"Hei, satu gelas lagi." Laki-laki bermata sipit itu berucap dengan kesadaran yang hampir hilang. Tangannya menyimpan gelas yang ia pegang ke meja agak kasar hingga terdengar suara drak yang cukup kencang.
"Maaf, tapi lo udah terlalu banyak minum." Gadis bernama Y/n yang merupakan bartender di night club itu memperingatkan dengan lembut. Karena laki-laki ini memang sudah terlalu banyak minum.
Lelaki sipit itu menengadah. Menatap tajam Y/n dengan salah satu alis yang dinaikkan.
"Apa urusannya sama lo? Gue, mau satu lagi!" Ketusnya. Kalimat terakhirnya di tekan kuat untuk memperjelas.
Y/n membulatkan matanya. Kaget akan jawaban lelaki di hadapannya saat ini. Ingin rasanya ia berkata 'YAUDAH BIASA AJA' dengan penuh kekesalan. Namun apa daya. Ini di tempat kerja. Jika ia membuat onar, bisa-bisa ia di tegur oleh atasannya. Mungkin bisa juga ia di pecat.
Jadi, Y/n menuruti apa yang diminta oleh pelanggannya itu. Memberikan lagi segelas wine.
Laki-laki itu meneguk langsung wine nya. Mendesah kecil, lalu menjatuhkan kepalanya ke atas meja bar. Kepalanya benar-benar tambah pusing.
"Oy Jeno! Lo kebanyakan minum!" Seorang laki-laki menepuk pundak laki-laki itu sambil duduk di sampingnya.
Dari situ, Y/n semakin yakin bahwa lelaki menyebalkan ini memang benar bernama Jeno.
Jeno memang sering datang ke night club ini. Selalu sendirian, dan kerjaannya hanya minum saja. Beberapa kali Y/n dengar nama Jeno di sebut. Namun ia selalu ragu bahwa laki-laki itu memang namanya Jeno. Ia hanya takut salah dengar.
Sedangkan laki-laki manis yang duduk di samping Jeno itu, Y/n yakin kalau namanya Renjun. Karena beberapa kali juga nama itu keluar dari mulut Jeno.
"Gak bener nih. Ayo gue anterin balik."
Renjun bantu Jeno untuk berdiri, lalu membawanya pergi dari sana.
Melihat itu, Y/n membatin, Bawa pergi aja sana. Sumpek juga gue liatnya.
-----
Y/n keluar dari night club itu. Waktu kerjanya sudah habis.
Y/n hanya kerja 6 jam saja. Dari jam 6 sore, sampai jam 12 malam. Sedangkan 6 jam sisanya, bagian yang lain.
Kakinya melangkah perlahan, sembari tangan yang merapatkan jaket yang ia pakai. Udaranya terasa sangat dingin. Entahlah, memang sudah begitu beberapa hari ini.
Tapi, langkahnya terhenti ketika melewati sebuah halte bus yang kosong. Ia melihat ada seseorang yang tengah meringkuk disana.
Y/n mendekat karena penasaran. Dan juga karena seperti kenal atau hanya pernah melihatnya. Saat di dekati, Y/n terkejut. Orang itu adalah Jeno. Loh? Kenapa dia disini? Sendirian pula.
Tadinya Y/n ingin lanjut jalan saja. Tapi entah kenapa hatinya tergerak untuk membantu atau sekedar menyapa laki-laki itu.
"Jeno," Y/n menyentuh tangan Jeno, yang buat Jeno mendongak dengan mata yang sudah teler.
"Em?"
"Lo ngapain disini sendirian? Renjun mana?"
"Renjun?" Jeno menukikkan alisnya bingung. "Tadi dia kesana, nyebur got sambil bawa balon." Asal Jeno sambil menunjuk ke sembarang tempat.
Y/n terkejut, lalu menggeleng, "Lo beneran mabok parah."
Jeno ngangguk-ngangguk, "Iya, gue mabok. Parah banget itu si Renjun."
"Ih apaan sih, gak nyambung bangsat!"
"Em? Ngumpat ya? Gak boleh, dosa."
"Dih? Makanya jangan banyakan minum." Cibir Y/n yang kemudian pergi meninggalkan Jeno sendirian disana.
"Kualat dia! Makanya kek gitu!" Kesal Y/n sambil terus jalan. Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti. Perasaannya jadi tidak enak karena meninggalkan Jeno sendirian.
Oh ayolah, tidak salah 'kan kalau saling membantu? Lagipula, kasihan juga jika Jeno dibiarkan begitu. Udaranya kan dingin.
Y/n mendecak sebal, lalu kembali lagi ke halte tadi. Ia menatap Jeno yang sedang dalam keadaan setengah sadar itu dengan setengah hati.
"Ayo sini ikut gue. Nyusahin aja sih lo!"
Akhirnya, Y/n bantu memapah Jeno. Ia tidak tau Jeno tinggal dimana. Jadi ia memutuskan untuk membawa Jeno ke apartemennya.
Jaraknya dengan apartemen tempat Y/n tinggal tak jauh kok. Hanya sekitar 300 meter saja.
Sesampainya di dalam kamar apartemen, Jeno melepaskan diri dari Y/n dan berjalan memasuki lebih dalam menuju kamar tidur dengan jalan yang agak oleng dan tertatih.
Y/n mengikuti, karena takut terjadi sesuatu. Tapi, saat Jeno telah masuk, ia malah melepas bajunya begitu saja sampai perut atletisnya terlihat. Membuang bajunya ke sembarang arah, lalu menjatuhkan diri ke atas kasur.
"Eanjir! Tau gini kagak usah di tolongin." Gumam Y/n kesal.
TBC
Ini cerita 'nakal' ya gais :)
Suka enggak? Mau next atau hapus?
KAMU SEDANG MEMBACA
Men In Night Club : Jeno X You [HIATUS]
Fanfiction[JANGAN BACA SAMBIL MASKERAN] "Lelaki di night club itu.... tiba-tiba jadi akrab sama gue karena satu kejadian." © Heavenmineisthere