Hari ini kudengar ayah bekerja menggowet becaknya bukan menjadi buruh bangunan seperti biasanya. Kata ibu,lagi tidak ada masukan bangunan bagi buruh. Sehingga ayah menganggur untuk 1 bulan ini. Yasudahlah menggowet becak sepeda pun tak masalah asalkan halal dari keringat sendiri. Insyaallah semua pasti berkah. Tidak ada yang salah dengan pekerjaan ayah,aku sangat bahagia punya ayah yang tangguh seperti ayahku. Dia sedang sakit tetapi tak nampak lemah.
Dan sekarang Aku di rumah bersama sama adik adikku,sedangkan ibu menjajahkan kerupuknya di jalanan raya. Mungkin sebentar lagi akan pulang. Ningrum dan Baskhara bersiap siap untuk pergi mengaji di surau. Tak lama kemudian ibu pulang dengan kerupuk kerupuknya.
"Buk,duduk dulu buk. Biar si Ningrum ambilin minumnya. Dek ambilin ibuk minum"
"Iya bang,(tak lama kemudian Ningrum mengambilkan segelas air putih).. Ini buk"
"Makasih ya nak. Kok kalian belum pergi ngaji juga?"(tanya ibu)
"Ini buk bentar lagi mereka pergi. Tara anterin mereka ke surau"
"Yasudah sekarang,sebelum asar tiba"
"Iya buk,yok adek adek" (panggilku)Seperti biasanya Aku selalu mengantarkan adik adikku pergi mengaji di surau. Sehabis Aku mengantar mereka,Aku pulang ke rumah untuk berladang bersama ibuku di sawah pak Amin. Ayahnya Lila.
Biasanya kami membajak sawahnya dan memanen padinya bersama buruh buruh tani lainnya. Seharusnya Aku tidak diperkenankan bekerja tetapi Aku memaksakan diri untuk membantu ibu. Untuk apa Aku menganggur di rumah.
Sesampai di rumah kulihat ibu telah bersiap siap dengan caplingnya."Buk,ayuk kita ngangon sawah.. Ibuk sudah bersiap siap toh. Yuk buk" (dengan senyumanku)
"Ha ayuklah,kamu masukkan sepedanya. Kan kita jalan kaki ke sawah"Aku dan ibu pun berjalan walau pun sinar matahari sangat terik dan menyengat tanpa menggunakan sandal. Karena pada saat membajak sawah tak perlu menggunakan sandal karena takutnya tenggelam dalam lumpur.
Ada beberapa buruh lainnya yg juga kami jumpai di jalan yaitu bu nini,bu inem,pak jaja dan pak hasyim. Kami sama sama bekerja di bawah teriknya sinar matahari. Tak masalah semua itu.
Semua orang tua pada bekerja sambil berbincang,rasa sederhana tetapi bahagia. Aku pun juga bekerja dan melihat mereka smabi tersenyum bahagia. Tak lama kemudian ibu menyuruhku membuat teh buat para buruh.
"Tara.." (panggil ibuku)
"Saya buk,ada apa"
"Tolong nak buatkan teh. Teh dan air panasnya ada di gudang padi"
"Iya buk"Kemudian Aku meninggalkan sawah dengan kaki yang penuh lumpur dan badan yang sangat dekil. Aku pergi ke gudang padi yang tak jauh dari sawah di sana juga ada para buruh penjaga gudang dan penumbuk padi. Sesampainya di sana Aku malah bertemu Lila. Lila dengan ayahnya sedang mengecek kualitas beras disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Realis (Kuhantam kejamnya takdir)
RomantizmCerita seseorang pemuda dari keluarga yang tidak mampu. Dan pada akhirnya berasil bangkit membangganggakan ibu dalam kepahitan selama ini yang telah dirasakannya. Dan pula seseorang pria yang mencintai seorang gadis. Gadis itu bernama Lila. Hingga...