📖HAPPY READING📖
Setelah acara mengantarkan Airin pulang, Dava melajukan mobilnya menuju rumah Aga. Teman-temannya sudah menunggu dari pulang sekolah tadi. Dan karena, ban mobil Dava kimpes, jadi ia harus ke bengkel terlebih dahulu. Juga tak sengaja ia bertemu Airin yang sangat lelah di halte. Akhirnya ia yang mengantarkan gadis itu pulang.
Saat sudah sampai di depan rumah Aga, Dava langsung menyelonong masuk ke kamar cowok itu dengan senyum-senyum tidak jelas.
Terlihat di dalam kamar itu ada beberapa cowok yang ia kenali, yaitu Aga, Aris, dan David abangnya Aga. Mereka tengah memainkan PS milik abangnya Aga. David itu seperti kebanyakan cowok diluaran sana yang hobi sama main game. Beda dengan Aga, ia juga suka tapi gak seperti abangnya yang sudah kecanduan. Walaupun David sudah kuliah semester empat. Tapi, dia juga merupakan mahasiswa berprestasi yang pernah meraih penghargaan dikarenakan mengikuti lomba debat nasional.
"Ish, Ga, lo mainnya yang bener dong. Kenapa sih?" Omel David kepada Aga.
"Gue males."
"Eh, Dav, gantiin nih bocah pemalas," ucap David sembari menunjuk Aga.
"Ah, enggak deh bang. Biar Aris aja, gue lagi seneng nih sekarang."
"Hm, Ris ... yok." David mengajaknya dengan pelan karena ia tahu Aris, tidak suka main game.
Aris menggapai stik PS yang ada di tangan David dan mulai memainkan gamenya.
David sedikit melongo, pasalnya Aris mau dia ajak main.
Sementara Dava yang dari tadi belum bisa melepaskan senyum dari wajahnya dibuat penasaran oleh Aga.
"Kenapa lo?" Dagu Aga diarahkan ke Dava.
"Bahagia lah. Akhirnya gue bisa deket sama cewek-" ucapanya terpotong saat bang David melempar pertanyaan yang membuat dia kenyang.
"Lagi?"
Bahkan Aris yang sudah nyaman dengan game-nya terpaksa menoleh saat mendengar omongan Dava yang sangat gila.
"Kenapa? Ini tuh beda dari yang lain bang. Ada daya ketertarikan tersendiri yang memikat hati gue kepada tu cewek." Oh, ayolah, memang Dava itu playboy paling brutal.
"Lo nggak kasihan sama anak orang? Tiap hari loh Dav, gue dengerin lo mau gebet cewek. Sadar man, mama lo juga cewek. Hargain itu." Menurut kalian yang ngomong itu Aris? Kalian salah, Aga lah yang ngomong panjang lebar tersebut.
"Kemajuan," ucap bang David dengan tepuk tangan.
"Kemajuan apa bang?" Tanya Aris dan Dava bebarengan.
"Adek gue, ngomongnya sekarang udah normal juga bijak lagi. Gue sebagai abang bangga sama lo dek," ujar David cekikikan.
Dava bangkit dari tidurnya. Ia melangkah keluar kamar Aga.
"Kemana lo?" Tanya bang David.
"Keluar, mau ngajakin jalan."
"Siapa? Mbok Siti?" Mereka bertiga tertawa kencang karena ekspresi yang dilemparkan Dava kepada mereka.
"Enak aja lo ngomong. Emang ya, gue itu playboy, tapi gak mbok Siti juga kali yang gue ajak jalan." Dava mendengus kesal.
Setelah mengucapkan itu, Dava pergi ke taman di rumah Aga. Ia mengeluarkan ponselnya dan membuka, mencari nama Airin di sana.
Setelah ketemu langsung saja Dava memencet panggilan ke Airin. Memang gak ada otak, main telpon anak orang sembarangan tanpa status pacaran.
Panggilan pertama tidak diangkat. Dava tidak menyerah, dia memencet tombol telepon lagi, sampai panggilan kesebelas baru diangkat dari sang penerima. Untung cewek itu perubah suasana hatinya.
Halo
Hm, kenapa?
Emm, gue mau ngomong bentar, boleh nggak?
Apa?
Cuek banget
Cepet
Nanti malam lo sibuk nggak?
Nggak
Jalan yuk, tenang, nggak jauh-jauh kok dari rumah lo. Gimana?
...
Kok diam, nggak mau ya? Yaudah deh nggak papa
Oke, jam berapa?
Ha? Eh ... eh, jam, jam tujuh malam. Gue jemput, dandan yang cantik tuan putri
Ish, resek banget sih
ByeItulah kata terakhir dari Airin sebelum menutup panggilan tadi. Setelah itu, raut wajah Dava tidak kala berbinar lagi seperti tadi.
Udah guys,,
Sampe sini dulu, kalau ada typo, kesalahan atau kurang tepat mohon kritiknya..
Byee
KAMU SEDANG MEMBACA
AGAIRIN (Slow Update)
Teen Fiction#fiksiremaja ----------------------- 'Sekali dia senyum, itu pertanda bahwa hatinya mulai luluh.' Apa jadinya jika cewek polos dan ketus bertemu dengan cowok dingin, berkata pedas dan super cuek. Adakah perasaan yang akan tumbuh dalam dua makhluk tu...