Setelah seharian penuh di restoran. Airin kembali ke rumahnya membaringkan badannya setelah bersih-bersih. Kini saatnya ia menjemput alam mimpi yang entah itu indah atau buruk.
Setelah terlelap ke ruang imajinasi, yang terdengar hanya suara jangkrik dengan suara merdunya, suara burung hantu yang menenangkan, suara kipas angin yang tidak terlalu berisik, suara dunia saat malam hari yang entah bagaimana, dan juga jangan lupakan suara khas orang tidur yaitu ngorok.
Saat mentari pagi sudah memunculkan dirinya di balik gorden milik Airin. Sang empu yang masih tertidur pulas juga masih bersenang-senang di alam mimpinya.
Suara jam beker membangunkan jiwa yang terhimpit bantal guling. Juga membuat telinga Airin jadi kuping gajah seketika.
Setelah menyelesaikan ritual paginya yaitu mandi dan siap-siap. Kini Airin sudah tertempel seragam sekolahnya di badan mungilnya itu. Ia mengambil tas yang sudah disiapkan kemarin malam sebelum tidur juga barang-barang yang diperlukannya hari ini yaitu hasil laporan biologi.
Langkah kakinya tertuju pada meja makan di bawah yang sudah ada keluarganya. Bunda, ayah, adik perempuannya, juga ia sudah siap mengawali pagi dengan senyum menyapa dunia.
Airin duduk di kursi meja makan dan meneguk lembut susu vanila yang sudah disiapkan bundanya dari pagi. Memakan roti bakar yang sudah dikasih selai strawberry.
"Emm, Bun Yah Airin berangkat dulu, ada keperluan sebelum masuk kelas soalnya. Bye." Pamit Airin pada keluarganya.
Setelah itu ia berangkat kesekolah. Kali ini Airin diantar supirnya karena disuruh bunda biar tidak cari bis di depan.
Setibanya di depan sekolah, Airin masih melihat gerbang putih itu yang terbuka lebar. Pantas saja jam masih menunjukkan 06.32 tandanya belum ramai para siswa-siswi yang datang ke sekolah. Paling nggak ya masih berkutat pada alam mimpinya.
Airin berjalan dengan santai di koridor sekolah yang masih sepi. Ia bersenandung kecil seraya melewati siswa-siswi yang sudah datang.
Sesampainya di kelas, Airin duduk di mejanya sendiri dan mengeluarkan laporan biologi untuk mengoreksi apa sudah benar atau belum, atau juga masih ada yang kurang bahkan salah. Memang manusia memang diciptakan dengan beribu kesalahan dan itu merupakan takdir.
Airin menguap masih mengantuk, padahal tadi malam ia sudah menyempatkan diri tuk tidur beberapa jam lamanya.
Ia pun melipat kedua bahunya dan menelungkupkan kepalanya dengan memejamkan mata. Toh, jam pertama dimulai juga masih lama.
Suasana di kelas Airin juga terlihat sangat sepi. Apa mungkin ini bukan kelasnya? Apa mungkin juga ini gudang? Tidak pernah jam segini kelas Airin masih sepi. Biasanya juga masih ada satu dua orang yang sudah membaca buku pelajaran. Apa mungkin ini hari libur? Tapi kenapa Airin berangkat sekolah? Aneh.
Airin pun membuka matanya dan berjalan keluar kelas.
Yang ada di pikirannya sekarang adalah kenapa hari ini begitu sepi? Sedangkan tadi Airin sudah melewati gerbang dan juga koridor yang ada beberapa orang saja.
Oh, apa mungkin Airin ketiduran sampai sore dan baru bangun sekarang? Tidak mungkin, matahari saja masih ada di timur.
Kepala Airin tiba-tiba terasa pening dan tak mau memikirkan kejadian yang menimpanya saat ini.
Saat berjalan di koridor yang sepi pun Airin masih sangat heran dengan hari ini. Dan, ia tak sengaja menabrak dada bidang seseorang yang tingginya melebihi dirinya.
"Aws, tinggi banget sih ni orang." Kepala Airin mendongak melihat seseorang yang sudah menabraknya. Eh ralat, maksudnya yang sudah ia tabrak. Karena tadi ia sempat memikirkan dengan otak kosong dan mata yang sudah tak ada lagi di tempatnya. Alhasil, dirinya tertabrak seseorang.
Orang yang ia tabrak tersebut lansung mengacir meninggalkan Airin yang sedang melongok tak percaya.
"Eh buset, nggak minta maaf dulu malah tinggalin gitu aja. Mana mukanya dingin-dingin cuek lagi, kayak nggak ada aja cowok ganteng selain dia. Masih banyak woy!!" Teriak Airin dengan penuh emosi walaupun disini ia yang bersalah.
Airin mencoba tak menghiaraukan kejadian yang barusan terjadi. Ia melangkahkan kaki menelusuri seluruh sekolah mencari keberadaan teman-temannya yang menghilang entah kemana.
Saat bertemu adik kelasnya, Airin bertanya mengapa sekolah masih sepi.
"Eh Dek, sekolah libur ya jam segini masih sepi?" Tanya Airin kepada adik kelasnya itu.
"Ha, ini kan baru jam enam lebih sepuluh menit. Ya jelas masih sepi lah Kak, gimana sih." Jawabnya.
"JAM ENAM??" Tanya Airin kaget.
"Iya Kak."
Adik kelas itu berlalu dengan setengah tertawa cekikikan. Meninggalkan Airin dengan muka tololnya.
"Tadi gue berangkat ke sekolah jam berapa ya? Kok nyampe sini baru jam enam. Apa mungkin jam rumah gue mati lagi. Ihh, Bunda ngeselin. Trus gue masih jam segini harus kenapa dong, sepi juga," ujarnya tanpa pendengar.
Hai hai hai
Baru update lagi guys, maklum lah anak sekolah. Hihi...
Gimana? gimana?
Ada yang kurang nggak dari part yang ini? Kalau ada
COMMENT di bawah guys..
Oh ya, sekalian juga tekan bintang supaya aku semangat update-nya.... huhu...
KAMU SEDANG MEMBACA
AGAIRIN (Slow Update)
Teen Fiction#fiksiremaja ----------------------- 'Sekali dia senyum, itu pertanda bahwa hatinya mulai luluh.' Apa jadinya jika cewek polos dan ketus bertemu dengan cowok dingin, berkata pedas dan super cuek. Adakah perasaan yang akan tumbuh dalam dua makhluk tu...