Pemberian Siapa Ini?

30 1 0
                                    

Bunyi mobil yang Mario dkk gas kan dengan suara yang begitu melengking di telinga. Begitulah kelakuan Anak anak geng zaman sekarang. Dengan begitu sombongnya mereka bergaya tanpa memperhatikan keadaan sekitar. Begitulah mereka hanya meninggalkan masalah dan juga dua sohib di jalan.

"Hei lu ngga kenapa kenapa kan boy?" (tanyaku pada Aldi)
"Ha ngga kok boy.. Ini cuma tadi dijitak mereka doang. Habisnya mereka main keroyokan ya kalah gue.."(dengan Aldi mengusap dahinya)
"Yasudah deh,lu kalo di keroyok lagi bilang sama gue. Ini untung aja ketemu di jalan. Ntar kalo di hutan kan bahaya.." (gerutuku)
"Yaelahh bodoh banget apa gue ya.. Ketemuan di hutan dengan mudahnya mau aja gitu?"
"Yah kan mana tau lu kan anaknya nekatan.."
"Hem oke dah,gue balik ke rumah ya Tar"
"Yoi,hati hati yo.. Awas di begal sama The gengster,hahaa.."
"Yaelah mereka lagi.. Dasar preman pasar"(sambil Aldi tertawa ringan)
"Yauwis.. Bye" (Tutupku)

Kami pun balik ke rumah masing masing. Dan begitu pula Aldi mulai mengendarai warriornya yang gagah tersebut. Dan Aku mulai menggowet si Bicy My Lovely. Haha.. Terkesan sama kastanya dengan warrior milik Aldi waktu dipakirkan saling berdekatan.

Sesampainya di rumahku...
Kulihat ibu sudah mulai menjajahkan kerupuknya di pasar dekat rel kereta api. Ibu juga mengajak kedua adikku,Ningrum dam Baskhara. Sedangkan ayah sedang menjadi buruh tani di lahan pak Majid. Yah begitulah pekerjaan ayah,apa yang ada dikerjakan selagi halal.

Tinggallah Aku di rumah sendiri. Tidak ada yang bisa kukerjakan. Sesekali Aku ke dapur memasak air di atas tungku kayu bakar buat kami minum setiap hari. Sambil menunggu air mendidih Aku mulai membaca buku tentang karya ilmiah kesukaanku. Lama lama Aku mulai tertidur tetapi kupastikan Aku selalu terjaga agar air yang kumasak tidak habis menjadi uap. Sesekali ku cek di dapur kemudian Aku mulai membaca lagi. Setelah mendidih barulah kuangkat airnya kemudian kumasukan ke dalam termos agar tetap hangat.

Hari mulai sore. Tepat pukul 16:30 WIB. Tetapi Ibu juga belum pulang. Padahal hari ini kami mau menguleni padi di gudang padi H.Amin. Ku terus menunggu Ibu dan kedua adikku di depan teras sambil Aku tergolek penat. Banyak juga orang lewat menyapaku dengan panggilan Tarro,itu panggilanku di kampung.

Hampir saja tertidur,tak lama kemudian ibuku pulang dengan membawa sisahan kerupuk yang belum laku. Aku lalu menyuguhkan secangkir air putih. Karena kulihat ibu sangat lelah habis jalan kaki dari pasar.
"Buk ayo kita sekarang nguleni padi di gudang agar cepat selesai pekerjaan kita. Biar ngga kemalaman pulangnya" (ajakku)
"Maaf nak hari ini ibu ngga enakan badan. Jadi kita ngga ke gudang buat hari ini. Besok sajalah nak"
"Ibu istirahat aja buk. Biar Tara aja yang ngerjain padinya aja deh"
"Kamu sendiri?" (tanya ibu)
"Iya buk. Ngga masalah kali,kan tara udah gede.." (sambilku nyengir kuda)
"Tidaklah.. Kamu juga harus istirahat, kemarin kita juga sudah ngangon sawah kan nak. Panas panasan juga.."
"Ngga apapa buk. Ibuk istirahat di rumah sana adek adek,ntar Aku kerja.. Terus pulangnya ngga kemalaman kok. Oke buk.."
"Iya,kalo kamu ngga sanggup pulang aja ya nak"
"Oke ibukku sayang.. Aku pamit ya buk
Assalamua'alaikum..."(sambil ku menuju jalan tanpa alas kaki)

Realis (Kuhantam kejamnya takdir)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang