#6

84 18 0
                                    

Suara yang merdu dengan alunan musik yang diiringi gitar, membuat senja semakin indah.

Suara Adara memang sangat bagus dan kakaknya yang nomor2 jago bermain gitar.

Mereka berdua sedang santai di balkon rumahnya.

Adara dan nadin lagi akur, sebab suasan hati adara lagi sejuk dan kakaknya yang lagi waras.

Mereka saat ini sedang santai dan mengobrol.

Jarang sekali adara bersantai dengan kakak-kakaknya, sebab mereka sibuk dengan kerjaan dan tugas kuliahnya.

"Kak gue mau cerita."
Ujar adara yang memerhatikan kakanya yang masih sibuk dengan gitarnya.

Nadin menghentikan kegiatannya itu, lalu menatap adara dengan terkekeh kecil.

"Kalo mau cerita tentang kenakalan lo di sekolah.
Mendingan ga usah".
Bosen gue denger nya dari bunda."
Balas sang kakak sambil menggelengkan kepalanya.

Sontak adara mendengus kesal mendengar perkataan kakanya.

"Ck!...gue serius kak."

Nadin menatap wajah adara datar.
."gue juga serius."

Adara menatap wajah nadin dengan sorot mata yang tajam.

"Mau gue colok mata lo".
Ujar sang kakak dengan menunjukkan dua jari ke mata adara.

Tiba-tiba wanita paru bayah datang dan membawa nampan kecil.

Sontak mereka melihat ke arah wanita itu. Dan adara melihat nampan yang di taruh di atas meja kecil dekat adara.

"makasih bun."
Ucap adara tersenyum.

Ranti membalas dengan senyuman dan anggukan,tanda'iya.


... ... ... ... ...

Malam ini ayah adara pulang dari tugas nya.

Mereka sedang menunggu kedatangan ayahnya di ruang tamu.

Adara sedikit cemberut.

Bukannya adara tak suka ayah nya kembali, hanya saja jika ayahnya kembali, dia akan di jaga ketat.

Ayahnya itu tentra,pantas saja dia mendidik anak-anaknya harus disiplin dan patuh kepada orang tua.

Namun adara tidak seperti kakak dan adik nya itu, yang terlalu takut jika dimarahi ayahnya itu.

Bukannya adara tidak takut,namun adara sudah kebal dari amukan sang ayah.

Karena di keluarga ini adara lah yang paling tengil dan keraskepala.

Tapi adara tetap menghormati dan menyayangi sang ayah dan juga bundanya.

Disana mereka sudah duduk di meja makan dan langsung menyantap makanan yang di sajikan oleh ibunya.

Sudah jadi tradisi keluarga bima berkumpul bersama.

Mereka asyik mengobrol tentang kesehariannya masing-masing, hanya adara yang tidak bersuara.

WITH TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang