3

523 35 0
                                    

Kuberjalan menuju ruangan bawah tanah dengan dituntun oleh Kak Elliot. Kak Elliot membuka pintu ruangan bawah tanah. Dan seketika ketika pintu ruangan bawah tanah terbuka, mulai tercium bau busuk dan bau amis darah.

Ruangan bawah tanah rumahku jika bisa dibilang seperti ruangan penjara. Memang benar. Papa membuat sekitar sepuluh sel di ruangan bawah tanah untuk meletakkan orang yang akan mereka sakiti. Di tengah-tengah tempat seperti sel itu ada sebuah meja, dengan alat penyiksaan dan wadah untuk meletakkan daging atau organ tubuh. Dan lalu di samping kanannya terdapat wastafel untuk membersihkan darah. Ya, tempat ini memang mengerikan.

Aku terus berjalan bersama Kak Elliot dan Kakek. Kuberjalan sambil melihat setiap sel. Dan lalu tak lama kemudian, aku melihat ada seseorang yang sudah membusuk di salah satu sel. “Siapa itu Kak?” tanyaku sambil menunjuk salah satu sel. Kak Elliot melihat ke arah yang kutunjuk. “Itu teman Kakak,” sahut Kak Elliot sambil kembali melihat ke depan.

Aku kembali melihat sel. Dan seketika pada saat itu aku pun kembali melihat seseorang. Dia adalah wanita muda dengan rambut berantakan dan pakaian yang lusuh. “Elliot,” panggil wanita itu. “Tolong keluarkan Tante,” pinta wanita itu sambil menangis dan memegang besi sel. “Aku pikir Mama sudah menyelesaikan dia,” gumam Kak Elliot pelan.

Aku, Kak Elliot, dan Kakek terus berjalan. Tak lama kemudian aku kembali melihat seseorang. Dia adalah pria yang aku rasa usianya sama dengan Papa. Pakaiannya berantakan, robek di sana sini dengan bekas darah, dan di wajahnya juga terdapat memar. Aku rasa dia adalah teman kerja Papa. “Tuan Linford, tolong keluarkan aku,” pinta pria itu sambil memegang besi sel. “Diamlah, atau Vian akan segera menghabisimu,” ujar Kakek, membuat pria itu terdiam sambil menundukkan kepalanya lesu.

Aku melihat isi sel yang lain, dan pada saat itu aku pun melihat seseorang yang tak asing bagiku. Benar, dia adalah James. Dia sedang duduk menangis sambil memeluk kedua kakinya.

‘James,’ batinku sambil terus melihat James. Lalu ketika aku sedang melihat James, tiba-tiba saja James melihatku. Dia berlari menghampiriku dan langsung memegang tangan kiriku, membuatku berhenti berjalan seketika. “Kak ...,” ucapku, yang kemudian membuat Kak Elliot berhenti berjalan dan melihatku. “Autumn, tolong keluarkan aku Autumn, tolong aku,” pinta James sambil menangis tersedu-sedu.

“Er, James ...,” ucapku sambil sedikit menarik tanganku. “Aku tidak ingin di sini Autumn. Dia membawaku ke sini, mengurungku di tempat ini. Aku ingin pergi, tolong aku,” pinta James kembali.

“Kak ...,” panggilku, yang lalu langsung membuat Kak Elliot melepaskan tanganku yang dipegang oleh James. “Ayo kita pergi,” ujar Kak Elliot sambil kembali berjalan. “Tunggu Autumn, tolong aku!” teriak James. “Autumn!” panggil James semakin kencang. “Argh! Berisik sekali anak itu,” gumam Kak Elliot. “Jangan dengarkan dia Autumn,” sahut Kakek. James terus memanggilku, tapi aku, Kak Elliot, dan Kakek tidak menghiraukannya, kami masih terus saja berjalan menuju sel berikutnya. Dan ya walaupun Kak Elliot dan Kakek terlihat biasa saja, aku yakin Kak Elliot dan Kakek merasa tidak nyaman dengan James yang terus memanggilku.

Aku, Kak Elliot, dan Kakek berhenti di sel sebelah sel James. Sel itu berisi seorang wanita muda yang sudah meninggal. Tubuhnya berlumuran darah, dan di tubuhnya juga terdapat banyak luka sayatan. Ya, dia adalah orang yang Kak Elliot ceritakan saat makan malam tadi. Aku rasa, Kak Elliot sangat membenci wanita itu.

Kak Elliot membuka pintu sel, lalu setelah itu aku, Kak Elliot, dan Kakek masuk bersamaan ke dalam sel. Kuberjongkok di depan wanita itu bersamaan dengan Kak Elliot dan Kakek. “Autumn, kamu mau mencoba memotong dagingnya?” tanya Kak Elliot sambil menyodorkan pisau yang dipegangnya kepadaku. Kuanggukkan kepalaku pelan. Kuambil pisau yang Kak Elliot berikan, lalu setelah itu Kak Elliot pun memegang tangan kananku. “Pegang pisaunya seperti ini,” ujar Kak Elliot sambil mengarahkan tanganku ke tubuh wanita di depanku. “Buat sedikit sayatan, lalu setelah itu potong dagingnya seperti ini,” ujar Kak Elliot sambil membantuku memotong daging wanita itu. Kuperhatikan dengan teliti, ada sesuatu berwarna putih di bawah daging wanita itu. Dan ya setelah bertanya kepada Kak Elliot apa itu, aku pun baru tahu jika bentuk tulang manusia itu seperti ini.

Kak Elliot tersenyum. “Nah! Seperti itu, mudah bukan,” ujar Kak Elliot. Kuambil daging yang sudah aku dan Kak Elliot potong. Dan ketika sedang melihat daging itu, aku pun melihat Kakek yang sedang memakan daging wanita itu. Kakek makan seperti orang yang tidak makan selama seminggu, dia tidak merasa jijik atau mual sedikit pun ketika memakan daging itu. Ya memang aneh, karena aku saja ketika pertama kali mencobanya langsung merasa mual.

Kak Elliot melihat ke arahku melihat. Dan pada saat itu, Kak Elliot pun langsung menghela nafas. “Kakek jangan dihabiskan,” ujar Kak Elliot, yang lalu langsung membuat Kakek melihatku dan Kak Elliot sambil tersenyum. “Haha iya,” ujar Kakek dengan mulut berlumuran darah.

Beberapa menit berlalu. Dan selama itu pula James masih terus memanggilku dari balik selnya, saat aku, Kak Elliot, dan Kakek sedang mengambil daging wanita di samping sel James. Kak Elliot mendengus kesal. “Dia tidak bisa diam,” ujar Kak Elliot sambil berdiri. Kuberdiri bersamaan dengan Kakek. “Sekarang saja?” tanya Kakek sambil tersenyum menyeringai. Kak Elliot tersenyum. “Ya,” sahut Kak Elliot sambil memegang tangan kananku.

“Ayo Autumn,” ajak Kak Elliot sambil menuntunku berjalan keluar sel dengan diikuti oleh Kakek. Kak Elliot mengunci sel itu. Lalu setelah itu kami pun menuju sel James.

“Autumn,” ujar James dengan rasa takut yang terlihat jelas di wajahnya. Kak Elliot membuka pintu sel James, kemudian melepaskan tanganku. “Kamu tunggu di luar sel saja, kamu boleh masuk tapi jangan dekat-dekat,” ujar Kak Elliot. Kuanggukkan kepalaku, lalu setelah itu Kak Elliot dan Kakek pun masuk ke dalam sel bersamaan.

James berjalan mundur menjauhi Kak Elliot dan Kakek, dia benar-benar ketakutan. James terus berjalan mundur, hingga kemudian punggungnya bertemu dengan dinding sel, membuatnya berhenti berjalan dan duduk dengan lemas di lantai sel sambil terus menatap takut Kak Elliot dan Kakek. “Autumn tolong aku,” pinta James gemetar. “Kakak ini yang membawaku kemari,” ujar James.

“Tolong ampuni aku,” ucap James terisak sambil melihat takut Kak Elliot. Kak Elliot berlutut di depan James. “James, kalau kamu tidak ingin berada di sini, jangan mencoba untuk menyakiti Autumn,” ujar Kak Elliot, yang lalu langsung membuat James terdiam. “Kamu tahu tidak, karena ulahmu lutut Autumn menjadi berdarah,” ujar Kak Elliot. James terisak. “Maafkan aku, tapi aku tidak bermaksud seperti itu,” ucap James, yang kemudian membuat Kak Elliot menatap James dengan tajam. “Tidak sengaja maksudmu? Kalau kau memang tidak sengaja, seharusnya setelah kamu menyandung kakinya kamu langsung mengantarkan Autumn ke UKS untuk mengobati lukanya,” bentak Kak Elliot. James kembali terisak. “Maafkan aku,” ujar James.

“Kau tahu tidak, orang yang paling aku benci di dunia ini adalah orang yang menyakiti keluargaku.” Kak Elliot mendengus. “Saatnya eksekusi.” Kak Elliot mengangkat pisaunya, lalu dengan kencang dia pun menusuk bahu kiri James.

“Arrgghh!” teriak James. Kak Elliot mencabut pisaunya dari bahu James. Dan setelah itu tiba-tiba saja James langsung berlari menghampiriku. “Autumn tolong aku,” ujar James sambil memegang besi sel. Kak Elliot sontak menghampiri James. Dia memegang bahu kanan James, dan pada saat itu pula Kak Elliot kembali menusuk bahu kiri James. Menyeret James, membawanya ke dinding sel. “Autumn!” teriak James.


Kak Elliot mendengus kesal. Dia memegang lidah James, memotongnya hingga putus. “Arrghh!” jerit James bersamaan dengan darah yang menciprat dari mulut James, mengenai wajah Kak Elliot dan Kakek. “Berikan lidahnya,” pinta Kakek. Kak Elliot memberikan lidah James kepada Kakek. Kakek pun sontak langsung memakan lidah James.

“Menyakitkan ya, haha!” Kak Elliot menusuk mata kanan James, mencabut mata itu dari tempatnya, dan kemudian memberikan mata itu kepada Kakek. Kakek mengambil mata James yang Kak Elliot berikan. Dan lalu setelah itu Kak Elliot kembali melakukan hal yang sama pada mata kiri James.

Kulihat James, tubuhnya sudah lemas. Aku gosok kedua mataku, lalu menguap. Dan mungkin karena mendengar aku menguap, tiba-tiba Kak Elliot melihatku. Kak Elliot kembali melihat James. “Kek, lakukan sesukamu. Terserah Kakek ingin makan anak ini atau bagaimana. Aku harus membawa Autumn ke kamarnya,” ujar Kak Elliot sambil berdiri. “Baiklah,” sahut Kakek sambil tersenyum dan melihat Kak Elliot yang berjalan ke arahku. “Iya, tapi Kakek jangan makan daging wanita itu, itu untuk besok pagi,” ujar Kak Elliot sambil mengangkat tubuhku. “Iya tenang saja,” sahut Kakek. “Aku akan kembali lagi setelah Autumn tertidur,” ujar Kak Elliot sambil mengendongku.

Kuletakkan kedua tanganku pada bahu Kak Elliot, lalu mulai memejamkan kedua mataku. Ya, seharusnya aku memperingatkan James tadi, jika mungkin dia tidak hidup lebih lama lagi. Tapi ya, biarkanlah. Mungkin itu memang sudah takdirnya.

TBC

My Psychopath Family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang