_10_kejujuran

22 1 0
                                    

Seiring berjalannya waktu, Syahqila Hinata selalu sabar jika Tantenya membicarakan tentang Ayahnya. Tantenya tidak berhenti menjelek- jelekkan Ayahnya. Sebenarnya Tantenya ingin menyingkirkannya dari keluarga itu, yang membuatnya bingung kenapa Syahqila masih bertahan tinggal di rumah itu, padahal Tantenya sudah berusaha membuatnya panas, tetapi tidak ada reaksi sama sekali darinya.
Pagi itu saat di ruang makan, sudah ada Nenek dan Tante Shora yang sedang mengobrol.

“ kapan kamu Shora mau kasih Nenek cucu?” Tanya Nenek.

“ kan udah aku bilang Bu tahun lalu, kalau aku itu mandul” jawab Tante Shora.

“ pantas saja suamimu meninggalkanmu” ujar Nenek.

“ lho kok Ibu malah begitu sama aku, masih mending waktu dulu aku menuruti permintaan Ibu. Waktu dulu Ibu menginginkan aku untuk menikah dengan pria pilihan Ibukan?”.

“ iya juga sih, yah sudah kalau begitu jangan dipermasalahkan lagi” jawab Nenek.

“ lagian Ibu begitu, masih mendingan aku daripada kakak, dulu kakak tidak menuruti Ibukan? Ia lebih memilih gadis pilihannya sendiri dan akibatnya apa Bu? Kakak jadi meninggal di usai muda, tapi jika di pikir-pikir kenapa Ibu merestui mereka?”.

“ sebenarnya sih Ibu tidak merestui mereka tapi itu karena terpaksa” jawab Nenek.

“oh… gitu, sebenarnya aku juga nggak setuju sih Bu, kalau kakak lebih memilih gadis kampungan itu” kata Tante Shora.

Tidak di sangka di balik tembok Syahqila Hinata mendengar semua obrolan mereka. Tadinya Ia ingin keruang makan, tapi setelah mendengar itu semua. Modnya jadi hilang dan ia kembali masuk kedalam kamarnya.

Ia duduk di tepi kasur sambil memeluk tedy bear nya. “ ternyata Nenek hanya baik didepanku saja tapi di belakangku, Nenek sama saja seperti Tante”.

Tanpa disadari air mata Syahqila terjatuh, ingin rasanya ia membentak Tantenya tetapi ia merasa tidak pantas untuk melakukannya. Ia merasa seperti orang lemah yang sedang tak berdaya, dari dulu ia ingin sekali memiliki sahabat yang dapat di percaya untuk di jadikan tempat curhat. Tapi sampai sekarang ia belum menemukan orang seperti itu.
Saat di ruang makan, seorang pembantu sedang menuangkan teh hangat kedalam cangkir.

“ngomong- ngomong sih Hinata kemana?” Tanya Nenek kepada Tante.

Tantenya menggeleng sambil memanyunkan bibirnya, “ entahlah aku malas mencarinya”.

“kalau tidak salah nyonya, nona Syahqila ada dikamarnya” ujar pembantu itu.

“ bi tolong panggil Hinata, suruh kesini” perintah nenek.

“ baik nyonya” sahut pembantu itu.

Lalu pembantu itu berjalan agak membungkuk melewati Tante Shora, kemudian menuju kamar Syahqila.

“tok…tok..tok” bunyi ketukan pintu.

“siapa?” teriak Syahqila dari dalam kamarnya.

“ini bibi, nona” jawab pembantu itu.
“ oh… bibi, masuk bi”.

Pembantu itu pun masuk kedalam kamarnya dan menghampiri Syahqila.

“ ada apa bi?” Tanya Syahqila.

“ ini nona di suruh keruang makan sama Nenek” jawab pembantu itu.

“ bilang yah sama Nenek, aku mogok makan!” perintah Syahqila.

“ tapi nona, nggak bisa gitu dong. Nanti Bibi bisa di pecat lagi gara-gara nggak becus kerja” protes pembantu itu.

“ pokoknya aku tetap mogok makan!” keputusan Syahqila bulat.

“nggak bisa gitu nona, lagipula dua hari lagi nona kan mau kemoterapi. Jadi harus menjaga kondisi” kata pembantu itu.

Ia mulai berpikir bahwa apa yang di katakan pembantu itu benar, “iya Bi” jawab Syahqila.

Akhirnya pembantu itu mengantarkan Syahqila menuju ruang makan. Saat di ruang makan, Syahqila pun segera duduk.

“ aduh bi tadi mah nggak usah di anterin, kan sih Syahqila udah dewasa” oceh Tante Shora.

“sudahlah Shora biarkan saja” ujar Nenek.

Tante Shora terus menatap Syahqila dengan sinis, Syahqila hanya bisa menundukkan kepalanya.

Sementara itu Syahqila Hinaka yang berada di ruang makan terus menatap foto yang pernah ia temukan di kamar Ibunya. Ia sangat yakin bahwa di dalam foto itu adalah saudara kembarannya, yang membuatnya heran. Kenapa Ibunya tidak pernah cerita kalau ia memiliki saudara kembaran. Ibunya yang baru saja datang ke ruang makan melihat Syahqila yang sedang menatap foto. Saking penasarannya, diam- diam Ibunya bersembunyi di belakangnya. Saat Ibunya melihat foto itu, Ibunya langsung merebut foto itu dari tangan Syahqila.

Syahqila kaget dan menoleh kebelakang, “ Ibu” gugup.

Ibunya segera duduk sambil memarahinya, “ dari mana kamu dapatkan foto ini?!” Tanya Ibu seperti membentak.

“ A.. e.. dari dalam laci, Bu” jawab Syahqila.

“ oh.. jadi kamu mulai berani, masuk kedalam kamar Ibu tanpa sepengetahuan Ibu”.

“ Bbbbukaan be….gi…tu Bu, apakah Ibu masih ingat? waktu Ibu menyuruhku mengambil ponsel di kamar Ibu”.

“ sudah jangan banyak alasan!” bentak Ibu sambil menggebrak meja.

“ Ibu, apakah aku memiliki saudara kembar?” Tanya Syahqila.
Ibunya terdiam dan tidak menghiraukannya.

“ jawab aku? Bu. Kenapa sih Ibu tidak pernah menghiraukan aku? Di saat aku menanyakan hal itu”.

“kamu belum berhak tahu sayang karena ini bukan waktu yang tepat” jawab Ibunya yang berubah menjadi baik.

“apa aku nggak berhak tahu? Aku inikan juga anak Ibu. Aku berangkat sekolah, Bu! Aku mogok makan!” bentak Syahqila yang tidak bisa menahan amarah.

Lalu Syahqila bangkit dari tempat duduknya dan melangkah pergi.

🍫🍫🍫🍫 Love Chocolate 🍫🍫🍫🍫

Terimakasih yang sudah membacanya 😊👍🏼

Jangan lupa untuk memberikan saran dan kritik ya teman-teman 🙏

Ini cerita pertama ku, maaf ya kalo ada salah dalam penulisan 🙏 maklum authornya masih amatiran 😂😂🙏

Salam kenal dari aku😉

Love ChocolateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang