.
.
"Ku ijinkan kau menikahi putraku, Yunho sshi."
Yunho membulatkan mata setajam musangnya, hal yang baru didengarnya ini adalah hal paling membahagiakan yang pernah dialaminya seumur hidupnya, "Jeongmalyo?" tanyanya memastikan.
Siwon menganggukkan kepalanya pelan, "Tapi dengan syarat...."
Kibum menatap gugup suaminya, digenggamnya tangannya sendiri untuk mengurangi kegugupan dan degup jantungnya yang menggila.
"Syarat?" tanya Yunho.
"Ne." Jawab Siwon.
"Apa syaratnya?" tanya Yunho. Namja bermata musang itu sedikit was-was mengenai syarat yang akan diajukan Siwon untuk bisa meminang Boo Jae tercintanya. Yunho berharap apapun syarat itu dirinya bisa menyanggupinya. Dan semoga syarat yang diajukan oleh calon ayah mertuanya itu bukanlah syarat gila yang tidak masuk akal.
"Aku ingin pernikahannya diselenggarakan di Seoul." Ucap Siwon.
"Huh?" tanya Yunho. Itu syarat yang Siwon ajukan? Menyelenggarakan pernikahan di Seoul? Hanya itu? Yunho bahkan sudah berpikir macam-macam tadi. Yunho sudah berpikir bahwa setelah menikahi Boo Jaenya, Boo Jae cantiknya itu akan dikirim ke luar negri atau dipaksa hidup berpisah darinya sampai Boo Jaenya cukup umur. Tapi....
"Aku juga ingin mengurus pestanya." Ucap Siwon, "Kalau kau tidak keberatan dengan syarat yang ku ajukan ini, kau boleh menikahi putraku, Yunho sshi."
Yunho tersenyum simpul.
"Dan satu hal lagi. Mulai sekarang kau harus memanggilku Appa walaupun usiamu hanya beberapa tahun lebih muda dariku." Pinta Siwon.
"Tentu saja...." ucap Yunho, "Appa...."
.
.
"Mana Boo Jae?" tanya Yunho. Selesai makan pagi dengan calon mertuanya, Yunho segera pamit pulang ke Bussan untuk membicarakan hal ini dengan Boo Jaenya. Tapi lihatlah sekarang! Ketika dirinya sampai di rumah, Boo Jae tercintanya sama sekali tidak menunjukkan batang hidungnya, padahal sebelumnya Yunho sudah menelpon dan menyatakan bahwa dirinya akan pulang segera.
"Tuan Jaejoong merajuk dan tidak mau keluar kamar sejak makan malam kemarin, Tuan." Ucap Ahjumma sedikit gugup, takut majikannya marah karena dirinya tidak pecus mengurus seorang anak remaja.
Yunho mengehela napas panjang, "Boo Jae merajuk, eoh?" tanyanya, "Arra. Biar aku bicara padanya." Namja tampan bermata musang itu segera berjalan menuju kamarnya, ingin bergegas bertemu dengan namja cantik yang sangat dicintainya, namja yang membuatnya melupakan akal sehatnya sendiri, namja yang membuatnya rindu setengah mati padahal hanya beberapa belas jam saja mereka tidak bertemu.
Tok... tok... tok....
Yunho mengetuk pintu kamarnya sendiri mengingat sekarang kamar itu bukan hanya kamar miliknya saja, "Boo.... Buka pintunya. Ini aku, Boo...." ucap Yunho, "Boo Jae.... Aku sudah pulang, Boo. Buka pintunya."
Tidak ada sahutan yang Yunho dengar sehingga sekali lagi namja yang baru pulang dari Seoul itu mengetuk pintu kamarnya.
Tok... tok... tok....
"Boo?" panggil Yunho lagi.
"Yunie ya...." wajah cantik itu terlihat sangat kuyu (muram, lesu, kusam) ketika membukakan pintu kamarnya. Jemari pucatnya yang memeluk erat sebuah jas lusuh yang sudah berkerut disana-sini terlihat sedikit bergetar.
YOU ARE READING
PRIDE
Fanfiction"Bila aku tidak bisa memilikinya, maka aku akan menghancurkannya...."