46. Mertua

1.8K 135 2
                                    

"Wanita adalah makhluk yang sangat dicintai Allah,  bahkan para malaikat pun akan mengutuk setiap langkah laki-laki yang membuat wanita menangis"

🌸🌸🌸

Hari mulai gelap namun pekerjaan Arnan tak kunjung selesai. Sambil menunggu pekerjaan Arnan selesai Anum meminta izin untuk jalan-jalan sebentar. Ia bejalan menuju sebuah taman yang dipenuhi dengan bunga-bunga.

Sambil memandangi bunga-bunga Anum mengelus perutnya seraya mengajak bayi di dalam perutnya berbincang. Ia menceritakan bahwa bunga-bunga ini hidup, mereka sama seperti kita, sekarang mereka pun sedang bertasbih menyebut dan mengangungkan asma Allah. Ia juga bercerita dan berharap anaknya bisa mencintai seluruh makhluk di bumi agar penduduk langitpun menyayanginya.

Tidak lama kemudian Arnan datang menghampiri Anum, "Lagi apa?" Tanya Arnan.

"Lagi liat-liat bunga, Bi. Kerjaan Abi sudah selesai?"

"Sudah, kamu mau langsung pulang atau mau cari makan dulu?"

"Langsung pulang saja, Bi tapi kita singgah beli buah dulu, ya," pinta Anum yang langsung dibalas dengan anggukan oleh Arnan.

Mereka lalu beranjak menuju parkiran tempat sepeda motor Arnan terparkir. Hal ini pula yang menjadi salah satu alasan mengapa para suster dan staf merasa kagum dengan Arnan, itu karena kehidupannya yang sederhana. Sepeda motor yang sekarang ia gunakan merupakan hasil dari gaji pertamanya menjabat sebagai kepala dokter bedah. Sebenarnya mudah saja bagi Arnan untuk membeli mobil, namun urung karena menurutnya kota Jakarta sudah lumayan macet bila harus menggunakan mobil.

Baru saja mereka hendak keluar dari rumah sakit tiba-tiba mereka melihat Fikhri dan Novi, istrinya sedang berdebat. Tanpa pikir panjang mereka langsung menghampiri Fikhri dan istrinya, "Fikhri ada apa ini?" Tanya Arnan berusaha menenagkan mereka.

"Dokter Arnan? Anum.."

"Ada apa dengan kalian? Kalau kamu ada masalah sama istri kamu, lebih baik dibicarakan baik-baik" tutur Arnan.

Fikhri menghela nafas, "Saya sudah nggak tau dok harus bicara bagaimana sama istri saya, saya sudah berusaha untuk bicara baik-baik dengannya tapi isi pikirannya hanya dipenuhi dengan hal-hal negative tentang saya," jelas Fikhri pasra.

"Memang begitu kenyataanya," sosor Novi.

"Apa lagi Novi? Aku sudah jujur sama kamu, aku juga sudah berusaha untuk memahami sikap kamu tapi kamu malah menuduhku tidak tulus jadi mau kamu apa?"

"Mas aku tau, ya kamu itu terpaksa nikah sama aku, kamu juga tidak pernah cinta sama aku karena yang kamu cintai hanya dia, perempuan bercadar yang sesuai dengan kriteria yang kamu inginkan. Aku memang tidak sebaik dia tapi.." tegas novie sambil menunjuk ke arah Anum.

Fikhri memotong ucapan Novi, "Cukup Novi, semua ini tidak ada sangkut pautnya dengan Anum," jelas Fikhri.

Arnan dan Anum hanya bisa diam membeku. Hati Arnan sakit saat mendengar ucapan Novi yang seakan menyalahkan Anum. "Fikhri sebelumnya aku sudah kasi tau sama kamu kalau kamu harus menghargai istrimu. Aku tidak mau membela istrimu tapi sebagai sesama suami aku tau kalau kamu belum sepenuhnya memahami istrimu, yang dia butuhkan bukan cuman omongan dari mulutmu tapi juga bagaimana cara kamu memperlakukannya, ingat Fikh wanita itu adalah makhluk yang paling dicintai Allah, bahkan para malaikat pun akan akan mengutuk setiap langkah bagi laki-laki yang membuat wanita menangis apa lagi dia adalah istrimu," jelas Arnan.

Fikhri bungkam. Ini memang salahnya. Ia memang belum sepenuhnya mencintai Novi karena di hatinya masih ada bayang-bayang Anum. Seketika Fikhri beristighfar dan menghampiri istrinya. Ia membujuk Novi untuk pulang.

Anum (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang