Hening.
Itulah yang terjadi sekarang.
Y/n duduk bersama Jeno di atas batu besar pinggir danau. Tapi Jeno tak mengatakan apapun dari tadi. Raut wajahnya masih tetap bete.
Tangan Y/n perlahan terangkat untuk menggenggam tangan Jeno. Itu pun di dalam hatinya masih ada rasa takut, takut Jeno tiba-tiba ngamuk.
Tapi Jeno malah melepaskan tangan Y/n agak kasar, membuat Y/n kaget.
"Gue salah apa? Kok lo ikutan marah ke gue?" Tanya Y/n sedikit kesal.
"Ya kamu digituin malah diem aja!! Lawan kek!! Sekalian siram mereka pake air keras biar mereka kapok!!"
(( Kamu )) Oke siap.
Y/n diam. Mencoba mencerna apa yang Jeno katakan. Masa iya Y/n harus sejahat itu?
"Tapi 'kan...—"
"Bukan tapi-tapi!! Mereka itu keterlaluan sama kamu!! Ngatain kamu cewek kotor!! Ngatain kamu pelacur!! Ngatain kamu ini!! Ngatain kamu itu!! Kalau bukan cewek, udah aku ajak baku hantam!!" Setelahnya, Jeno mendengus sebal.
Mendengar itu, Y/n menahan tawanya. Geli juga dengar Jeno bilang dirinya sendiri dengan sebutan 'aku' dan bilang ke Y/n dengan 'kamu'.
Jeno membulatkan matanya. "Kok malah ketawa sih?! Aku tuh lagi marah ya!!"
"Abisnya lucu denger lo bilang 'aku-kamu'. Geli-geli gimanaaaa gitu."
Ucapan Y/n langsung di hadiahi rangkulan gemas dari Jeno. Ia juga menggetok kecil kepala Y/n yang buat Y/n agak memekik walau tidak kerasa sakit.
"Aduh!"
"Lagi serius gini malah ngajak bercanda!! Belum pernah di tampol pake Lamborghini ya?!"
Y/n mencebik, "Dih sombong amat. Sekalian aja tampol pake jet pribadi biar mantul."
Lagi-lagi Y/n membuat Jeno gemas karena ucapannya. Ia menggigit kuping Y/n saking gemasnya.
"Kyaaa!! Jenooo!!!" Pekik Y/n.
Jeno melepaskan Y/n dan di tatap dengan tajam.
"Aku masih marah ya!! Aku serius!!" Tekan Jeno.
Y/n menghela napas, "Udah jangan marah lagi."
"Apa?! Jangan marah?! Heh! Mereka itu udah bikin aku kesel!! Kamu lupa kalau mereka tuh tadi..—"
Tangan Y/n terangkat untuk menutup mulut Jeno agar Jeno tak lagi ngomel.
"Tau, gue tau kok. Mereka emang keterlaluan. Tapi, gue gak ngerasa kalau apa yang mereka omongin tuh bener. Makanya gue diem." Kata Y/n. Setelah itu ia melepaskan tangannya dari mulut Jeno.
"Gini ya Jeno, selama ini gue diem tuh bukan karena gue takut. Tapi karena gue ngerasa gak guna ngeladenin orang kayak mereka. Mau mereka ngomong apapun, gue gak peduli. Toh, mereka itu gak tau apa-apa tentang gue."
"Kita ini manusia hidup. Kita yang jalanin, Tuhan yang nentuin, dan orang lain yang ngomentarin. Di dalam sebuah audisi pun, pasti ada juri yang bakal komentarin para kontestan yang ada di hadapan mereka. Begitupun dengan kita.
Katakanlah mereka juri dan kita adalah kontestan yang hadir. Mereka pasti bakal komentar ini itu tentang kita, orang yang ada di hadapan mereka, orang yang mereka liat. Bener 'kan? Jadi... yaudah. Selagi kita punya prinsip, selagi kita punya Tuhan, selagi kita tutup telinga, mereka hanya akan jadi angin yang numpang lewat." Lanjut Y/n.
"Tapi mereka jahat banget, yang." Jeno menatap sedih ke arah Y/n. [Yang komen "yang aus yang aus" atau semacamnya, auto kena santet dari sang author]
Y/n nabok pelan pipi Jeno, "Apaan 'yang' 'yang'. Enak bae panggil gue 'yang'."
"Gakpapa dong. Kan kita udah resmi pacaran."
"Enggak ya! Gue gak pernah bilang setuju."
"Jangan gitu." Jeno mengerucutkan bibirnya lucu. "Jahat banget."
Respon Y/n hanya me-rolling eyes.
Tak lama kemudian, datang Renjun yang sedang menggendong Nascha.
"Heh! Gue cariin lo kesana kemari membawa alamat jeng jeng.."
Jangan nyanyi.
"... ternyata ada disini, lagi pacaran. Sialan." Ujar Renjun dengan kesal.
"Sorry. Abisnya gue bingung mau kemana." Jawab Jeno.
Renjun menurunkan Nascha. Jeno dan Y/n di buat bingung saat lihat ada bekas air mata di pipi Nascha. Di tambah dengan bulu mata Nascha yang basah membuat mereka yakin kalau Nascha abis nangis.
"Nascha kenapa sayang?" Tanya Jeno sambil meraih Nascha dan di dudukkan di atas pahanya.
"Gara-gara elu. Dia kaget pas lo mecahin gelas. Lo kebiasaan banget kalau marah suka gak inget dunia njir." Timpal Renjun.
Pandangan Jeno beralih ke Renjun sebelum kembali lagi ke Nascha. Tangannya terangkat untuk mengusap lembut pipi Nascha dan menghapus jejak air mata yang ada di pipi gembul si gadis kecil.
"Nascha kaget gara-gara Kak Nono?" Jeno bertanya dengan lembut yang di jawab anggukan oleh Nascha.
"Uwuuuu~ Kasian banget. Maafin Kak Nono ya sayang." Ucapnya sambil memeluk Nascha. Nascha pun membalas pelukan Jeno, melingkarkan tangan mungilnya di leher Jeno.
"Nascha takut kalau Kak Nono lagi marah." Gumam Nascha.
"Iyaa, maaf yaa. Kak Nono janji gak akan marah-marah lagi.." ".. di depan Nascha." Sambung Jeno dalam hati.
Nascha mengangguk dan masih terus memeluk leher Jeno.
"Kalian gak tau apa yang udah gue alamin." Ujar Renjun.
"Apa emangnya?" Tanya Y/n penasaran.
"Masa gue dikira young daddy?"
"Hah?" Kaget Jeno dan Y/n secara bersamaan.
"Iya njir. Mana tadi banyak juga cewek yang deketin gue dan nawarin diri jadi istri kedua gue. Ajig cringe sangaaddhhh."
Y/n tertawa kencang, sedangkan Jeno hanya terkikik kecil.
"Terus ya waktu Nascha nangis, ada ibu-ibu yang bilang ke gue gini "Mas, anaknya jangan dibikin nangis dong. Kasian" Gitu katanya njir. Dia pikir gue ayahnya Nascha dan yang bikin Nascha nangis." Lanjut Renjun.
"Ya mungkin muka lo udah pantes kali jadi young daddy." Ledek Jeno.
"Anjir Jen. Gue belum siap jadi ayah. Gue masih imoet-imoet lutchu mirip nak esema. Dan... lo 'kan tau kalau gue gak punya pacar." - Renjun
"Makanya cari pacar." - Jeno
"Sapa yang mau sama cowok kek gue T_T" - Renjun
"Ada. Noh tanya ke yang lagi baca." - Jeno
"Em.... Buat yang lagi baca, mau enggak jadi pacarnya Injun?" - Renjun
TBC
I know it's garing T_T
KAMU SEDANG MEMBACA
Men In Night Club : Jeno X You [HIATUS]
Fanfiction[JANGAN BACA SAMBIL MASKERAN] "Lelaki di night club itu.... tiba-tiba jadi akrab sama gue karena satu kejadian." © Heavenmineisthere