feverfew | perlindungan
—
empat tahun kemudian...
huh, ryujin menghela nafas pelan. mengibaskan pelan tangannya yang terasa keram akibat terlalu banyak menulis. gadis itu mendongak menatap jam yang terpasang di depan.
“waw, udah malem...”
gadis itu semakin mempercepat kegiatannya. selesai menulis, ryujin segera memasukkan buku-bukunya ke dalam tas ransel yang dia bawa.
“ryujin udah?” seorang yang juga tengah mengerjakan tugasnya menoleh kepada ryujin.
“udah. minju aku duluan, gak papa?”
gadis yang dipanggil minju itu tersenyum lalu mengangguk, “nggak papa, masih banyak orang juga disini.”
“yaudah, aku duluan, dah.”
minju mengangguk, “hati-hati!”
ryujin berjalan keluar dari perpustakaan kampusnya itu, gadis itu tak serta merta langsung pulang ke tempat kosnya. ryujin menyalakan mesin motornya dan berhenti tepat didepan pangkalan nasi goreng.
“mbah, satu ya biasa,” katanya terdengar akrab kepada si penjual.
“siap, neng.”
gadis itu mendudukkan dirinya di kursi panjang yang terletak di belakang. raut wajahnya jelas sekali menunjukkan bahwa gadis itu lelah, kacamata yang semula terpasang kini di taruh begitu saja diatas meja.
tak lama nasi goreng pesanannya datang, tapi—tunggu,
“kertas apa ini mbah?” tanya ryujin.
“tadi, ada yang nitipin ini ke embah, sama bunga ini juga,” katanya sembari mengambil sebucket bunga lalu memberikannya kepada ryujin.
sontak otak ryujin berputar kembali ke masa lalu, tidak ryujin tidak. ryujin berdecih pelan mengingatnya.
“salah orang kali, mbah? ini ryujin lho, mbah. masa mbah lupa?”
“iya neng, orangnya bilang buat neng ryujin.”
tak lama beberapa orang datang untuk makan, sepertinya mahasiswa kampus ryujin juga karna nasi goreng mbah tisna adalah andalan bagi kampus mereka.
mbah tisna kembali sibuk dengan pekerjaannya, meninggalkan ryujin yang masih terdiam menatap dua benda di depannya.
sepucuk surat dan sebucket bunga.
ah, persetan dengan semua ryujin lapar.
—
“baca gak ya...”
“baca, eh nggak, baca aja deh, eh janga—”
“ryujin plis aku lagi belajar jangan ganggu,” sahut temannya yang tengah duduk di meja belajar di kos mereka.
“hehehe, maaf. lagian kamu tumben belajar?”
“pencemaran nama baik! yuri jelas suka belajar.”
oh, namanya yuri.
“iya deh, iya,” ujar ryujin terkekeh pelan.
“lagian kenapa sih?” tanya yuri yang kini sudah duduk disebelah ryujin.
“ngapain? sana belajar,” katanya.
“nanti aja belajarnya, sekarang yang penting adalah bantuin teman sekosan,” ujar yuri merangkul bahu ryujin dan menaik turunkan sebelah alisnya.
ryujin bergidik jijik lalu menghempaskan rangkulan yuri di bahunya.
“kamu inget soal hyunjin?”
yuri terdiam sejenak, “hyunjin... hyunjin yang katanya sering ngasih bunga?”
ryujin mengangguk, “kayaknya bunga dan surat ini juga dari dia deh.”
“tapi katanya dia diluar?”
“ya kalo bukan dia siapa?”
“coba baca dulu isi suratnya,” usul yuri.
—
halo, ryujin.
ini aku, hwang hyunjin.udah berapa lama kita gak bertemu? kurang lebih empat tahun, ya?
apa kabar? aku baik dan kamu juga harus baik.
ada banyak hal yang kita lewati selama tiga tahun ini, tanpa kamu tau aku dimana dan kenapa. aku rindu, ryujin. aku rindu kamu, itu gak salah kan?
sejak kejadian itu, aku pergi ke berlin sama bunda dan jeongin. dan ya, kami hidup normal disana tanpa terganggu siapa pun.
aku baru wisuda bulan lalu.
dan, sekarang aku ada di indonesia.
aku lupa bilang ini, tapi ryujin maaf. aku nyari tahu tentang kamu tanpa izin, kamu maafin aku? iya, harus.
dan, besok aku bakal hadir seminar di kampusmu, ayo ketemu?
—
“terus, kenapa dia ngasih bunga ini?”
“bunga itu artinya perlindungan, aku juga gak tau. dulu kalo dia ngasih bunga pasti bakal dia jelasin lang—”
yuri menatap ryujin yang tak kunjung menyelesaikan ucapannya, “gimana?”
“mungkin dia bakal jelasin langsung...besok...?”
END
setelah ratusan purnama akhirnya aku bisa publish chapter akhir ini, eh tapi masih ada satu chapter epilog! hehehehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
mirame | hyunjin ✓
Fanfic❝jadi hari ini lo dapet bunga apalagi dari kak hyunjin?❞