Kututup kotak bekalku lalu melihat Stacey. “Ayo ke kelas,” ajakku sambil memegang kotak bekal dan botol minumku. Stacey mengambil kotak bekal dan botol minumnya. “Iya,” ujar Stacey sambil berdiri dari duduknya bersamaan denganku. “Ayo,” ucapku sambil berjalan keluar kantin bersama Stacey.
Beberapa saat sudah aku berjalan bersama Stacey, akhirnya aku pun tiba di kelas. Kuberjalan ke arah tempat dudukku sambil melihat Salsa, dia meletakkan kepala dan kedua tangannya di meja. Kududuk di tempat dudukku, meletakkan kotak bekal dan botol minumku ke dalam tas.
Kuhela nafasku, lalu meletakkan kepala dan kedua tanganku di meja seperti Salsa. ‘Kamu pasti sangat kesal dengan dia,’ batinku sambil melihat Salsa. ‘Aku harus bicara dengannya,’ batinku. Kuangkat kepalaku. Dan lalu baru saja aku ingin memanggil Salsa, dia sudah lebih dulu memanggilku.
“Ya,” ucapku sambil melihat Salsa dengan bingung. “Apa dia mengatakan sesuatu tentangku tadi?” tanya Salsa. “Siapa? Stacey?” tanyaku pelan. “Iya dia. Apa dia mengatakan sesuatu?” tanya Salsa kembali sambil melihatku. “Ya, dia hanya bertanya kenapa kamu tiba-tiba pergi,” ucapku. “Tidak ada lagi?” tanya Salsa kembali sambil menegakkan tubuhnya. “Tidak,” sahutku sambil menggelengkan kepalaku. “Ya, aku sebenarnya tidak mau pergi begitu saja dari kantin dan meninggalkanmu dengan Stacey, tapi karena aku sudah sangat sebal dengannya ....”
Salsa tidak melanjutkan ucapannya. Salsa hanya memalingkan wajahnya, melihat ke arah Stacey yang sedang duduk sendiri di tempat duduknya. “Aku mengerti, tidak apa kok,” ucapku sambil tersenyum. Salsa kembali melihatku dan tersenyum. “Baguslah jika kamu mengerti,” ujar Salsa.
Lalu tak berapa lama setelah aku dan Salsa berbicara, Stacey datang menghampiri kami. “Hai,” sapa Stacey sambil duduk di kursi kosong depan Salsa, bersamaan dengan Salsa yang mendengus kesal dan kemudian memalingkan wajahnya ke arah kiri saat melihat Stacey. “Kalian sedang apa?” tanya Stacey.
“Kenapa kamu kemari?” tanya Salsa sambil melihat sinis Stacey. “Aku tidak punya teman. Lagi pun, memangnya kenapa jika aku kemari?” tanya Stacey dengan wajah cemberut. Salsa kembali memalingkan wajahnya. Kuhela nafasku. ‘Ya sudah, mau tidak mau.’
“Tidak apa-apa kok, ya kan?” ucapku sambil tersenyum dan melihat Salsa. Salsa melihatku. Sontak, dia pun menghela nafasnya, dan lalu duduk tegap sambil melihat Stacey. “Ya,” sahut Salsa datar.
Aku tersenyum. “Ng, jadi ya. Ngomong-ngomong soal itu, memangnya teman-temanmu di mana?” tanyaku. Stacey menghela nafas, kemudian dia pun menunjuk dua tempat duduk paling belakang di barisan sebelah tempat dudukku. “Itu mereka,” ujar Stacey.
Kulihat orang-orang yang Stacey tunjuk. Tiga orang murid perempuan sedang duduk berhadapan, yang salah satu di antara mereka duduk di atas meja dengan santainya. Mereka adalah; Nathalie, Jane, dan Cecil. Sungguh, jika guru melihat Nathalie duduk seperti itu, dia pasti akan langsung dimarahi.
“Oh. Lalu, kenapa kamu tidak bergabung dengan mereka?” tanyaku, yang kemudian membuat Stacey meletakkan kedua tangannya di meja, dengan kepalanya berada di atas kedua tangannya. “Tidak-ah,” sahut Stacey. “Memangnya kenapa?” tanyaku bingung. Stacey mendengus kesal. “Aku sebal dengan mereka. Mereka hanya main bertiga saja tanpa mengajakku,” ujar Stacey. “Jadi ya, tidak apa bukan jika aku bergabung dengan kalian?”
“Tidak apa,” ucapku. Stacey tersenyum. “Terima kasih. Oh iya ngomong-ngomong, nanti setelah pulang, kita pergi ke gerbang sekolah bersama ya,” pinta Stacey, yang kemudian langsung membuatku dan Salsa saling menatap. “Boleh, kan?” ucap Stacey, yang lalu membuatku menundukkan kepalaku, dan Salsa menyandarkan tubuhnya ke kursi.
“Bagaimana?” tanya Stacey. Kulihat Stacey, lalu melihat ke arah Salsa. Kugerakkan sedikit kepalaku ke atas dua kali, memberi kode kepada Salsa. Salsa melihatku, dan pada saat itu dia pun langsung mengernyitkan bahunya. Kukernyitkan alisku. ‘Hanya itu saja? Boleh tidak. Nanti saatku berkata iya, dia malah marah,’ batinku sambil melihat Salsa dengan bingung. Kuarahkan pandanganku pada Stacey, lalu melihatnya dengan bingung. “Ng, bagaimana ya?” ucapku sambil sesekali melirik ke arah Salsa.
Stacey mengerucutkan bibirnya. “Ayolah, aku mohon,” pinta Stacey. Kukembali melihat Salsa. Dia hanya diam. ‘Ya sudah deh, dia juga tidak memberitahuku apa-apa,’ batinku sambil menghela nafas dan mengarahkan pandanganku pada Stacey. “Iya, tentu saja,” ucapku. Stacey seketika tersenyum. “Terima kasih.”
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psychopath Family
Mystery / ThrillerMereka adalah keluargaku. Mereka sangat perhatian, baik, dan juga sangat menyayangiku. Jika aku menginginkan atau membutuhkan sesuatu pasti akan langsung mereka berikan, apapun itu. Ya, mereka memang terlihat sangat sempurna. Tetapi walaupun begitu...