32. Jawaban Istikhara ku

1.8K 145 13
                                    

"Bila Allah telah menyatukan namamu dan namaku jauh sebelum kita terlahir, pasti hari dimana kita akan bersatu akan tiba"

🍂🍃🍂

Dalam senyapnya malam Anum baru saja menyelesaikan shalat malamnya, kemudian ia bergulat dengan peralatan dapur. Sahur kali ini Anum menyiapkan makanan kesukaan Asiah. Setelah menyajikan makanan Anum beranjak untuk membangunkan Asiah.

"Asiah, ayo bangun, sayang. Kita sahur" Ucap Anum seraya mengusap lembut rambut panjang Asiah.

Seperti biasa dalam sekejap Asiah sudah bangun dari tidur nyenyaknya. "Asiah cuci muka dulu, Uma tunggu di meja makan, yah" Pinta Anum pada Asiah.

Setelah mencuci mukanya, Asiah beranjak menuju meja makan tempat Anum yang sudah menunggunya. "Uma kenapa nggak bangunin? Asiah, kan mau bantu Uma" Tutr Asiah.

Anum tersenyum lembut, "Maafin Uma sayang. InysaAllah besok Uma janji bakal bangunin Asiah. Sekarang kita makan sebelum imsak. Jangan lupa baca doa, yah" Ucap Anum seraya meletakkan lauk ke atas piring Asiah.

Selepas makan sahur Anum beranjak kembali ke dapur dan mempersiapkan beberapa keperluannya untuk berjualan kue besok. Sedangkan Asiah, ia kembali ke kamarnya. Tapi bukan untuk tidur kembali. Ia mengambil mukenanya dan menunaikan shalat Tahajud.

Pelan-pelan Anum berjalan menuju kamar. Sungguh hatinya diliputi rasa bahagia saat ia melihat Asiah sedang mengaji di atas sajadahnya. Anum bahagia sekaligus bangga pada Asiah. Selama ini Anum tak pernah mendidik Asiah dengan kata-kata, tapi ia mendidik Asiah dengan selalu mengajakanya dalam melakukan segala hal yang baik. Tanpa sadar kebiasaan itu sudah mengakar dalam hatinya. Bahkan tanpa diingatkan pun Asiah sudah melaksanakan kewajibannya.

•••

Selepas shalat Asiah beranjak menuju dapur untuk membantu Anum. Dengan tangannya yang kecil dan tampak rapuh ia mengupas kulit pisang yang akan di buat menjadi kue nantinya.

"Uma, kemarin kata Bu Guru, nanti, Asiah pulangnya lebih awal" Ucap Asiah di tengah kesibukannya mengupas kulit pisang.

"Loh, kok bisa? Di sekolah Asiah lagi ada acara, yah?" Tanya Anum.

Asiah menggeleng pelan, "Nggak tau, Uma. Tapi kata teman-teman Asiah katanya bakalan ada tamu di Sekolah Asiah" Jawabnya.

"Oh gitu. Yaudah nanti Uma usahakan datang lebih awal. Tapi Asiah jangan kemana-mana, yah. Tunggu Uma di tempat biasa" Tutur Anum.

Asiah mengangguk mengerti. "Oiya, Uma tau tidak kenapa kemarin, Paman nggak datang main sama Asiah?" Tanya Asiah tiba-tiba.

Anum terdiam mendengar pertanyaan Asiah. "Hmm..Maaf, sayang, Uma nggak tau. Mungkin Paman sibuk, jadi nggak sempat main sama Asiah" Jawab Anum asal.

Sudah seminggu sejak Arnan datang melamarnya. Dalam hati Anum merasa sedikit bersalah karena telah menggantung jawaban dari lamaran Arnan.

Sebenarnya Anum sudah punya jawabannya. Selama seminggu ia rutin melaksanakan shalat istikhara. Dan malam ini Anum sudah mantap dengan jawabannya. Jawaban yang telah Allah tunjukkan melalui shalatnya. Mungkin sudah saatnya ia memberikan kepastian pada Arnan.

•••

Terik matahari tak melelehkan semangat Anum untuk menjajalkan kue-kue miliknya. Sebentar lagi Dzuhur. Ia sudah berjanji untuk menjemput Asiah. Anum membawa kue terakhirnya ke sebuah toko yang sudah menjadi langganannya berjualan. Setelah mengantarkan kue terakhirnya, Anum bergegas menuju sebuah masjid untuk melaksanakan shalat Dzuhur.

Anum (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang