6 - Amarah Jeno

6.4K 1K 94
                                    

"Jeno pulaaangg!!"

Kepulangan Jeno di sambut gembira oleh gadis kecil berusia 6 tahun itu, Lee Nascha.

"Kak Nonoooooo!!" Nascha lari menghampiri Jeno, lalu memeluk kaki jenjangnya.

"Haiii Nascha." Sapa Jeno lembut.

Ia melepas pelukan Nascha. Berjongkok di hadapan gadis kecil itu untuk mensejajarkan tubuhnya.

"Nascha kenapa belum tidur? Udah hampir jam satu loh." Kata Jeno.

"Nascha gak mau tidur kalau Kak Nono belum pulang."

"Hm... Yaudah, karena Kak Nono udah pulang, Nascha mau tidur ya? Ayo Kak Nono anter Nascha ke kamar." Jeno meraih Nascha untuk di gendong.

"Kak Nono dari mana aja sih? Nascha kan bete kalau sendirian. Nascha nunggu Kak Nono pulang, tapi malah gak pulang-pulang."

"Iyaa, maaf yaa. Kak Nono tadi ada urusan. Makanya baru pulang."

Nascha menganggukkan kepalanya sambil mengucek mata dan sesekali menguap. Jeno terus berjalan menuju kamar yang di khususkan untuk Nascha jika datang kesini.

"Aduh Nascha udah gede ya, jadi tambah berat."

"Iya dong Kak Nono. Nascha mau cepet gede kayak Kak Nono."

Jeno tertawa pelan.

"Oh iya, Nascha udah cuci tangan? Cuci kaki? Sikat gigi?" Tanya Jeno kemudian.

"Belum."

"Ayo cuci tangan sama kaki dulu. Abis itu sikat gigi."

Jeno membawa Nascha ke kamar mandi. Menuntunnya untuk cuci tangan dan cuci kaki. Jeno juga yang menuntun Nascha untuk sikat gigi.

Habis itu, Jeno menemani Nascha tidur dengan kepala yang diusapnya sayang. Baru sebentar saja, Nascha sudah tertidur pulas. Jadi Jeno meninggalkan Nascha setelah menyelimutinya dan mematikan lampu.

Ia pergi ke kamar pribadinya dan segera mandi. Seluruh tubuhnya terasa lengket. Ia tidak akan bisa tidur jika tidak mandi. Dan kebiasaan Jeno adalah mengunci pintu kamar. Entahlah, rasanya aneh kalau pintu tidak di kunci.

"Gue harus gimana biar Y/n tetep aman?" Gumamnya.





-----





Besoknya, jam 10 pagi ...

Jeno menghela napas ketika tadi tantenya menelepon dan bilang kalau Nascha akan di jemput nanti sore.

Bukan apa-apa, Jeno 'kan inginnya berduaan dengan Y/n. Masa iya harus bawa-bawa anak kEcHieL?

Ya sudahlah, lagipula Nascha itu anak yang penurut. Pikir Jeno.

Jadi, Jeno membawa Nascha setelah memandikannya dan membuatnya terlihat cantik.

"Kita mau kemana?" Tanya Nascha.

"Mau ketemu sama pacarnya kakak."

"Wah~ Cantik enggak pacar Kak Nono?"

"Cantik dong. Nah, Nascha duduk disini yaa." Jeno mendudukkan Nascha di kursi samping kemudi, lalu memasangkan seatbelt.

Habis itu, ia duduk di kursi kemudi. Memasang seatbelt dan melajukan mobilnya.

Ia langsung menuju kafe dimana tempat Y/n bekerja. Ia menggendong Nascha, memasuki kafe itu dan cari tempat duduk.

Saat Jeno mendudukkan Nascha di sampingnya, seorang waiters mendatangi.

"Maaf mas, mau pesan apa?"

"Gue mau dilayanin sama Y/n." Kata Jeno.

"Ah, maaf?"

Jeno mendecak sebal, "Gue mau dilayanin sama Y/n. Kupingnya bermasalah ya mbak?"

"E-eh, sebentar. Saya panggilin dulu Y/n nya." Waiters itu pergi terburu.

Tak lama kemudian, Y/n datang. Terkejut melihat ada Jeno bersama anak kecil.

"Je-Jeno?" Kagetnya.

Jeno mengulas senyum manis, "Hai sayang."

Y/n mendelik malas, "Apasi sayang-sayang. Ngapain disini?"

"Ya suka-suka dong, ini 'kan kafe. Siapa aja boleh dateng. Bener tydack?"

Ya iyasih bener. Tapi..... - Y/n

"Kakak, ini ya yang pacarnya kakak?" Tanya Nascha.

"Iyaa. Gimana? Cantik 'kan?"

Nascha menganggukkan kepalanya. "Cantik, kak. Cantik banget."

Y/n agak tersipu. Kenapa pada memujinya begitu sih?

"Ini siapa, Jen?" Y/n bertanya, mengalihkan rasa malu yang muncul.

"Ini sepupu gue. Kan waktu malem gue udah bilang kalau ada sepupu gue dateng."

"Oh gitu. Lucuu banget. Siapa namanya, sayang?" Y/n agak membungkuk menatap Nascha.

"Nascha. Lee Nascha."

"Oh Nascha. Cantik ya namanya, kayak mukanya juga cantik."

"Makasih. Kakak pun cantik."

"Yaampun~ Gemesin banget~" Gemas Y/n sambil mencubit pipi Nascha.

"Nascha aja yang di cubit. Gue enggak?" Ujar Jeno.

"Lo gak usah di cubit. Di getok aja pake palu." Jawab Y/n.

Mendengar itu, Jeno tertawa kecil.

"Pesen dong." Kata Jeno selanjutnya.

"Boleh. Pesen apa?"

"Pesen hati lo, gimana?"

Y/n mendecak sebal, lalu menjitak kepala Jeno.

"Aduduh~ Galak banget njir. Gue pesen minum. Satu rainbow milkshake, satu lagi coffe latte."

"Oke. Tunggu bentar." Y/n pun segera pergi.

Jeno mengajak Nascha ngobrol. Tapi kupingnya tiba-tiba mendengar ada yang julid.

"Ih, cowok ganteng itu beneran pacaran sama si pelacur?"

"Iya kali. Tadi panggilnya sayang-sayang gitu."

"Anjir. Mau-mau aja itu cowok sama si pelacur. Mending sama gue."

"Sama gue ajalah."

"Gue aja, lo 'kan punya gebetan."

"Hm... Tapi gue gak rela si pelacur dapet cowok kek gitu. Udah ganteng, manis, dan keliatannya sih orang kaya."

"Tunggu deh, mungkin gak sih kalau si pelacur itu tuh cuma dijadiin mainan doang? Secara 'kan cewek pelacur itu tuh kampung, enggak banget pokoknya."

"Iya. Bisa jadi. Atau mungkin juga si pelacur itu udah di anu sama di cowok ganteng itu."

"Hmm... Maybe. Dia 'kan pasti mau-mau aja di pake asal ada duit."

"Iya bener banget. Pelacur gitu emang pantesnya mati."

"Gue setuju. Mati aja. Sekalian kirim dia ke neraka. Dih, dasar kotor. Gak tau diri lagi. Di pake sana-sini. Sukanya nyari duit yang gak halal. Apaan coba."

"Asleee. Jijik banget gue. Iyuwh."

"Hahaha... Tapi itu bener gak sih mereka pacaran?"

"Gak tau. Kalau pun pacaran, pasti pacarannya gak sehat."

"Bener. Itu... si pelacur udah di pake berapa kali? Buset."

"Tak terhingga njir."

"Njir. Emang beneran deh cewek kotor."

"Yah namanya juga pelacur."

Jeno menggeram kesal.

Apaansih anjeng!! - Jeno












TBC

Men In Night Club : Jeno X You [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang