5

2.2K 337 155
                                    


Beberapa kaleng heineken yang terbuka di atas meja makan rumah Oik menandakan sedang ada perayaan. Selain ulang tahun Oik, mereka juga lagi 'selamatan' rumah baru Oik - Ica yang masih satu komplek dengan Opik.

Tentu saja perayaan kali ini tanpa perempuan - perempuan kesayangannya, soalnya Ibu DW ngungsi dulu ke rumah Opik dan Farah. Bisa ngamuk istrinya kalau ketauan Oik lagi minum.

"Kkkkkhhh~" Akhirnya Oik ketemu bir juga haha. Astagfirullah Uda. . Uda. .

"Gimana Bapak? Enak?" Tanya Genta sambil terkekeh.

"Gila, udah berapa lama gue nggak minum?" Oik takjub sendiri karena berhasil memenuhi janji (yang sekarang dilanggar) ke Ica sebelum mereka nikah.

"Baru juga tujuh bulan yang lalu lo minum di acara lamaran gue." Cibir Aji.

"Dan sampe sekarang pun, si Kecil tetep nggak minum. Kapan lo gedenya Jar?" Fajar yang duduk di seberang pun jadi sasaran Yogi karena masih betah sama nu freshtea botolannya.

"Urang mah berniat masuk surga Ko," Kilah Fajar sambil tertawa.

"Masuk surga pengen, menyempurnakan sebagian agama nggak pengen~" Ledek Aji mengundang tawa lima lainnya.

"Karena urang nggak jahat, nggak urang doain balik maneh batal nikah Ji! Ingat apapun bisa terjadi sebelum ijab kabul!" Balas Fajar sekenanya kemudian mereka berdua sibuk bickering nggak jelas seperti biasa. Latihan, mau jadi keluarga, biar tahan bickering selamanya.

"Kenapa lo?" Tanya Yogi ke Oik yang hari itu lebih memilih jadi penikmat acara.

Alih - alih menjawab, Oik hanya tersenyum getir kemudian kembali menyesap bir kalengnya.

Opik yang melihat adegan barusan pun menepuk pundak Oik.

"Eiiii maneh kan lagi ulang taun, bahagia dong~" Sambung Opik.

Oik mengusap wajahnya gusar.

"Berat Aa." Jawab Oik seadanya.

"Lo masih punya Ica sama Manda yang harus dijagain, Rik." Timpal Genta.

Masih terbayang jelas diingatan Oik berdarah - darahnya Ica karena jatuh dari atas motor gojek di jalan waktu mau jemput Manda dari rumah Mama Amira tujuh bulan yang lalu.

Dan saat itu mereka kehilangan bayi laki - laki dalam kandungan Ica yang sudah berumur empat bulan.

"Gue masih ngerasa nggak berguna buat Ica, nggak bisa jagain dia." Ucap Oik frustasi.

Entah siapa yang harus disalahkan. Oik yang merasa Ica baik - baik saja sendiri atau Ica yang tidak ingin dianggap istri clingy. Yang jelas mereka sedang diuji.

"Ica curhat ka urang Rik." Fajar membuka cerita sementara yang lain menyimak.

"Dia cerita apa?"

"Katanya maneh teh jadi kaya linglung gitu. Terus serba panikan sekarang. Kasian Ica sama si Manda. Ulah kitu terus atuh!" Jelas Fajar.

"Masa lo kalah kuat sama Ica? Dia ibunya loh?" Timpal Aji.

"Nggak ada yang mau juga yang kemaren itu kejadian kan? Itu musibah. Bukan salah elo, bukan juga salah Ica. Apapun yang berusaha lo lakuin, kalo hari itu udah jalannya begitu, pasti akan tetep kejadian, Rik." Tutur Genta panjang lebar. Berharap Oik akan segera bangkit dari kesedihannya yang sudah hampir tujuh bulan ini dirasakannya.

OXYTOCIN [YNWA AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang