06 : Back to Reality

954 133 5
                                    

▪▪▪

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

▪▪▪

Cahaya mentari menjelang siang hari sukses menembus kaca jendela sebuah kamar. Beruntung, ada tirai yang memblokade cahaya tersebut untuk memenuhi ruangan. Namun tetap saja, cahaya mentari tetap memaksa masuk meski intensitasnya tak begitu banyak.

Didalam ruangan itu, ada beberapa perabotan yang menjadi inti kamar. Seperti ranjang tempat tidur, lemari pakaian, nakas, rak buku, meja belajar, dan lain-lain. Dapat disimpulkan bahwa ruangan itu adalah sebuah kamar pribadi. Berbicara tentang perabotan, rupanya si penghuni tengah berada diatas ranjang. Ia terlihat tidur meringkuk, diselimuti oleh selimut tebal dan nyaman.

Perlahan ia menggeliat, mencoba mencari posisi senyaman mungkin. Namun rupanya ia justru membuka kedua matanya--menyipit dan mulai menyesuaikan. Awalnya memang beberapa kali ia kembali menutup matanya dan bergelut dengan selimutnya. Namun entah mengapa kemudian ia memilih untuk duduk dan menegapkan tubuhnya. Disaat itu juga ia mendengar suara nada dering ponselnya berbunyi. Volume suaranya terdengar begitu kecil, dapat disimpulkan tak berada didalam kamarnya.

Ia menghela nafas kasar dengan rasa malas menyelimuti. Dengan cepat ia menyibak selimut yang menutup setengah dari tubuhnya dan mengambil langkah. Langkahnya terkesan gontai, efek baru sadar dan bangun dari tidur. Tangannya memutar kenop pintu kemudian mendorong objek itu agar mendapatkan akses. Ia cukup terkejut karena rupanya matahari sudah berada dipuncaknya. Benar-benar, ia tidur seperti orang mati.

Ingat dengan tujuannya, ia segera meraih ponselnya yang berada diatas meja bar dapur. Netranya membulat ketika melihat banyaknya panggilan yang masuk dari dua nomor berbeda. Buru-buru ia menekan layar untuk melakukan panggilan pada nomor yang paling terakhir melakukan panggilan.

"Haloㅡ,"

"KANG SEOKYUNG KAMU NGAPAIN AJA SIH DITELEPONIN NGGAK BISA?!"

Reflek ia yang bernama Kang Seokyung menjauhkan ponselnya dari telinga. "Duh, kak, nggak usah teriak-teriak juga dong?"

"Kamu bikin khawatir tau nggak dari pagi ditelepon nggak diangkat-angkat? jam tiga kamu kan harus kontrol ke dokter!"

"Iya-iya! lagian masih ada waktu dua jam lagi kok,"

"Dua jam itu cepat! udah mending kamu siap-siap. Yerin katanya udah perjalanan ke unit kamu."

Kang Seokyung menghela nafas tepat ketika ia menyudahi perdebatannya dengan kakak sepupunya--Bae Joohyun. Hari ini memang jadwalnya ia untuk kontrol demi memantau seberapa berkembangnya Seokyung yang masih dalam tahap penyembuhan. Waktu telah menunjukan waktu pukul 1 siang. Mengartikan bahwa ia telah melewati waktu sarapan dan tubuhnya belum diberikan asupan gizi.

Ia menelan salivanya, merasakan kerongkongannya kering. Benar, ia butuh segelas air setelah hampir 12 jam tertidur dengan pulasnya. Kemudian ia beralih ke rak piring, mengambil satu gelas untuk menjadi wadah air. Kebetulan, dispenser airnya terletak disebelah rak piring. Jadi ia hanya perlu menggerakan tubuhnya sedikit tanpa harus mengambil langkah baru.

Fireflies Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang