Baiklah, hari baru lagi untukku. Aku pergi ke sekolah, bertemu teman-temanku, dan juga pengganggu itu.
Ya pengganggu, dia itu bernama James, dia satu kelas denganku. Saat istirahat terkadang dia mengambil uang dan juga makan siangku. Dan itu bukan kepadaku saja, tapi kepada yang lain juga. Aku tidak tahu mengapa, tapi aku rasa dia tidak diberikan uang dan juga makan siang. Entahlah.
Kulihat keluar mobil, dan pada saat itu juga Kak Elliot membuka pintu mobil. Kukeluar dari mobil. “Hati-hati keluarnya,” ujar Kak Elliot sambil melihatku keluar mobil. “Sampai nanti Autumn,” ucap Kak Elliot sambil tersenyum. “Sampai nanti, Kak,” sahutku sambil tersenyum. “Kakak pergi sekolah dulu ya, kamu hati-hati. Nanti Kakak akan menjemputmu,” ujar Kak Elliot sambil memegang pintu mobil. Aku tersenyum. “Iya,” ucapku. Kak Elliot tersenyum, dan pada saat itu juga Kak Elliot menutup pintu mobil.
Kuberjalan masuk menuju kelas, dan tiba-tiba saja saatku baru masuk aku melihat suara dua orang wanita yang sedang bercakap. “Aku dengar jika anaknya hilang selama dua hari, dan saat kembali sudah tidak bernyawa di depan pintu rumahnya,” ucap salah satu dari mereka. “Aku juga dengar seperti itu. Sekarang memang sedang musim penculikan kita harus hati-hati,” sahut yang lain. “Iya, makanya aku juga jadi mengantar anakku sekolah,” ucap salah satu dari mereka.
Kukembali melihat ke depan. Dan jujur jika aku boleh bilang, apakah itu hal yang buruk? Maksudku, Kak Elliot, Mama, Papa, Kakek, dan Nenek sudah sering membuat seseorang meninggal, dan mereka berkata itu bukan hal buruk. Walaupun sebenarnya aku merasa sedikit kasihan saat melihat orang-orang itu merintih dan menangis, tapi ya itu tidak buruk bukan?
Aku terus berjalan. Dan seperti biasa sebelum masuk ke dalam kelas, aku dan beberapa temanku harus memberikan uang kami, agar James mengizinkan kami masuk ke dalam kelas. Aku dan teman-temanku sebenarnya tidak mau memberikan uang kami, tapi bagaimana lagi. Dia mengancam akan memukuli kami, jika kami tidak memberikan uang kami, dan jika kami memberitahukan apa yang James lakukan kepada orang tua kami.
Setelah aku memberikan uangku kepada James, aku langsung masuk ke dalam kelas dan duduk di samping Salsa. Salsa itu adalah temanku, aku mengenalnya ketika baru masuk sekolah dasar.
“Sebel ih,” gerutu Salsa sambil meletakkan kepalanya di meja. “Aku tidak bawa bekal lagi,” ujar Salsa. “Kenapa tidak bawa? Biasanya kamu bawa bekal?” tanyaku. “Bekalku ketinggalan,” sahut Salsa, yang lalu membuatku tersenyum. “Ya sudah makan bersamaku saja,” ajakku, “Mamaku memberikan bekal yang banyak kepadaku hari ini,” ucapku.
Salsa seketika melihatku dengan ragu. “Memangnya boleh?” tanya Salsa. Aku tersenyum. “Tentu saja,” ucapku. “Ya sudah terima kasih ya,” ujar Salsa, yang lalu langsung membuatku tersenyum bersamaan dengannya.
***
Bel berbunyi, sekarang adalah waktu istirahat. Kukeluarkan bekalku, kemudian melihat Salsa. “Kita makan di kantin atau di kelas?” tanyaku sambil mengeluarkan botol minumku dari dalam tas. “Di sini saja, nanti ketemu dengan James,” ujar Salsa. Aku seketika menganggukkan kepalaku.
Kami makan bersama. Dan lalu saat kami sedang makan James dan teman-temannya datang menghampiri kami. “Eh, lagi makan apa? Kayaknya enak,” ujar James sambil duduk di meja depanku dan Salsa. Aku dan Salsa tidak menghiraukan James, kami terus saja makan. Hingga kemudian James tiba-tiba menarik tempat makanku, mengambilnya dan lalu mengangkatnya setinggi kepalanya. “Makan apa si kalian, aku juga mau,” ujar James sambil melihat makananku.
“James,” panggilku sambil melihat James dengan kesal. James sontak melihatku. “Oh iya sendoknya,” ujar James sambil mengambil sendok dari tangan kananku. “James!” bentakku sambil berdiri dari dudukku. “Kembalikan bekalku,” ucapku.
James mulai memakan bekalku. Seketika saat itu, aku pun langsung mendorong James. Membuatnya terjatuh dari meja, dan membuat makanan di tempat makanku tumpah ke lantai dan sebagian mengenainya. James sontak berdiri dan kemudian melihatku. “Kau ...!” ujar James sambil terus melihatku dengan sorot mata tajam. Aku balas menatap tajam ke arah James. James pun sontak mendengus kesal. “Tunggu saat pulang sekolah,” ujar James. Setelah itu dia pergi keluar kelas dengan diikuti oleh teman-temannya.
“Autumn ...,” ucap Salsa pelan sambil melihatku takut. “Ada apa?” tanyaku bingung. “Kenapa kamu tidak biarkan saja bekal itu, memangnya kamu tidak takut dengan dia?” tanya Salsa. Aku sontak menggelengkan kepalaku pelan dan mengernyitkan bahuku. “Entahlah. Tapi ya, aku tidak mungkin membiarkannya bukan?” ucapku.
“Ya, mungkin kamu benar. Tapi, kamu dengar bukan James berkata apa tadi?” ujar Salsa. “Ya aku dengar,” sahutku sambil sedikit menundukkan kepalaku. “Tapi ya, biarkan sajalah,” ucapku sambil kembali melihat Salsa.
***
Bel pulang berbunyi. Kurapikan alat tulisku, dan lalu saat guruku sudah keluar kelas, aku pun pergi keluar kelas bersama dengan Salsa. “Kamu dijemput, Salsa?” tanyaku. “Dijemput,” sahut Salsa.
Aku terus berjalan dengan Salsa. Dan kemudian ketika kami akan berjalan menuju gerbang, tiba-tiba ada yang menyandung kakiku, membuatku tersungkur ke tanah seketika. “Aduh,” rintihku sambil mengangkat tubuhku, dan melihat lututku yang berdarah.
Salsa mengulurkan tangan kanannya, membantuku untuk berdiri. Lalu ketika aku mengangkat tubuhku, aku melihat James sedang berdiri di sampingku sambil tertawa. “Sakit ya? Makanya jangan suka cari ribut sama orang,” ujar James, yang lalu langsung membuatku menangis saat itu juga. “Ih, cengeng. Masa jatuh doang nangis.” Orang-orang yang tidak sengaja melihatku terjatuh seketika mulai tertawa. Sontak, aku pun berlari pergi menuju gerbang sekolah meninggalkan Salsa.
Aku terus menangis sambil melihat kanan dan kiriku. Dan tepat saat itu, aku melihat Kak Elliot sedang bersandar pada mobil dengan mengenakan seragam sekolahnya lengkap. Kumenghampiri Kak Elliot sambil menangis, dan kemudian langsung memeluknya erat. “Kakak ...,” ucapku sambil terus memeluk Kak Elliot.
Kak Elliot sontak melepaskan pelukanku, lalu dia pun berjongkok di depanku sambil melihatku dengan bingung. “Ada apa Autumn?” tanya Kak Elliot. “Kakiku sakit, Kak,” ucapku terisak, yang kemudian langsung membuat Kak Elliot melihat lututku. “Aku tadi jatuh. James tadi menyandung kakiku,” ucapku sambil terus terisak.
Kak Elliot sontak berdiri, lalu memegang bahuku dan membuka pintu mobil. “Ayo, kamu masuk dulu,” ujar Kak Elliot. Kuanggukkan kepalaku, kemudian masuk ke dalam mobil. Setelah aku masuk ke dalam mobil, Kak Elliot berjalan menuju tempat duduk pengemudi, dan lalu duduk di sana.
Kak Elliot menutup pintu mobil, kemudian melihat ke depan. “Seperti apa ciri temanmu yang sudah membuatmu terjatuh tadi?” tanya Kak Elliot. Setelah mendengar pertanyaan Kak Elliot, aku pun langsung menyebutkan ciri-ciri James. Dan ketika sudah selesai, Kak Elliot tiba-tiba menunjuk sesuatu. “Dia bukan?” tanya Kak Elliot, yang lalu langsung membuatku melihat ke arah yang Kak Elliot tunjuk. Kak Elliot menunjuk seorang anak laki-laki yang sedang berdiri sendirian di depan gerbang sekolah dengan bingung. Benar, itu James.
Aku seketika menganggukkan kepalaku. “Iya, dia Kak,” ucapku terisak. Kak Elliot sontak tersenyum menyeringai melihat James.
Kak Elliot melihatku. “Ya sudah kamu jangan menangis lagi ya, Kakak akan mengantar kamu pulang. Nanti ketika sudah di rumah Kakak akan ceritakan ke Mama,” ujar Kak Elliot, yang kemudian langsung membuatku melihat Kak Elliot sambil menggelengkan kepalaku. “Tidak Kak, jangan,” sahutku. Kak Elliot sontak melihatku bingung. “Kenapa?” tanya Kak Elliot. “Nanti aku bisa dipukuli oleh dia jika memberitahu Mama,” ucapku.
Kak Elliot sontak tersenyum. “Sudah tenang saja, kamu akan baik-baik saja,” ujar Kak Elliot.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psychopath Family
Mystery / ThrillerMereka adalah keluargaku. Mereka sangat perhatian, baik, dan juga sangat menyayangiku. Jika aku menginginkan atau membutuhkan sesuatu pasti akan langsung mereka berikan, apapun itu. Ya, mereka memang terlihat sangat sempurna. Tetapi walaupun begitu...