia masuk. Menutup pintu apartemen, lalu berjalan dan mendudukkan Y/n di sofa.
Jeno ikut duduk di samping Y/n. Menatap Y/n sambil menghela napas. Tangannya terangkat untuk mengusap kening Y/n dengan sayang.
"Gue pulang ya?"
Y/n diam. Jika boleh jujur, ia ingin Jeno tetap disini.
Jeno juga mengusap lembut air mata Y/n yang lagi-lagi terjatuh.
"Jangan nangis. Lo udah aman kok." Kata Jeno.
"Lo harus pergi sekarang?" Tanya Y/n.
"Em-hem." Jeno mengangguk. "Ada sepupu gue di rumah. Dia gak mau tidur karena nunggu gue. Jadi gue harus pulang sekarang. Gakpapa 'kan?"
Y/n diam sejenak sebelum mengangguk.
"Besok gue kesini lagi. Gue pamit ya," Jeno mencium kening Y/n dan berlalu pergi.
TBC
Aku gak tau harus kasih password nya berapa, jadi aku kasih 0906 aja. Itu tanggal di rilisnya book ini, hehe...
KAMU SEDANG MEMBACA
Men In Night Club : Jeno X You [HIATUS]
Fanfiction[JANGAN BACA SAMBIL MASKERAN] "Lelaki di night club itu.... tiba-tiba jadi akrab sama gue karena satu kejadian." © Heavenmineisthere