Titik dari atas langit mulai berjatuhan menumpahkan derasnya air hujan. Saat itu, gadis mungil berambut sebahu bermata bening duduk di halte dekat SMA Adiwijaya. SMA elit di Jakarta yang diketahui siswa-nya yang populer.
Gadis itu termenung sambil menunggu angkot lewat dan datang menghampirinya.
Air tergenang di jalanan. Menghapus debu yang singgah di lantai kota. Dan sekarang, hari sudah semakin sore. Tetapi belum ada satu angkot-pun yang melintas di jalan itu. Terpaksa gadis itu berjalan kaki, melewati trotoar yang sepi, sepi karena tidak ada orang yang berkendara satu pun.
Rumahnya yang jauh dari sekolah dan ditempuh dengan jalan kaki saja pasti akan membuat sakit pada kakinya.
Sesampainya dirumah, gadis itu duduk di sofa yang empuk sambil mengelap keringatnya yang bercucuran dengan punggung tangannya. Ia meluruskan kedua kakinya agar pegalnya cepat hilang.
Dari arah dapur, seorang wanita paruh baya muncul dari balik ruangan memperlihatkan segelas es limun spesial yang di buat oleh Bi Idah, salah satu asisten rumah tangga di sini.
Wanita yang memiliki sifat keibuan, perhatian, baik, dan sudah lama bekerja di rumah gadis itu.
"Sampean baru pulang toh?" Tanyanya yang menggunakan logat Jawa, sambil memberikan minuman di tangannya itu.
"Iya Bi, tadi kan hujannya deres bener, jadi yah telat pulangnya. Bunda belum pulang?" Sorotan mata gadis itu menyapu pandangan di sekitar rumah mencari bundanya yang dari tadi belum terlihat batang hidung nya sama sekali.
"Belum, tadi kata ibu pulangnya malem. Katanya sih resto-nya lagi rame gitu."
"Oh ... yaudah deh kalau gitu, aku ke kamar dulu ya Bi." Sambil menggendong tas gadis itu naik menuju lantai dua.
Pintu kamar terbuka, menampilkan ruangan persegi dengan warna dominan abu-abu kontras. Sangat luas dan nyaman.
Gadis itu menaruh tas dan merebahkan tubuhnya ke kasur empuk dengan sprei warna putih gading.
Ia menengadah, memandangi langit-langit ruangan dengan pikiran yang sudah berlari entah kemana. Mulai memejamkan matanya. Menyuruh tubuhnya agar berimajinasi di alam mimpi yang begitu asri. Meninggalkan letih yang sudah bersangkar di sekitar bahunya.
■■■
Malam yang sangat sepi dengan hawa dingin yang menyeruak menembus kulit. Sekarang jam menunjukkan pukul 21.00. Tetapi gadis itu belum mandi sejak sore tadi. Akhirnya gadis itu bangkit dan menuju kamar mandi untuk bersih-bersih sebelum makan malam.
Setelah selesai mandi, gadis itu bersenandung kecil sambil menapaki anak tangga menuju ruang makan keluarga Anugrah.
"Airin, sini-sini bunda sudah masakin kamu bubur ayam loh, makanan kesukaan kamu nak, sini bunda ambilkan."
Senyumnya terbit tatkala diperhatikan orang tuanya seperti ini. Jarang-jarang bundanya seperti ini karena kesibukannya mengolah resto miliknya yang dirintis dari awal.
Airin Valora Anugrah. Nama gadis cantik yang sekarang duduk di kursi ruang makan, menyantap hidangan penggugah selera yang di buat bunda Airin. Rini Yovanda. Wanita karir sekaligus ibu rumah tangga itu mempunyai dua anak, Airin dan adiknya. Laura Cristina Anugrah.
Sekarang malam semakin larut, suara jangkrik terdengar di gendang telinga Airin. Menit berganti menit, detik berganti detik, matanya yang tadi terbuka lebar akhirnya sudah terpejam erat. Hingga tak ada seorang pun yang bisa mengusiknya.
Pagi, suara jam beker yang menggelegar membangunkan sang empu yang sedang tertidur pulas dibalik selimut tebalnya.
"Hoaaam ...." matanya mengerjap membiarkan cahaya melintas ke kornea matanya. Tangannya langsung menarik jam beker dan mematikannya.
Airin langsung bangkit berjalan sempoyongan menuju kamar mandi."Kakak ... bangun, jangan jadi kebo di dalam, entar ayah dan bunda takut kakak loh. Kak, bangun." Suara di balik pintu membuat Airin menggeram kesal ke adiknya itu. Bisa-bisanya adiknya berteriak sekencang itu sampai membuat telinganya berdengung.
Airin mulai membuka pintu. Pintu pun terbuka menampilkan adiknya yang menunjukkan cengiran kuda tak bersalah.
Bocah kelas VI SD itu terlihat lucu di mata Airin, dengan pipi gembul dan mata sipit yang membuatnya gemas dimata semua orang.
"Sana-sana, ganggu orang tidur aja, mau tangan ini terlempar ke kepala kamu, hah?" Sambil melayangkan tangan nya di udara yang siap di lempar kemanapun. Tak terkecuali adiknya yang bisa saja Airin gampol dengan keras.
Tetapi niatnya itu ia urungkan sebab adiknya menunjukkan 'puppy eyes' nya.
■■■
Suasana koridor sekolah masih terbilang sepi sebab masih jam enam pagi. Dari arah timur, cowok berperawakan tegap, tinggi, dan sangat maskulin bagi kaum hawa berjalan menyusuri koridor dengan santai.
Tapi wajahnya yang terbilang seperti es batu yang susah di cairkan membuat siswi-siswi putus asa dan sampai sakit hati untuk mendekatinya. Memang definisi cowok cool.
Daarrr
Seseorang mengagetkannya dari belakang membuat cowok itu marah, mereka adalah sahabat yang tengil dan sok alim.
"Hoy kenapa lo, pagi-pagi sudah cemberut aja. Dikasih makan cacing ama nyokap lo?" Tawa cowok bernama Dava Devare, yang terkenal karena memiliki sifat yang humoris.
Cowok dengan name tag Laga Leonard langsung melongos pergi begitu saja meninggalkan teman karibnya yang merupakan mantan pasien rumah sakit jiwa.
"Udahlah Dav! Gak baik bicara seperti itu," Ucap Aris Rahardian.
"Yee ... sok alim lo," Kata Dava menoyor kepala Aris lalu pergi meninggalkannya sendirian.
Aga menaiki tangga menuju kelasnya XI IPA 3 yang berada dilantai tiga. Saat kakinya satu per satu menaiki anak tangga suara riuh terdengar dari para siswi-siswi stress yang mengganggu hidup Aga.
'Ya ampun semakin hari kak Aga tambah ganteng aja.'
'Mau dong jadi pacarnya.'
'Malaikat gue datang tuh.'
'OMG ganteng bener dah.'
Diikuti Dava yang berada di belakang Aga. Dava malah meladeni siswi-siswi yang kekurangan asupan nutrisi.
"Hai cewek." Dava melambaikan tangan ke arah mereka. Sedangkan Aga meninggalkan Dava yang sedang kesurupan.
"Eh Ga! Ga! Tunggu Ga! Lo gak mau nyapa mereka? Nyesel loh."
"Oh iya, dia kan es batu yang nggak bisa di serut." Cewek-cewek itu menatap Dava dengan tatapan berbinar-binar. Sampai- sampai Dava bergidik ngeri di buatnya. Dava pun melangkah menuju kelasnya mengikuti Aga yang sudah hilang di belokan koridor.
Salam manis😁
KAMU SEDANG MEMBACA
AGAIRIN (Slow Update)
Teen Fiction#fiksiremaja ----------------------- 'Sekali dia senyum, itu pertanda bahwa hatinya mulai luluh.' Apa jadinya jika cewek polos dan ketus bertemu dengan cowok dingin, berkata pedas dan super cuek. Adakah perasaan yang akan tumbuh dalam dua makhluk tu...